Setelah terlibat dalam obrolan yang penuh dengan nuansa keakraban, tiba lah saatnya menikmati jamuan. Semua makanan dikeluarkan, ditata berjajar di atas meja. Hidangan yang mungkin tidak mewah, namun untuk rasa, pasti memanjakan lidah dan menggugah selera.
Apa lagi saat ini memang umumnya jam orang makan siang. Sambil makan bersama, obrolan pun masih dilanjutkan.
Pak Hartawan mengambil nasi, urap, tahu, dan ayam kecap tentunya. Ia makan pakai tangan, tampak sangat menikmati setiap suapan.
Samran dan Bu Harumi juga menikmati makanan yang tersedia. Tapi Pak Hartawan yang terlihat paling suka.
"Saya tuh nggak pernah dimasakin kayak gini. Makanya kangen banget sama makanan - makanan rumahan seperti ini." Pak Hartawan tiba - tiba malah melakukan sesi curhat golongan sambil terus makan. Ia juga mengunyah kerupuk dengan sangat bersemangat.
"Ya gimana mau masak, kan aku kerja, Samran juga ngurusin restoran." Bu Harumi langsung menyahut.
"Akhir minggu kan libur." Pak Hartawan menjawab lagi.
"Akhir minggu ya cape, lah. Pengen leyeh - leyeh, refreshing." Bu Harumi masih tidak mau kalah.
Sora dan keluarganya hanya cengengesan saja. Sementara Samran langsung menyenggol kedua orang tuanya yang malah ribut terus di depan keluarga Sora. Bikin malu saja pikir Samran.
"Sora ... nanti kamu kalau udah nikah sama Samran, terus ikut pindah ke rumah kami, kamu nggak usah masak nggak apa - apa. Soalnya depan rumah ada warung serba ada. Nasi putih ada, segala macam lauk juga ada, tinggal bawa piring sama duit ke sana." Pak Hartawan mengatakan demikian setelah protes istrinya tidak pernah masak.
Sora hanya tersenyum.
Namun di saat bersamaan juga berpikir. Jadi seandainya ia dan Samran benar berjodoh, Sora akan diboyong tinggal di rumah keluarga Samran?
Tapi kalau dipikir - pikir ... bukan kah itu sudah otomatis. Karena Samran adalah anak satu - satunya. Siapa yang kelak akan menempati rumah Pak Hartawan dan Bu Harumi, jika bukan Samran dan keluarganya di masa depan?
Sora juga memikirkan. Sejak dulu ia sering berpikir untuk pindah dari rumah orang tuanya. Tinggal di tempat yang jauh.
Karena ia adalah anak pertama yang bisa dikatakan kalah telak dengan adiknya, Rashi.
Rashi sudah mendapatkan pekerjaan yang mapan di luar kota. Tapi Sora justru masih kuliah, pengangguran, jadi beban keluarga.
Sungguh, Sora tidak iri pada Rashi. Hanya saja omongan orang kadang membuat Sora insecure, lalu ingin rasanya pindah planet saat itu juga.
Jadi ... apakah ini jawaban dari setiap doa - doanya selama ini?
"Iya, Sora. Nanti setelah menikah, kamu tinggal di sana, ya. Di rumah kami. Karena kalau bukan kamu dan Samran yang tinggal di sana, siapa lagi?" Bu Harumi baru saja memperjelas isi pikiran Sora sedari tadi.
Sora hanya tersenyum, kemudian mengangguk kecil.
Selepas perjamuan, mereka terlibat obrolan kembali. Banyak hal yang mereka bicarakan demi bisa segera akrab satu sama lain.
Ternyata ada sebuah fakta unik yang baru saja mereka sadari. Pak Gunawan, Pakpuh Sora yang tinggal di sebelah, ternyata telah kenal dengan orang tua Samran sejak lama.
Ternyata mendiang adik Samran, si Gara, seumuran dengan anak Pakpuh Gunawan, Farhan. Pakpuh Gunawan setiap hari berjualan di pasar yang letaknya dekat dengan rumah Samran. Dulu Farhan dan Gara sering main bersama ketika masih kecil.
Tak hanya sampai di situ. Istri Pakpuh Gunawan, namanya Bude Ifa. Dulu adalah partner in Beauty - nya Bu Harumi. Jadi Bude Ifa adalah role model Bu Harumi dalam hal kecantikan dan fashion. Sehingga Bu Harumi sering melakukan pembelian lipstik, atau barang - barang lain yang berhubungan dengan kecantikan pada Bude Ifa.
Sungguh, kalau sudah ada cerita seperti ini, dunia jadi terasa begitu sempit.
Karena hari sudah menjelang sore, keluarga Samran akhirnya berpamitan pulang. Kesan pertemuan hari ini tentu saja sangat baik. Jauh berbeda dari pikiran Sora sebelumnya, ternyata orang tua Samran keduanya sangat welcome kepadanya.
Dan ternyata mereka juga membawa oleh - oleh. Yaitu makanan dalam rantang susun yang besar. Terasa begitu berat, karena mungkin semuanya diisi penuh.
Tak hanya makanan dalam rantang itu, mereka juga membawa satu keranjang buah segar.
"Ini masakannya Samran sendiri. Semua ini adalah menu - menu terlaris di restorannya Samran. Silakan dicoba. Semoga suka, ya." Begitu kata Bu Harumi saat memberikan rantang itu pada Sora tadi.
"Terima kasih, Bu. Kenapa repot - repot sekali." Sora dilema. Menerima dengan rasa tak enak sudah merepotkan. Tapi lebih tak enak lagi jika tidak menerima. Karena Samran sudah susah - susah masak sendiri, eh, malah ditolak.
Tapi sebenarnya Sora juga penasaran sih dengan rasa dan rupa masakan Samran. Apakah ia benar - benar jago masak, atau hanya sok - sok bisa masak karena hobi.
Ketika Samran dan keluarganya sudah pergi, baru lah Sora meletakkan rantang besar itu di meja. Juga satu keranjang yang penuh dengan buah - buahan segar.
Sora sudah tak sabar ingin tahu apa isi rantangnya. Dan ia langsung terpesona pada pandangan pertama.
Pada susunan rantang teratas, terdapat makanan favoritnya. Padahal ia dan Samran sepertinya belum pernah ngobrol tentang makanan favorit masing - masing.
Jadi Samran memasak makanan ini hanya karena murni ini adalah salah satu menu terfavorit di restorannya. Fuyunghai. Sora benar - benar menyukai olahan telur, tepung, sayur dan ayam yang kemudian disiram dengan saos cuka itu.
Pada rantang kedua, Sora kembali jatuh cinta. Karena ia melihat makanan kesukaannya yang lain. Capjay. Ini bukan capjay biasa, karena isiannya begitu lengkap. Ada koloke, sosis, bakso, ayam, udang, jamur, dan sayur - sayur segar lain.
Pada rantang ketiga, Sora kembali terpesona. Astaga ... bukan kah ini nasi goreng Hongkong? Nasi goreng tanpa kecap dan saos. Nasi goreng yang gurih berwarna putih, bertabur banyak toping. Seperti kadang polong, wortel yang diiris kecil - kecil, sosis, telur, dan juga irisan bakso.
Dan pada rantang paling bawah ... ada mie goreng yang terlihat sangat istimewa juga. Mie - nya berukuran besar, pipih, dan panjang - panjang. Seperti Kwetiau. Banyak sekali toping berhamburan, sayur, ayam, kol, sosis, dan telur.
Wah ... benar - benar menggugah selera. Padahal Sora tadi baru saja makan. Tapi rasanya langsung lapar lagi setelah melihat makanan itu.
Sora menata rantang itu dengan apik di atas meja. Berikut dengan keranjang berisi buahnya. Ia lalu mengambil satu potret yang terbaik dari makanan - makanan lezat itu.
Sungguh, ini adalah pertama kalinya dalam hidup Sora, mendapatkan hadiah yang begitu istimewa seperti ini. Wajar bila Sora langsung nolak mengabadikannya.
"Wuih ... mantul sedep bener ini!" Zona langsung ikut lapar juga setelah melihat makanan - makanan itu.
"Samran beneran jagoan masak ternyata ya. Kalau bener ini masakan Samran sendiri, sih!" celetuk Pak Fuad.
Yang langsung di death glare oleh putrinya sendiri, yang tidak terima karena Samran diremehkan. Meski pun Sora tak memungkiri bahwa ia sendiri juga ragu jika ini adalah masakan Samran sendiri.
Membayangkan saat Samran memasak ... pasti ia terlihat berkali - kali lebih tampan.
"Cie ... yang nggak terima calon suaminya dikatain." Pak Fuad malah lanjut menggoda Sora.
Membuat Sora mencebik sok kesal. Padahal sebenarnya senang.
Eh, tapi setelah pertemuan tadi, itu membuat Sora yakin, bahwa Samran benar - benar berstatus sebagai calon suaminya. Karena jelas - jelas, sepanjang pertemuan tadi yang dibicarakan adalah masa depan mereka nanti sebagai suami istri.
Sora menarik napas dalam. Sesuatu yang selama ini hanya berada dalam angannya, kini sudah selangkah lebih dekat ia tuju.
Pernikahan.
Sora dan keluarga pun bersama - sama mencicipi masakan Samran itu. Dan Sora langsung terpesona pada gigitan pertama. Semua makanan itu begitu nikmat. Memiliki cita rasa yang begitu kaya.
Sungguh, jika ini benar - benar masakan Samran, Sora benar - benar akan jatuh cinta pada laki - laki itu tanpa syarat lain lagi.
Tapi Sora juga jadi sedikit minder sih. Karena ia belum terlalu mahir masak. Jadi lah ia sudah kalah telak dengan Samran dalam masalah perdapuran.
Sora mendadak membayangkan betapa romantisnya jika kelak Samran mengajarinya memasak. Seperti adegan - adegan romantis dalam serial drama Korea yang banyak diminati kaula muda. Ah ... senangnya ....
Bukan hanya Sora yang berkomentar baik atas masakan Samran itu. Semua anggota keluarganya juga. Bahkan semua makanan itu langsung ludes dalam sekali waktu makan, disantap habis oleh Sora sekeluarga. Jangan abaikan fakta bahwa mereka semua baru saja makan.
Senikmat itu hingga mereka bisa makan siang dua kali dalam kurun waktu dekat, dengan porsi sebanyak itu.
***