Bab 11

1057 Kata
“Benarkah itu?!” Ellena menanggapi pertanyaan Kyle dengan anggukkan. Dia lalu mengembuskan napas. “Aku sungguh-sungguh. Oleh karena itu Dewi Langit menyuruhku untuk segera menjemput Jean.” Kyle menengadah ke langit-langit, dia merebahkan diri di punggung kursi. Tidak ada nafsu sedikit pun untuk memakan makanan pembuka yang disiapkan para koki. Semua yang Ellena katakan membuat otaknya berputar-putar dan dia paham betul jika gadis itu tidak mungkin berbohong. Mata emas Ellena menatap pada sayuran yang diolah oleh para koki, dia tidak nafsu. Sepertinya laki-laki di hadapannya pun berpikiran begitu. Sementara para prajurit yang mengawal lebih sering memalingkan muka ketika dia melihatnya. Mungkin kabar kematian prajurit yang telah Ellena bunuh sudah menyebar. “Kami akan melewatkan makanan pembuka,” ucap Ellena pada pelayan yang ada di sampingnya. Tentu para pelayan kaget mendengar apa yang dia katakan, tetapi raja mereka tidak membantah. Para pelayan mulai mengangkut makanan tersebut dan mungkin akan datang kembali dengan hidangan utama. Kyle kembali melihat Ellena dengan serius. Laki-laki itu tahu jika si gadis berambut putih tengah memberikannya kesempatan untuk bertanya lebih lanjut. “Aku tahu sedikit soal perjanjian itu. Jujur saja ... menikahkan putri dari Kaisar Langit dengan Kaisar Atha itu tidak mungkin. Kamu tahu dia sangat mencintai Olive .. ah, maksudku Permaisuri Olive,” jelas Kyle yang lalu mengangkat cangkirnya. Ellena hanya mendengarkan. Dia tidak berani mengembuskan napas. Bagaimana pun, dihadapannya adalah seorang raja. Jika dia salah bicara atau bahkan membocorkan penyamarannya, semua bisa berantakan. Jean harus segera ditemukan. Para pelayan menghampiri mereka dengan membawa hidangan utama. Terlalu banyak yang disajikan, entah siapa yang bisa menghabiskan itu. Ellena yakin betul jika ini terlalu berlebihan untuk porsi dua orang. Apalagi sang raja tidak begitu rakus dalam mengambil makanan. Dia akhirnya mengambil daging ayam panggang yang sudah dipotong oleh para pelayan, tetapi mata emansnya tetap memperhatikan sosok di seberang sana. Kyle makan dengan tenang seolah pembicaraan tadi bukanlah apa-apa. Terlebih laki-laki itu sangat yakin dengan pelayan dan prajurit yang mendengarkan pembicaraan mereka sejak awal. “Raja Kyle, untuk porsi makan dua orang ... ini terlalu banyak,” ucap Ellena. Kyle melihatnya lalu berucap, “Aku tahu.” “Jika kamu tahu, kenapa tetap menghidangkannya di depanku?” geram Ellena. Dia mengerucutkan bibir dan tangannya masih memegang pisau. “Para pelayan dan prajurit yang menginginkannya. Bentuk permintaan maaf karena sudah mengira kamu membunuh saudara mereka,” balas Kyle yang lalu kembali melahap daging ke mulutnya. “Benar, ini sangat banyak. Bahkan lebih cocok untuk hidangan pesta.” “Kalau begitu,” ucap Ellena. Dia lalu berdiri dan mengambil satu piring dan menyerahkannya pada para pelayan. “Kalian juga makanlah! Bawa saja ke belakang jika kalau Raja Kyle keberatan.” Kyle segera menegapkan badan, memperhatiakan para pelayan yang bingung. Ada yang terpaksa mengambil makanan itu tetapi tidak berani melihat Ellena. Diam-diam dia menarik ujung bibirnya. Para pelayan membawa makanan yang sudah Ellena sisihkan ke belakang. Mereka masih sempat memberi hormat dan gadis itu membalasnnya. Kyle terus mengamati orang langit yang dikirimkan sang Dewi Langit, tentu bukan orang sembarangan. Setelahnya mereka kembali makan dengan tenang. Makanan yang Ellena sisihkan sudah habis, dia sendiri tidak berniat menambah. Kali ini matanya melihat pada jendela yang terpasang pada tiap sisi. Bagian luar terpantul dengan jelas, tidak ada yang menghalangi. Langit luar memang membiru lautan dan sangat indah jika dipandang. Tidak ada tanda hujan akan turun; Ellena pernah bilang jika hujan yang sering diturunkan langit hanya pertanda buruk untuknya. Kyle tidak mau membahayakan Olive, orang yang harus dia lindungi. Bagaimanapun Kekaisaran Langit tidak boleh mengambil kebahagiaan gadis yang dia cintai. Bahkan jika dia harus membantu Ellena mencari tahu di mana letak elf kecil itu. Kyle belum membayangkan apa yang akan terjadi jika Jean sudah dia temukan. Ellena memang datang dengan damai, tetapi yang dipegang oleh elf cahaya itu akan menghancurkan kebahagiaan Olive. Ya, bahkan jika harus membunuh, Kyle tidak akan mempermasalahkannya. “Raja Kyle?” panggil Ellena. Kyle sontak melihat pada pemilik mata emas yang kembali memikatnya. Gadis itu baru saja selesai makan, tidak, dia sudah selesai sejak tadi. “Kamu sudah selesai ya? Ah, apa ada yang kamu perlukan lagi?” Ellena menggeleng. “Kupikir setelah ini Anda bisa mengizinkan aku untuk mencari Jean. Cuaca sangat bagus, artinya langit sedang sibuk.” “Kamu percaya? Bagaimana jika Kaisar Langit justru mengecohmu dengan mengirim pasukan ke bumi?” Ellena nampak menimbang apa yang Kyle katakan. Benar, ayahnya bisa melakukan apa saja. Jika begini dia membutuhkan perlindungan dan penyamaran. Apa dengan mengecat rambutnya? Tidak tidak, bisa-bisa dia dikutuk seumur hidup. “Sudahlah, bagaimana jika pergi ke pasar? Kamu membutuhkan gaun baru dan penutup mata bukan? Aku akan memesankan jubah dari Kerajaan Ranhold, agar kamu bisa berkelana tanpa perlu ketahuan,” usul Kyle. Ellena mengembuskan napasnya sebelum dia menjawab ucapan Kyle. “Kita harus cepat, Raja Kyle.” “Kamu tidak perlu khawatir. Sejak kemarin aku sudah mengirimkan surat pada adikku, Luciel, mungkin saja Jean ada di Kerajaan Ranhold. Kekaisaran Bumi tidak mengirimkan kabar aneh-aneh, jadi sudah pasti Jean tidak ada di sana.” “Terima kasih atas penjelasannya, Raja Kyle,” ucap Ellena. Dia berdiri lalu membungkuk. Cara yang sangat sopan. “Ada baiknya jika Anda menyelesaikan tugas administrasi sebelum mengajakku berjalan-jalan.” Ellena berjalan meninggalkan ruangan. Dia tidak ingin terlalu lama menatap Kyle. Jika dia membuat rekor orang-orang yang paling lama menatapnya, Kyle pasti sudah berada di posisi pertama. Matanya ini tidak bisa melihat masa lalu Kyle, tepatnya dia hanya bisa melihat kenangan acak. Laki-laki itu seperti berada di luar jangkau pandangannya. Tidak ada masa depan Kyle yang bisa dia lihat. Kenapa? Kejadian ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Langkah Ellena kacau, dia tidak tahu jalan mana saja yang sudah dilalui. Mata emasnya menangkap sebuah taman bunga yang ditutup oleh labirin. Mungkin milik Olive, perempuan yang dulu tinggal di sini dan kini menjadi istri dari Atha. “Ternyata rupamu sangat cantik, Olive,” bisik Ellena seraya mengingat apa yang ada di penglihatannya. Dia ingin menghentikan kekuatannya, jika saja ada cara yang tepat untuk menonaktifkan ini. Ellena berhenti berjalan di batas bagunan yang menutupi. Kyle benar, langit cerah pun bisa lebih mencurigakan dari hujan. Konon manusia dan penyihir jika tangisan Dewi Langitlah yang membuat hujan turun. Jika saja itu benar, dia tidak masalah menangis dewi menjatuhkan hujan. Namun, bukankah itu membuat langit jadi tahu di mana dia berada? Dia geleng-geleng dan berbalik. Kembali ke kamar adalah hal yang terbaik, tetapi hatinya ingin lebih berada di luar ruangan. Meski sudah beberapa hari di bumi, dia belum menginjakkan kaki di atas rumput hijau. Menyapa para burung terbang dan bunga yang menari-nari. ---------------------- Bab Selanjutnya : “Ellena, tangkap!” ucap laki-laki yang berada di hadapannya. Sebuah jubah hitam melambung tinggi. Sesuai intruksi laki-laki tersebut, Ellena menatapnya, dia bahkan bisa melihat arah ke mana jubah itu akan jatuh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN