"Namanya Arif. Orangnya baik kok, Za. Lo udah baca CV-nya kan?" Khanza mengangguk-angguk. Ia sampai datang ke rumah temannya ini. Ya tentunya sudah tahu. Kontaknya sudah diberikan. Tapi masih belum ada perkembangan apa-apa. Ia masih enggan mengobrolkannya dengan siapapun jika masih belum jelas. Apalagi masih di dalam tahap perkenalan begini. "Dari segi usia udah mapan lah. Usia segitu emang udah harusnya menikah. Udah PNS lagi kan? Jadi aman lah." Khanza mengangguk-angguk lagi. Ia lebih banyak mendengar di sini. "Terus dianya gimana? Mau?" "Masih belum ada jawaban sih. Tapi kan gak ada salahnya." Khanza menghela nafas. Tadinya ia berpikir kalau lelaki ini ditawarkan padanya berarti karena lelaki ini mungkin mau dikenalkan padanya. Eeeh ternyata sebaliknya. Ya memang sih tak masalah