Bab 35. Keberadaan Batu Safir Biru

1212 Kata
Jeff tidak bisa menahan Caroline untuk kembali ke tempat pertemuan mereka dengan pria bertopeng rubah. Begitu melewati lorong, gadis itu bertemu dengan pria bertopeng lainnya. Langkah kakinya tak berhenti sama sekali, tapi tangan pria itu bergerak menarik tangan Caroline dengan cepat. Terjadilah insiden pemberhentian langkah dalam waktu singkat, “Nona... aku rasa pernah bertemu denganmu.” Caroline diam, menatap pria itu dengan pandangan sengit. Dengan segala hormat, ia melepaskan cekalan itu. Tapi maaf, dia pria tetap kukuh dengan pendiriannya. Dan dia malah tersenyum, sambil melepas topeng yang dikenakan. “Aku tahu itu kau. Kau bisa membuka topengmu untukku,” kata Derich tak mau membuang waktu. Caroline tidak terkejut sama sekali, karena ia sudah tahu identitas pria itu. “Kau salah orang.” Gadis tersebut berusaha menepis kebenaran, tak peduli dengan pandangan Derich. “Seorang pria memegang tangan seorang gadis dengan cukup erat, sampai menyakitkan. Itu namanya tindakan kurang sopan.” Caroline berusaha keras melepaskan pegangan Derich yang kian menguat, dan hasilnya terlepas meskipun dengan berbagai upaya. “Aku tak akan membiarkanmu pergi!” teriak pria itu hendak meraih tangan Caroline, tapi pintu ruangan khusus terbuka lebar. Sosok pria bertopeng rubah keluar dari ruangan, sedangkan Caroline tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk memanggilnya. “Tuan....!” Pria bertopeng itu langsung mengarahkan pandangan kepada Caroline. Lantas, Derich yang melepas topeng segera memakainya kembali, memilih menyelinap pergi. “Akhirnya dia pergi juga,” gumam Caroline sambil tersenyum. “Kebetulan kau disini, Tuan K ingin bertemu denganmu. Kau lolos mendapatkan pelakat emas dengan status pelanggan ekslusif.” “Benarkah..., aku akan masuk sekarang.” Caroline membuka handle pintu dengan pelan. Mata cantiknya itu menagkap sosok yang sedang duduk dengan santai, begitu memikat dan memiliki aura berbeda. Pakaian serba hitam yang dikenakan membuatnya terlihat elegan. Inilah sosok ketua Organisasi Gelap, begitu menyedapkan mata, seolah membuat pertahanan Caroline runtuh tak terisisa. Melihat Caroline datang, Keith bersikap begitu tenang, tanpa bergerak satu inci sekalipun dari kursi. “Katakan, apa yang kau inginkan, Nona?” “Apakah kau tahu batu safir berwarna biru?” tanya Caroline dengan langsung. Keith belum langsung menjawab, menatap gadis itu begitu dalam. Batu safir biru? Keith lama tidak mendengar batu itu. “Apa alasan nona mencari batu itu?” Keith bangkit, menghampiri Caroline yang amsih berdiri, menuntunnya untuk duduk. Ketika pria itu memegang bahunya, ada perasaan aneh, seperti familiar dengan sentuhan dari orang yang baru saja ditemui. “Untuk mencari ayahku.” Caroline tidak akan berbohong di depan orang yang berbahaya, karena sayang nyawa. “Batu safir buru adalah batu penyihir, apakah nona adalah keturunana penyihir?” Keith mencoba menggali informasi tanpa sepengetahuan Caroline. “Tidak... aku bukan keturunan penyihir. Tujuanku kemari hanya untuk mencari ayahku, Jason Spanic.” Keith terkejut di dalam hati, tapi perilakunya masih biasa. Ia tersenyum menatap gadis itu cukup lekat. Sedangkan Caroline kebingungan, karena memberi tahu nama sang ayah. Mulutku tak bisa dikontrol dengan baik. Entah kenapa aku percaya sekali padanya, batin gadis itu menggigit bibirnya cemas. “Aku dengar terkahir kali kalau batu itu ada dikerajaan, tapi barang tersebut adalah barang tabu. Apakah nona masih bersikeras mencarinya?” Keith sengaja memberi peringatan kepada Caroline secara tidak langsung. “Kalau begitu, berikan aku peta seluk beluk kerajaan. Aku harus menemukan batu itu,” kata Caroline dengan mantap. Semakin hari, gadisku semakin mempesona. Haruskah aku membantunya? “Tarifnya sangat mahal, apakah nona bisa membayarku?” Keith berdiri tepat di depan Caroline, menarik dagu gadis itu hingga mendongak, “Aku suka kau membayarku dengan tunai.” “Berapa yang kau inginkan?” tanya Caroline tanpa menunjukkan rasa takut sama sekali. “Cukup mudah...., aku tak mau emas atau perak. Aku hanya ingin tubuhmu.” Caroline syok mendengar perkataan dari Tuan K. Kenapa juga ada pria m***m kedua selama menginjakkan kaki di dunia ini? Gadis itu tidak mengerti sama sekali. “Kenapa kau malah menginginkan tubuhku?” tanya Caroline denagn bibir bergetar. Ah, semakin Keith melihat tanggapan Caroline, pria itu semakin menyukainya. Hingga terus saja menggoda, karena sangat menyenangkan. “Aku tak mau menjual tubuhku,” cicit Caroline memeluk tubuhnya sendiri. Tubuhnha sangat berharga, meskipun dibayar dengan emas ataupun perak. Dimasa depan nanti, gadis itu akan memberikan tubuhnya kepada orang yang dicintai. Melihat reaksi menggemaskan Caroline, gelak tawa Keith pecah. Dahi gadis itu berkerut sebab merasa familiar dengan suara itu. Aku pasti pernah bertemu dengannya, batin gadis itu terus menatap tingkah Keith tiada henti. Karena merasa diperhatikan, pria itu berdehem, menetralkan kondisinya sendiri. Karena senang, pertahananku jadi runtuh. Aku sudha mengeluarkan suara asliku. “Aku akan minta bayaran setelah kau mendapatkan batu safir biru itu,” kata Keith berjalan menuju ke meja kerjanya. Pria tersebut membuka laci, mengeluarkan peta yang diinginkan oleh gadis itu. “Peta ini akurat, tapi kau harus berhati-hati dengan penjagaannya,” peringat Keith smabil memberikan peta itu. “Aku akan mempelajarinya. Dan setelah aku mendapatkan batu itu, aku akan datang kemari.” Caroline menyimpan peta itu dengan hati-hati. “Tuan K, senang bekerja sama denganmu.” Ia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Keith mengeluarkan pelakat emas sebagai tanda awal kerja sama mereka. “Setelah selesai, aku akan mencarimu menagih bayaran. Aku harap, kau tak ingkar janji, Nona.” “Tentu saja. Karena aku adalah orang yang tidak menepati janji.” Caroline teersenyum karena kesepakatan mereka telah terbentuk. Perkenalannya dengan Tuan K membawa akomodasi besar dalam pencariannya. Jika mencari batu safir dapat mendapatkan petunjuk mengenai Jason, gadis itu tak peduli harus mengarungi bahaya. “Terimakasih, aku akan segera mengabarimu jika telah berhasil.” Caroline undur diri dengan rona wajah bahagianya. Hanya saja ia tak tahu kalau orang yang ada dibalik topeng itu adalah Keith. “Inilah kenapa aku selalu saja mengkhawatirkanmu.” Keith mencium bekas jabatan tangan yang baru saja terjadi. “Pantas saja aku begitu tertarik ingin memilikimu seutuhnya. Ternyata dugaanku benar, kau adalah anak dari orang itu.” Tidak lama setelah Caroline pergi, Rian masuk dengan rasa ingin tahunya yang besar. “Tuan, apa yang diinginkan oleh Caroline?” “Jangan bertanya padaku hal yang tidak penting.” Keith melepas topengnya, lalu melemparnya dengan asal. “Aku lelah, jangan menggangu tidurku.” “Jawab saya dulu, Tuan. Dan juga, kenapa anda kemari? Bukankah anda akan datang minggu depan?” Rian sendiri merasa frustasi dengan perubahaan mendadak dari Keith. “Eugene memintaku untuk menjaga perbatasan,” jawab Keith sambil melirik sekilas ke arah Rian yang sudah pucat pasi. Firasat Rian langsung buruk, “Apakah Anda butuh peran pengganti?” Bahkan dia bertanya dengan hati-hati. “Benar sekali? Dan kau peran pengganti itu.” Keith merebahkan dirinya di atas sofa. “Jangan mengecewakanku, Rian.” Aku harus mengumpat atau memendamnya di dalam hati. Astaga... aku tak mau pergi ke perbatasan! teriak Rian di dalam hati. Melihat Rian yang terdiam, Keith angkat suara lagi. “Apakah kau keberatan? Kalau kau keberatan, aku akan mengirim Jeff ke perbatasan.” “Saya tidak keberatan,” jawab Rian dengan cepat, takut kalau Keith mengirim Jeff yang disayanginya. “Pergi sekarang, gunakan benda yang ada dilemari. Jangan membuat semua orang curiga. Kau bisa membawa Carlos,” usir Keith sambil mengibaskan tangannya. Rian tidak punya pilihan, selain menuruti perintah sang tuan. Dia bahkan keluar dengan wajah murung durgana, seolah kehilangan gairah hidup di masa muda. Keith yang tidak peduli, hanya tersenyum saja sebab pikirannya sudah melayang ke Caroline, sepertinya dia mabuk cinta, sampai telihat gila. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN