Bab. 10

1644 Kata
Sissi terdiam menunduk. Saat ini ia dan Digo sedang berada di mobil dan Digo akan mengantarnya pulang. Sejak disidang oleh Oma Arnita dan Mama Mita, Sissi lebih banyak termenung dan diam. Bagaimana tidak! Bayangkan saja, tertidur dengan lelaki yang bukan siapa-siapamu dengan posisi saling memeluk dan dipergoki langsung oleh Orangtua lelaki. Sissi sangat malu sekali di depan Oma dan Mama Digo. Rasanya ia sudah tidak punya muka untuk bertemu dengan mereka. Meskipun ia dan Digo tidak melakukan apa-apa, tetapi tetap saja di mata Oma dan Mama Digo pasti mereka pikir ia dan Digo sudah melakukan lebih. 'Kenapa semua bertambah rumit begini ya Allah, apa ini gara-gara membohongi orangtu makan jadi kami sendiri akhirnya yang kena batunya. Sissi membatin dalam hati. Matanya menerawang imajinasi ia dan Digo yang harus menerima keputusan Oma Arnita yang akan menikahkan mereka penilaian lagi. 'Si Rimba kenapa ya! Diem mulu nggak kayak biasanya yg superduper cerewet. ' Gumam Digo dalam hati yang melirik Sissi disebelahnya lebih banyak diam tidak seperti biasanya. "Rimba, lo kenapa?" tanya Digo dengan nada pelan dan hati-hati. Digo sadar jika suasana hati Sissi sedang tidak nyaman karena peristiwa kepergok tidur bersama di sofa oleh Oma dan Mamanya. Sissi masih diam dan enggan menjawab tanya Digo. Membuat Digo kembali melayangkan tanyanya. "Si, lo kenapa." Sissi menoleh saat Digo diundang dengan nama 'Sissi' selama ia kenal dengan lelaki tampan itu baru kali ini Digo diundang namanya dengan benar. "Kenapa lo tu!" Sissi menyahut dengan nada yg suka orang kesal. "Lo masih nanya kenapa! Lo mikir nggak sih! Kita sedang dalam keadaan rumit dan lo bilang kenapa!" log Sissi tak terbendung saat menjawab tanya Digo. Sissi sangat sangat kesal sekali. Ia menjawab sedang pertanyaan sulit dan Digo yang sudah jelas-jelas tahu. "Rimba kontrol log lo! Kita lagi dijalan, nggak diterima ribut-ribut di sini." "Terserah lo mau bilang apa! Tapi lo egois kingkong! Gue benci sama lo." Sissi menangis mendengar Digo yg terkesan suka membentaknya. Digo merutuki dirinya sendiri yang sudah ikut terpancing hingga tanpa sadar mengatakan agak kasar pada Sissi. Yg dibilang Sissi benar, mungkin dia egois, padahal ini bukan salah Sissi sepenuhnya. Justru gara-gara dialah hingga sekarang. Oma dan Minta akan menikahkan mereka kembali. Jika saja malam itu ia tidak ikut tertidur di sebelah Sissi, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Digo segera menepikan mobil dan berhenti, tanpa berkata apa-apa ia menarik Sissi ke pelukannya. Sissi tertegun sebentar dengan sikap Digo yg tiba-tiba memeluknya namun ia hanya sesuai dan menumpahkan tangisnya di pelukan Digo. "Si, kalau nangis bisa bikin lo lega, keluarin semua tangisan lo." katakanlah Digo lembut dan mengusap punggung Sissi yg bergetar dengan dukungan. 'Kenapa lo jadi manis begini sih kingkong! Bikin gue jadi berdebar-debar aja. Meskipun lo jutek dan nyebelinnya tingkat dewa, tapi gue nggak bisa bohong kalau gue mulai merasa nyaman ada dideket lo Digo. ' Sissi membatin saat menikmati usapan lembut Digo di punggungnya. 'Gue nggak tahu rimba, meski lo bawel, cerewet, plus suka bikin gue kesel, tapi makin kesini gue sangat nyaman ada di dekat lo. Gue nggak tahu apa dengan perasaaan gue. ' Digo juga sama membatin dalam hati saat ia mengusap punggung Sissi dan mengembalikan gadis itu. Cukup lama Sissi menangis menumpahkan semua tenangnya. Digo juga senang jika Sissi menangis karena menyambutnya. "Rimba, tolong jangan nangis ya. Gue nggak tega kalau lihat ada perempuan nangis depan gue." "Lo nggak ngerti apa yg gue rasain kingkong, gue belum mau nikah." "Iya gue ngerti Si," dalam hati Digo ada sedikit rasa saat mendengar Sissi tidak ingin menikah denganya. Kenapa harus nyeri? Mengapa ini semua cuma pura-pura, mengapa Digo serasa tak rela saat mendengar Sissi tidak mau menikah. Digo menggumam tak jelas tapi hanya di hati. "Lo beneran nggak mau nikah sama gue Si?" Sissi mendongak mendengar pertanyaan Digo. 'Kenapa ini cowo jadi aneh begini sih! Ya jelaslah mau gue nggak mau. Mana ada sih cewe yg mau nikah hanya karena terjebak pura-pura dan tanpa cinta. ' Sissi membatin dalam hati saat melihat Digo. "Nggak! Gue nggak mau." "Kenapa Si?" "Pake nanya kenapa lagi lo! Ya jelaslah, mana ada cewe yg mau nikah tanpa cinta, dan cuma pura-pura. Cuma cewe bodoh yg mau ngelakuin hal kayak gitu." 'Berarti selama ini gue memang benar-benar bodoh. Dapatkan ngelakuin ini gratis pura-pura dan untuk mendapatkan ketidakseimbangan. Tapi kenapa perasaan ini harus ikut terlibat sih. Harus diganti. Batin Sissi lagi. "Yaudah lo tenang aja nanti gue pasti akan ngomong yg sebenarnya sama Oma dan Mama, gue bakal ngejelasin semuanya biar pernikahan kita dibatalin. Dan lo nggak perlu lagi ngejalanin cinta pura-pura ini." Ucap Digo tapi entah mengapa malah membuat Sissi tidak rela Sissi merutuki dirinya sendiri dalam hati. Ia tidak ingin menikah dengan cara seperti ini, tanpa ada cinta. Tapi ia juga tidak rela jika semua ini berakhir, otomatis ia dan Digo harus saling melepaskan dan tidak bisa ketemu lagi satu sama lain. "Rimba, kenapa diem? Mikirin apa lo?" ucapan Digo menyadarkan Sissi dari lamunanya. "Nggak, gue cuma lagi mikirin saja, bagaimana reaksi Oma dan Mama kalau kita tahu ini cuma pacara pura-pura, gue takut Digo." elak Sissi membantah rasa yg tiba tiba tiba menggelayut kemenangan. Sissi tak lengkap bohong ia memang takut dengan reaksi Oma Arnita dan Mama Digo. Sissi pasti akan sangat menyukai sekali selama ini sudah membohongi siapa yang benar-benar terlihat saangat menyayanginya. "Udah, lo nggak usah pikirin masalah itu. Biar gue yang menjelaskan nanti sama Oma dan Mama." "Tapi gue takut Oma dan Mama jadi benci sama gue Digo." "Kenapa lo harus takut Si?" "Gue--" "Berarti selama ini memang sedang mengalami perasaan lo kan Si?" "Maksud lo apa sih kingkong?" "Lo nggak mungkin merasa takut Oma dan Mama akan murka kalau lo nggak ada perasaan sayang sama mereka Si." Sissi bingung harus menjawab apa. Seharusnya benar apa kata Digo, kenapa dia harus takut, toh ini hanya pura-pura. Tapi Digo memang benar, Sissi sangat menyanyani Oma Arnita dan Mama Digo yang begitu baik itu. Sissi tidak enak rasanya harus melihat kekalahan di wajah mereka nanti saat mengetahui semuanya. "Lo apaan sih Digo. Gue ---" "Mau bilang apa Si?" "Tauh ah, terserah lo kingkong!" "Nggak papa juga kali kalau lo sayang sama Oma dan Mama gue." 'Memang sayang sama mereka Digo. Eh, bukan cuma sama mereka, tapi mungkin sama sama lo juga. ' Jawab Sissi tapi hanya dalam kemenangan. Tak terasa mobil yg dikendarai Digo hingga di depan rumah Sissi. Nampak mobil Alphard terparkir di halaman, itu artinya Mami dan Papi Sissi sudah pulang dari Bandung. Tapi Sissi agak bingung karena tidak hanya satu mobil. Ada satu lagi mobil audy warna hitam terparkir tepat di sebelah Alphard punya Papinya Sissi. "Ada tamu ya Rimba?" tanya Digo saat mereka sudah turun dari mobil. "Mami sama Papi gue kayaknya sudah datang dari Bandung, tapi gue nggak tahu mobil siapa lagi yang punya siapa, mungkin iya kali, lagi ada tamu." jawab Sissi meminjam audy hitam yg terparkir itu. "Kebetulan dong Rimba, gue boleh kan sekalian kenalan sama suka lo." "Eh, buat apa kingkong?" "Yaelah Rimbaaa, buatlah lah jika gue ini calon menantunya." "Cuma becanda Rimba! Cuma pengen kenal aja masak nggak boleh." "Iya boleh, yaudah yuk masuk." Ajak Sissi, padahal tadi saat Digo mengatakan akan memperkenalkan diri pada Mami Papinya sebagai calon menantunya, jantung Sissi serasa jabis lari maraton. Berdegub sangat kencang sekali. Tapi Sissi buru-buru tersadar kalau mengucapkan Digo pasti hanya bercanda saja. "Assalamualaikum," "Waalaikumsalam," "Sissi Sayang, Nak," Mami Senja memanggil Sissi untuk mendekat. Saat ini sudah duduk di ruang tamu, Papi Mami dan Sissi melihat seseirang duduk di sebelah Papinya. Seorang lelaki muda yg kira-kira sepantaran dengan Digo. "Mami, sama Papi kapan sampai?" "Barusan tadi Sayang," " Sissi hampir terlupa untuk mengenalkan Digo pada kedua orangtuanya. "Lho, Pak Digo," "Pak Alam," "Eh, Papi sama Digo sudah saling kenal?" Tanya Sissi mengernyitkan kening bingung, melihat Papinya dan Digo yang terlihat akrab. "Siapa yang tidak kenal sama Nak Digo ini Si, masih mudah prestasinya dalam bisnis yang belum disetujui, Pak Digo CEO ini termuda antar pengusaha yang menjadi rekanan bisnis Papi," Terang Papi Sissi. "Jangan begitu Om, aku jadi tidak enak, lawan dengan Om, yg sudah jauh lebih sukses dalam hal bisnis saya ini merasa tidak ada apa-apanya." sahut Digo merendah. "Oh, ini toh Pap, yang sering Papi ceritain sama Mami, pengusaha paling muda dan sukses itu." timpal Mami Sissi. Sissi tercengang, dunia sempit sekali menurutnya. Ternyata diam-diam Papinya sudah mengenal Digo dan sering berbicaranya pula di Maminya. "Ekheeem .." Deheman pemuda di sebelah Papi Sissi menyadarkan mereka semua jika ada seseorang dari tadi yang melihat keakraban Papi Sissi dengan Digo dengan wajah yang terlihat kesal. "Oh iya Papi sampai lupa, Si kenalin ini Rega, lihat Om Tama." Sissi menyalami Rega tetapi ia tidak suka tatapan lelaki yang dipertanyakan. "Sissi," ucap Sissi singkat, namun Rega masih enggan melepaskannya pada Sissi. Digo pernah melihat itu dan ada rasa kesal di setuju melihat lelaki yang agresif pada Sissi di pemulihan. "Hai Si, ternyata benar ya apa yang diceritakan sama Om dan Tante, Bukannya senang dipuji seperti itu. Sissi malah senang melihat tengah Rega yg tak henti menatapnya dari ujung kaki hingga kepala. "Makasih." jawab Sissi singkat. Digo dan Papi Sissi terlihat sedang asyik membahas bisnis. Sementara Mami Sissi sedang menyiapkan teh di dapur. "Si, kamu tahu nggak, aku berhasil beruntung sekali akan dijodohkan dengan kamu." Ucapan Rega sontak membuat Sissi menoleh kaget ke Arah Papinya. Seolah bertanya 'apa-apan ini Pap. Tidak ada omongan apa-apa, dan sekarang Papi membawa lelaki yang akan dijodohkan denganku. ' mata Sissi menatap marah pada Papinya. Digo pun ikut menoleh kaget mendengar ucapan lelaki yang baru dikenalnya itu. Hatinya layak kesal sekali. Kesal karena mengucapkan lelaki yang ada di memuji itu pada Sissi siapa bilang kalau dia akan dijodohkan dengan Sissi. Ingin sekali Digo melabraknya dan mengatakan pada Rega jika gadis yang disetujui akan dijodohkan sebagai kekasihnya. Tapi semua itu Digo tahan dan urungkan karena mengingat itu ia dan Sissi hanya sebatas 'pura-pura.' Digo tidak punya hak sama sekali menerima Sissi di depan orangtuanya. > <<<<<<<
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN