5. Headline News

1850 Kata
"Hal yang tersusah di dunia ini adalah memperbaiki hati yang bahkan tidak kamu patahkan sendiri." ----- Alya memejamkan mata sejenak sembari menyesap secangkir teh hangat yang sudah tersedia di meja kerjanya. Pagi-pagi sekali ia sudah berkutat dengan dokumen penting agar bisa segera diserahkan kepada Mr. Hendrawan. Semua deadline ini harus bisa diselesaikan dengan cepat mengingat Mr. Hendrawan yang akan melakukan perjalanan dinas beberapa hari kedepan. Masih sambil menikmati teh di genggaman tangannya, Alya mendengar namanya samar diteriakkan. "AL ... ALYA!!" "Kau harus lihat ini!" Teriak Dinda dari kejauhan memecah keheningan yang sedari tadi sengaja Alya ciptakan agar ia bisa berkonsentrasi menyelesaikan pekerjaannya. "Lihat apa?" Alya masih bersikap acuh dan lebih mementingkan dokumen di depan matanya. "Coba kau baca berita yang ada di ponsel ku sekarang," ucap Dinda seraya menunjukkan ponsel yang ia genggam. Penasaran, Alya merebut ponsel Dinda. Kemudian wanita itu memerhatikan dengan seksama apa sebenarnya yang membuat Dinda begitu antusias ingin menunjukkan kepadanya. Sepermenit kemudian, wajah Alya seketika berubah Merah. Ia terlampau terkejut melihat beberapa tulisan yang terpampang di berbagai Judul Headline News pagi ini. "Kenzie Winata Pemimpin BlackHorse Corporations akan menikahi Alya Destiana Wijaya, tunangannya bulan depan di Bali." "Demi menyanggah skandal percintaannya dengan model terkenal, Kenzie Winata terpaksa menikahi sahabatnya sendiri Alya Destiana Wijaya bulan depan." "Alya Destiana Wijaya Hamil anak Kenzie Winata, Pernikahan Mereka akan di langsungkan bulan depan di Bali." "Demi menikahi Pengusaha Kaya, Alya Destiana mengakhiri hubungannya bersama Musisi Raditya Miller." "Terkesan mendadak, Pengusaha Kenzie Winata menggelar pernikahan bulan depan di Bali." "CrazyRich Asia, Kenzie Winata akan melangsungkan Pernikahan Mewah di Bali bulan depan dengan wanita pilihannya." Dan masih banyak judul berita lainnya yang membuat ia mendengkus kesal bila membacanya. Mengingat sejenak, Alya menyimpulkan bukannya baru kemarin sore ia tanpa sengaja bertemu para wartawan. Entah itu memang pertemuan yang tidak di sengaja ataukah para wartawan tersebut memang menguntit kegiatannya dan Kenzie di butik kemarin. Alya sadar diri, kalau Kenzie memang orang yang berpengaruh di negeri ini. Dan tidak bisa dipungkiri juga apapun yang berhubungan dengannya pasti menjadi suatu berita yang menjual. Entah itu mengenai fakta atau hanya gosip murahan yang sengaja diciptakan rival-nya dalam dunia bisnis. Lalu, apakah ia harus mulai membiasakan diri ketika privasinya jadi konsumsi khalayak luas. Mengingat dulu waktu berpacaran dengan Radit yang nyatanya artis terkenal, tidak sedikit pun ia pernah menemukan berita-berita heboh seperti ini. Itu juga karena Radit pintar menjaga privasi-nya. Lantas sekarang, privasi itu jelas-jelas sudah terusik bahkan saat statusnya baru menjadi 'calon' istri seorang Kenzie Winata. Tidak bisa di bayangkan ketika ia benar-benar menjadi istri sahnya kelak. "Al, ponselmu berdering dari tadi. Lebih baik kau angkat sekarang. Mungkin itu panggilan penting," Alya tersadar dari lamunan ketika Dinda tiba-tiba menegur. Tangannya lalu tersulur meraih ponsel yang tergeletak rapi di atas meja, terlihat sebuah panggilan telpon dari seseorang yang tidak ia kenal memaksa untuk segera diangkat. "Halo ... " "Temui aku sepulang kerja di kantorku, ada hal penting yang harus kita bicarakan. Kau tahu di mana letak kantorku, kan? Kalau kau tak membawa mobil, Aku bisa suruh supir untuk menjemputmu." Kemudian panggilan tersebut ditutup begitu saja tanpa menunggu Alya menjawab terlebih dahulu. Aish, orang ini! belum sempat aku menyahut ia sudah menutup telponnya. Lagi pula, dari mana dia tahu nomor telponku. Apakah karena ia bos maka sikapnya selalu seenaknya seperti ini. Ketika sore hari tiba, Alya menepati janjinya untuk menemui Kenzie sepulang ia kerja. Memasuki gedung pencakar langit milik BlackHorse Corporations, security mengarahkannya untuk menemui resepsionis yang ada di lobby gebung. "Apa saya bisa bertemu Mr.Kenzie Winata?" tanya Alya pada petugas yang sedang berjaga di meja resepsionis. Melempar senyum, petugas itu menjawab. "Apa anda sudah membuat janji sebelumnya nona?" "Katakan saja Alya Destiana Wijaya sedang mencarinya." Petugas tersebut sedikit terperanjat setelah mendengar Alya menyebutkan nama jelasnya. "Ah, anda calon istri Mr Kenzie ternyata. Mohon maaf atas ketidaktahuan saya. Anda bisa langsung masuk ke ruangannya di lantai sepuluh. Ia sudah menunggu anda sedari tadi." Kemudian petugas tersebut beranjak dari tempat duduknya, bermaksud untuk mengantarkan Alya. "Mari saya antarkan anda menuju ruangannya." Alya merutuk ucapan yang terlontar dari mulut resepsionis tersebut. Mungkin berita bodoh itu telah menyebar kemana-mana sehingga belum genap 24 jam saja setiap orang bisa tahu statusnya sekarang. Sekali lagi Alya memang harus merelakan segala sesuatu dalam dirinya menjadi konsumsi publik luas. Sudah risiko, pikirnya. Alya mengarahkan kakinya mengikuti resepsionis yang membawanya melangkah menuju ruangan yang di maksud. Sempat terdengar sekilas olehnya, orang-orang di sekitar berbisik sambil menatap layaknya melihat seorang pelakor yang sedang tertangkap basah. Sungguh, Alya membenci tatapan mereka yang seolah-olah mengintimidasi. "Silahkan Nona, Mr. Kenzie sudah menunggu anda didalam," ucap Resepsionis di hadapannya ketika ia benar-benar telah sampai di depan ruang kerja Kenzie. "Terima kasih," balas Alya singkat. **** "Ken, maaf aku tak mengetuk pintu terlebih dahulu memasuki ruanganmu. Tapi kurasa ini sangat penting." Kenzie mengalihkan pandangan matanya dari tumpukan dokumen ketika Richard yang tiba-tiba masuk ke ruangan kerjanya. "Apa maksudmu, Rich?" Raut heran tergambar jelas di wajahnya saat ini. "Apa kau sudah menonton tv atau sekedar membaca berita hari ini?" Kenzie menggelengkan kepalanya. "Aku belum sempat melakukan itu semua. Apa kau tidak lihat tumpukan dokumen yang harus aku tanda tangani. Semua harus ku selesaikan minggu ini sebelum cuti mempersiapkan pernikahan." "Kalau begitu mari lihat pemberitaan ini." Richard berjalan tergesa-gesa ke arah TV plasma yang ada di ruangan Kenzie. Tangannya tersulur untuk langsung menyalakan dan mencari chanel tv yang ia maksud. Tak lama Kenzie sedikit teperanjat, tampak jelas di layar ada wajahnya dan Alya terpampang sebagai Headlines Utama sebuah chanel berita. Bukan itu yang menjadi kekhawatiran, tapi beberapa judul berita memang menggiring opini buruk tentang pernikahannya dan Alya. "Ini tidak baik, Ken. Pemberitaan mereka terlalu menyudutkan calon istrimu. Aku takut image jelek yang mereka bangun mengenai calon istrimu berpengaruh pada perusahaan kita," Kenzie tertegun sesaat, menimbang apa yang diucapkan Richard sedari tadi kepadanya. Walaupun ia tidak mencintai Alya dan bahkan membencinya, tapi tetap saja ia tidak ingin membuat image calon istrinya jelek di mata orang lain. Ini bisa mempengaruhi kredibilitasnya sebagai seorang Pengusaha terkenal. "Apa kau bisa mengurus masalah ini, Rich? Aku tidak ingin masalah ini berlarut-larut. Jangan sampai kedua orang tuaku kembali sakit akibat berita-berita tidak bertanggung jawab seperti ini." Richard mengangguk setuju. "Dengan senang hati, Ken. Aku pastikan besok berita itu tidak akan muncul lagi di portal berita manapun. Tapi sebaiknya kau juga menghubungi dan mengabari calon istrimu agar tidak terjadi salah paham." Kenzie mengangguk setuju. "Baiklah, akan ku hubungi dia sekarang." "Kalau begitu aku permisi dulu." Kemudian Richard keluar dari ruangan Kenzie. Tak berapa lama setelah Richard keluar dari dalam ruangan, Kenzie merogoh ponsel di dalam sakunya. Menghubungi Luna, ibunya untuk meminta nomor telpon Alya dan setelah mendapatkan apa yang ia cari, dengan segera ia menghubungi Alya untuk memintanya datang ke kantornya sore nanti. Seperti yang Kenzie harapkan, wanita itu akhirnya datang memenuhi panggilannya. Alya langsung masuk ke dalam ruangan yang sudah dibuka terlebih dahulu pintunya oleh resepsionis yang mengantarkannya. Ruang kerja yang didominasi corak hitam putih jelas menandakan si pemilik adalah seorang pria. Saat masuk, terlihat si pemilik ruangan sedang duduk di sofa tamu sambil membaca sebuah buku. Raut wajahnya begitu tenang. Ketampanannya terlihat sangat jelas saat ini, tidak seperti Kenzie yang biasanya menyebalkan. Mengarahkan kakinya masuk, Alya langsung melontarkan kalimat pertanyaan. "Ada apa menyuruhku untuk datang kemari?" "Duduk," balas Kenzie singkat. Menutup buku yang sebelumnya ia baca, Kenzie mengulur tangannya mempersilahkan Alya untuk duduk di hadapannya. "Kau sudah lihat pemberitaan hari ini? Mungkin setelah ini kau harus lebih berhati-hati dalam bertindak karena para awak media sepertinya akan terus mengikuti dan meliput apapun yang kau lakukan di luar sana." Alya tersenyum masam ke arah Kenzie. "Ini semua gara-garamu, Kenzie Winata. Belum menikah saja kebebasanku terenggut begitu saja. Aku benci pemberitaan yang memojokkanku. Bahkan ada yang terang-terangan menyebut aku hamil dan merebut kau dari pacar modelmu. Oh, astaga aku nampak seperti pelakor sekarang, huh? Bahkan saat aku menjalin hubungan dengan pacarku yang artis saja, tidak pernah ada pemberitaan miring seperti ini. Apa memang hobimu mempermalukan ku?" Kenzie terkekeh mendengar apa yang di ucapkan Alya kepadanya. Alya tidak salah sebenarnya. Semua ini terjadi karena awak media memang sangat senang memburu berita apapun yang berhubungan dengannya. Sudah menjadi risiko bila kehidupan pribadi mereka menjadi konsumsi publik di negeri ini. Bahkan ada yang sengaja menyebarkan gosip murahan hanya untuk menggiring opini buruk tentang seorang Kenzie Winata. Kenzie sudah terbiasa akan hal itu. Sejak usahanya melesat dan jadi nomor satu, banyak saingan bisnis yang sengaja ingin menghancurkan dengan menyebarkan berita-berita yang menjatuhkan kredibilitasnya. Kenzie melempar senyum ke arah Alya. "Itu artinya pacarmu masih kalah pamor denganku. Buktinya baru sekali jalan denganku saja seluruh negeri ini sudah heboh memberitakanmu." "Lalu apakah aku harus bangga? Apa kau sudah gila Kenzie Winata. Come on, mereka menyudutkanku bukan sedang membanggakanku. Oh astaga, aku rasa kau harus memeriksakan diri ke dokter. Tampaknya otakmu sudah rusak!" Kenzie tidak sanggup lagi menahan tawanya setelah mendengar ocehan Alya. Wanita itu menghela napasny dengan berat lalu menatap Kenzie dengan tatapan membunuh membuat pria itu tersadar dan langsung menghentikan tawanya. "Baiklah, Princess, karena aku sedang berbaik hati denganmu. Besok orang suruhanku akan membereskan semua berita yang sudah tersebar. Kau tidam perlu khawatir akan hal itu. Itu hanya hal kecil untukku." Alya tersenyum sinis. "Aku pegang janjimu tuan muda. Kalau begitu aku pergi dulu. Aku tidak tahan harus berlama-lama melihat wajahmu yang menyebalkan itu." Di hina berkali-kali, Kenzie kembali tertawa. "Kau harus terbiasa. Ingat, sebentar lagi dalam tujuh hari, dua puluh empat jam kau akan terus melihat wajahku yang tampan ini," celoteh Kenzie dengan nada sengaja mengejek. Seketika Alya menunjukkan ekspresi ingin muntah mendengar apa yang barusan saja diucapkan oleh Kenzie. "Teruslah berangan-angan tuan muda, sudah ku pastikan menikah denganmu akan membuatku cepat gila!" ucap Alya penuh penekanan. "Kau tidak akan gila. Yang ada kau akan jatuh cinta nanti nya," goda Kenzie. Alya mengembuskan napas gusar semakin tidak tahan mendengarkan omong kosong yang diucapkan Kenzie kepadanya. "Jika tidak ada yang di bicarakan lagi, aku pamit pulang," "Supirku akan mengantarkanmu pulang. Aku tidak ingin terjadi sesuatu di jalan dengan calon istriku. Atau kau mau aku yang mengantarmu langsung?" ucap Ken dengan nada mengejek. "Terima kasih, tapi aku rasa tidak perlu." "Oh, ya, Princess ... " Kenzie menahan sejenak langkah Alya kemudian berbicara. "Jangan lupa mulai minggu depan kau harus mengambil cuti karena banyak persiapan pernikahan yang harus kita urus." "Agrhh Ken, stop memanggilku Princess. Dan soal persiapan pernikahan, aku tidak perduli. Aku rasa itu bukan urusanku. Aku lihat kau yang bersemangat melangsungkan pernikahan ini, kan? Maka selesaikan semuanya dengan caramu. Aku permisi dulu." Ya Alya benar. Memang Kenzie yang bersikeras agar pernikahan ini tetap dilangsungkan, setelah mati-matian wanita itu memohon agar dibatalkan. Kenzie hanya tidak ingin mengecewakn kedua orang tuanya. Pernikahan ini, ah yaaa ... jika menyinggung pernikahan Kenzie langsung teringat akan Kiano, kakak sialan yang membuat nasibnya seperti ini. Jika saja ia tidak kabur saat ayah mereka memintanya bertunangan, sudah pasti sekarang pria itu yang akan melangsungkan pernikahan dengan Alya bukan Kenzie. . . Aku nggak pernah bosan buat ingatin kalian semua. Semua Visual/Jadwal update/spoiller cerita/atau berita lainnya, aku info di story sss/ig story @novafhe. Silakan follow/add ya. Atau gabung di grup sss khusus pembaca : Fhelicious Grup wa khusus pembaca, bisa klik link nya di profile i********:.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN