“ Ambil tasmu dan packing semua barangmu. Kita Pindah!” Kata Kevin sambil menatap wajahku dengan mata berkabut yang masih terlihat di pelupuk mata coklatnya. Aku terpaku, wajahku memucat. Mengapa dia harus mengambil keputusan seekstrim ini? “ Kita mau pindah ke mana?” Tanyaku lirih. “ Sementara ke hotel dulu. Nanti aku cari apartemen untuk dibeli atau sementara kita sewa dulu. ” Katanya sambil mengelus-elus pipiku yang melepuh. “Jangan ! Kita uda janji pada dokter Evie, tidak akan keluar dari rumah ini.” Kataku dengan suara gemetar. “ Aku tidak tahan lagi, kalau melihatmu seperti ini terus. Aku berusaha sabar beberapa bulan ini, melihat kelakuan papa padamu. Tapi hari ini dia sudah keterlaluan. Lihat wajahmu sampai melepuh, terkena siraman kopi. Kalau diam saja dan tidak bertindak