Deru napas Dion mulai bisa menyesuaikan kala ia bergerak pelan mengentak lembut pada pinggul Venus. Namun detak jantungnya belum bisa tenang sama sekali. Detaknya berdentum seperti drum perang yang tengah ditabuh keras dan seolah terdengar keluar dari tubuhnya. Ujung jemari Dion bergerak menjalar dari kulit sisi lengan yang mulai lembap lalu naik ke atas menyentuh tulang selangka Venus. Ia ingin semua indranya bisa merasakan Venus yang tengah dimilikinya. Venus pun mulai bergelinjang dengan menekukkan lehernya ke belakang membuat Dion menaikkan pandangan bola mata hitamnya untuk mengintip pose paling manis dan sensual dari dewinya. “Aku mencintaimu ...” rapal Dion di depan kulit s**u Venus yang terus membuat Dion mabuk kepayang. Ia tak pernah membayangkan akan mengalami saat pertama yang