Dokter Hadi sebenarnya

1003 Kata

Bu Tamara tak menepati janji lagi, entah sampai kapan aku akan menunggu dia membawa anakku kembali. Pukul delapan pagi aku sudah berada di klinik dokter Hadi. Kalau biasanya perasaanku begitu semangat, hari ini seolah ambisiku untuk mendapat kulit mulus lagi hilang dalam sekejap asa. Sembari menunggu dokter Hadi datang, aku duduk di kursi tunggu sembari meratabi nasib. Pikiranku menerawang pada masa-masa saat bayi itu masih selalu dalam gendonganku setiap saat. Memang dulu aku lalai, seenak sendiri menitipkan anak pada orang lain. Tanpa memikirkan akibat fatalnya semacam ini. "Kak Clarissa?" seru salah satu asisten dokter Hadi. Seketika wajahku berubah raut, menyunggingkan senyum tipis. "Iya." "Dokter Hadi sudah menunggu di ruangannya," terang asisten itu membalas senyumanku. Kepal

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN