Bab 100. Biar Kita Lupakan Dulu

1797 Kata

Dion menegakkan tubuhnya dan menoleh ke arah samping saat mendengar namanya dipanggil. Senyuman manis Laras yang kemudian menyambut Dion, membuatnya dengan cepat memalingkan wajahnya ke arah lain. Laras segera mengambil perannya dengan baik. Ia berjalan ke sisi ranjang yang satunya untuk bisa menemui Nenek Sulastri. “Nduk, kamu sudah datang toh?” sapa Nenek Sulastri dan Laras tersenyum mengangguk. Dion tak bicara selain hanya memilih menatap hal lain saja. “Mbah, bagaimana kabarnya? Bagaimana perasaan, Mbah?” tanya Laras dengan nada lembut dan sopan pada Nenek Sulastri. Nenek Sulastri tersenyum dan mengangguk pelan. “Rasanya aku sudah kuat. Sudah bisa bangun dan membuat kue lagi!” celetuk Sulastri berkelakar dan Larasnya terkikik kecil. Budhe Dewi, istri Pak Dhe Halim ikut tersenyum mel

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN