Pekerjaan Baruku

1251 Kata
“ Jen.. Aku dapat majikan untukmu. Sepertinya pekerjaan ini cocok sekali untukmu.” “ Oh ya.. Kapan aku bisa berangkat?” Tanyaku antusias. “ Sabar dulu.. Kamu nggak mau tahu, apa pekerjaanmu?” “ Nggak usah tahu, pokoknya aku bisa kerja aja, aku akan sangat senang. Aku tak peduli kerjaannya apa.” “ Pekerjaan ini benar-benar cocok untukmu. Kamu akan merawat seorang dokter wanita berumur 53 tahun yang terkena Parkinson. Jadi kamu akan jadi asistennya sekaligus merawatnya. Hanya itu tugasmu selain bersih-bersih rumah, karena di Taiwan sana, betapapun kayamu, kamu tidak bisa sembarangan ambil pembantu.” Kata Susan menjelaskan. “ Parkinson yang tremor itu?” Tanyaku. “ Iya, tapi aku tidak tahu kondisinya separah apa. Tapi yang pasti dia sudah membutuhkan seorang perawat.” “ Aku akan kirim CV mu dulu ke patner Taiwanku, agar mereka bisa menunjukkan kepada calon majikanmu . Kamu pernah sekolah kedokteran, itu nilai lebih buatmu. Aku yakin, pasti kamu akan diterima.” Lanjut Susan sambil tersenyum. “ Semoga ya, aku bisa diterima. Dua bulan tanpa melakukan apa-apa, binggung juga aku.” “ Kamu sangat rajin, kamu bantu aku membersihkan kantor dan membantuku mendata calon tenaga kerja. Kalau aku bisa menggajimu setinggi gaji di sana, aku tidak akan membiarkanmu pergi.” Kata Susan dengan nada sedih. “ Aku tinggal di atas kantormu, dua bulan ini, Jadi aku wajib membersihkannya . Dan aku lebih kepingin pergi jauh, untuk melupakan semua sakit hatiku. Kalau di Jakarta, pasti ada kemungkinan bisa bertemu mereka. Aku tidak kuat lagi apabila melihat mereka bermesraan. Hatiku rasanya mau remuk. Jadi dua bulan ini, hatiku sudah mulai membaik dan kalau aku berangkat, aku pasti akan lebih baik lagi.” Kataku pelan. “ Iya aku mengerti. Memang pergi pilihan terbaikmu. Toh kamu tidak ada siapa-siapa lagi di sini. Kamu nggak akan kepikiran tentang keluarga. Biasanya TKI itu paling berat adalah perasaan rindu pada keluarga. Aku akan mengusahakan kamu bisa berangkat secepatnya. Setelah majikanmu ACC, berkasmu akan langsung kuurus. Kamu tidak usah ikut pelatihan lagi. Kamu sudah bisa mandarin, malah mandarinmu bagus banget, karena dulu sering kamu pergunakan bersama papa dan mamamu. Kamu juga sudah tahu cara penggunaan alat-alat elektronik, tidak seperti TKI lainnya yang dari kampung. Mereka ada yang sangat gaptek, sehingga perlu ikut pelatihan selama dua bulan sebelum keberangkatan.” “ Untung juga dulu dari SMP aku les mandarin ya, jadinya aku fasih. Aku uda nggak sabaran berangkat . Aku ingin segera bisa melepas semua rasa sakitku. Aku ingin berjuang untuk diriku sendiri, semoga aku bisa diterima dengan baik oleh majikanku.” Kataku penuh harap. “ Iya semoga. Tapi aku yakin setiap orang akan menyukaimu. Kamu itu sangat cantik, lembut dan juga penyayang. Siapapun yang melihatmu pasti akan menyayangimu. Itu kelebihanmu. Kamu punya aura Bunda Teresa.” Kata Susan sambil tertawa. “ Hahaha. Ada-ada aja kamu. Masak aku punya aura Bunda Teresa? Hmm… Atau kalau nggak dapat kerjaan ini, aku melamar jadi biarawati aja ya?” Kataku pelan. “ Ah.. jangan lah. Aku yakin kamu pasti akan mendapatkan pekerjaan ini, menjadi perawat seorang dokter wanita yang Parkinson. Dia pasti akan memilihmu, karena kamu pernah sekolah kedokteran. ” Kata Susan yakin. Aku menggangukkan kepalaku dan mengatakan kepadanya “ Terimakasih, San.” +++ Setelah satu bulan menunggu pengurusan surat-surat sebagai calon tenaga kerja di Taiwan. Akhirnya hari ini aku bisa berangkat ke Taiwan . Ke negara yang tidak diakui keberadaannya di seluruh dunia karena semua negara menganut paham One China Policy, yaitu hanya mengakui Cina Tiongkok . Taiwan yang memisahkan diri dari China bertahun tahun lalu , dianggap bukan suatu negara, sehingga tidak boleh terlibat dalam PBB ataupun mempunyai kedutaan besar. Meskipun tidak diakui, tapi Taiwan adalah negara yang maju dan makmur. Banyak pabrik dan perusahaan-perusahaan besar ada di Taiwan. Taiwan juga terkenal dengan dunia medisnya yang sangat maju dan sebagai penghasil Chip computer yang sangat diperlukan dunia saat ini. Di bandara, aku duduk bersama teman-teman TKI lainnya. Kami memakai seragam dari perusahaan Susan sehingga ketika sampai di Taiwan, agent, patner Susan lebih gampang mengenali kami. Dua puluh orang wanita yang mencoba merubah nasib dengan bekerja di sana. “ Maaf Mbak, aku pikir, mbak ini perwakilan dari Bu Susan yang akan menemani kami berangkat ke sana. Mbak nggak ada gaya TKI sama sekali. Mbak ini lebih bergaya nyonya daripada pekerja.” Kata salah seorang teman TKI Aku hanya tersenyum, tidak tahu harus menjawab apa. Padahal aku juga pakai seragam yang sama dengan meraka. Mungkin seperti kata Susan, ada aura berbeda dalam diriku yang membuat mereka ragu kalau aku ini ternyata juga TKI, sama seperti mereka-mereka. +++ Lima jam kemudian, pesawat China Airlines yang membawaku terbang meninggalkan Indonesia menuju Formosa Taiwan, mendarat dengan sempurna di Bandara Taiwan Taoyuan International Airport. Kami para TKI di jemput oleh agent kami di Taiwan dan dikumpulkan di suatu ruangan untuk mengisi berkas-berkas. Tiba-tiba seorang Bapak paruh baya berkacamata bundar, memanggil namaku lengkap dengan nama mandarinku. “ Jenni Chen – Chen Chin Ping “ “ Wo se. ( Saya) ” Jawabku sambil mengangkat tangan. Dia tampak tertegun melihatku dengan fasih menjawab panggilannya dengan bahasa mandarin. “ Anda bisa berbahasa mandarin?” Tanyanya dengan bahasa Indonesia yang cukup lancar. “ Bisa.” Jawabku singkat. “ Fluentkah?” Tanyanya “ Lumayan, saya les mandarin cukup lama saat di Indonesia.” Kataku. “ Ok. Majikanmu ingin kamu mulai bekerja hari ini. Jadi dari airport kamu tidak dibawa ke mess penampungan, kamu akan langsung menuju rumah majikanmu di Taichung. Perjalananya sekitar 2 jam dengan bus. Ada seorang staf kami yang akan mengantar anda ke sana. Semua berkas-berkasnya sudah ditanda tangani. Paspor anda harus kami yang pegang. Setelah 6 bulan bekerja, Majikan bisa memintanya kepada kami.Kalau ada kesulitan, hubungi nomor ini. Kami akan membantu mu. Semoga kamu betah ya.” Katanya sambil menyodorkan sebuah kartu nama dan aku menyodorkan pasporku untuk dipegangnya. Tanpa paspor aku tidak bisa kembali ke tanah air. Jadi betapapun beratnya pekerjaan ini, aku harus bertahan. Dan aku yakin aku pasti bisa. Aku kemudian mengikuti seorang staf dari agent Taiwan, seorang lelaki muda yang tampak baik hati. Mungkin umurnya sekitar dua puluh tahunan. Dia membawaku menuju basement bandara untuk membeli tiket bus menuju Taichung dan aku dan diapun segera berangkat menuju tempat pekerjaan baruku. Dua jam kemudian, kami sampai di suatu rumah besar berwarna putih dengan arsitektur classic. Pintu otomatis terbuka. Dan pria muda itu mengajakku masuk ke dalam rumah mewah itu. “ Selamat malam, perkenalkan ini tenaga kerja yang akan bekerja di rumah ini.” Katanya sopan. Di depanku tampak seorang wanita berumur pertengahan 50 an yang tampak menyembunyikan tangannya di belakang tubuhnya. Tampaknya tangannya itu selalu bergetar. Wajahnya sangat tegas dan pintar. Dia tidak tersenyum sama sekali. Di sampingnya berdiri seorang lelaki gagah dengan perawakan tenang yang memeluk bahu wanita itu. Lalu di depannya ada seorang lelaki tua berumur 80 an yang menatapku dengan pandangan bertanya-tanya. Mungkin di kepala mereka, mengapa ada seorang wanita yang bermata sipit seperti mereka,bekerja sebagai TKI, bukannya biasanya TKI itu adalah wanita-wanita yang berkulit gelap? Aku menampilkan senyum terbaikku kepada mereka semua dan berharap mereka tidak menolakku untuk menjadi perawat wanita yang sekarang tampak bergetar seluruh tubuhnya.Sampai dia terduduk di kursi besar berukiran naga. Suaminya secepat kilat menidurinya ke kursi dan membiarkan semua tubuhnya bergetar. Aku refleks berlari ke arah wanita ini dan menaruh bantal di samping kepalanya agar kepalanya tidak sakit terantuk kursi yang terbuat dari kayu. Mata suaminya menatapku penuh rasa terimakasih dan aku hanya mengangguk hormat padanya. Sepertinya dia adalah lelaki baik yang sangat mencintai istrinya yang sedang sakit. Matanya bersorot penuh kekhawatiran tapi nampak sejuta cinta di mata beningnya yang ditujukan untuk sang istri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN