Gengsi Berterima Kasih

1602 Kata
Satu minggu cukup cepat berlalu. Hari ini sudah Jum'at. Besok akhir pekan kembali datang. Saatnya semua anggota KKN rehat, dengan beberapa anggota yang menikmati giliran rolling pulang. Yang jelas bukan giliran Sora. Karena ia sudah menikmati jatah liburnya minggu kemarin. Hubungan Sora dengan Samran sudah kembali baik. Seakan tidak pernah terjadi peristiwa yang membuat Sora sangat kecewa, yaitu saat Samran membatalkan rencana ke sini, tanpa alasan yang jelas. Dan sampai sekarang pun, Sora belum memiliki kemauan untuk bertanya pada Samran apa sebabnya. Bukan kenapa - kenapa, Sora hanya tidak mau memancing amarahnya sendiri. Lebih baik ia tidak tahu sama sekali. Yang penting kini hubungannya dengan Samran sudah kembali baik - baik saja. Siang ini Sora dan kelompok KKN posdaya - nya, sedang berada di kebun. Kelompok KKN Posko 14 memang dibagi - bagi lagi menjadi 4 kelompok, yang masing - masing anggotanya 5 orang, untuk menggarap 4 jenis posdaya yang harus mereka selesaikan selama 1 bulan ini. Salah satu tema posdaya adalah pertanian. Sora masuk dalam kelompok pertanian ini. Sayangnya ia tidak satu kelompok dengan dua teman akrabnya. Sora menjadi ketua dalam kelompok pertanian ini. Setelah 2 minggu bingung dengan bagaimana kelompok pertanian harus berjalan, Sora akhirnya mendapatkan pencerahan. Ini berkat bantuan Hasi dan anak - anak Karang Taruna. Sora tidak menyangka, ternyata mereka benar - benar membantu jalannya posdaya kelompok KKN mereka dengan maksimal. Kelompok Karang Taruna membantu kelompok pertanian mendapatkan lahan untuk bercocok tanam. Lahan ini milik Bu Ruroh, seorang janda kaya, yang memiliki banyak warisan tanah dari mendiang suaminya. Karena Bu Ruroh tidak memiliki waktu luang yang banyak. Mengingat anaknya masih kecil - kecil, banyak lahan miliknya yang terlantar. Termasuk lahan yang dipinjam oleh kelompok Sora, untuk diolah ini. Sayangnya, lagi - lagi, Hasi si kutu kupret itu memanfaatkan bantuan dari organisasi karang taruna - nya, untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Saat itu ia memanfaatkan bantuan yang Karang Taruna lakukan untuk meminta nomor Wenda pada Kiki. Nah sekarang, ia juga memanfaatkan hal yang sama. Kali ini Hasi terus menempel pada Sora yang sedang sibuk mencabuti rumput di tanah, supaya bisa ditanami. "Mbak Sora ... Mbak Sora kan temannya Mbak Wenda to. Tolong dong tanyain ke Mbak Wenda, kenapa kok nomor saya diblokir?" Entah sudah berapa kali Hasi menanyakan hal sama pada Sora sejak sampai di lahan ini tadi. Sora sampai lelah. Kupingnya panas mendengar pertanyaan yang sama terus diulang - ulang. Didukung cuaca panas, matahari sedang terik - teriknya. Membantu darah Sora untuk cepat mendidih. "Mas Hasi ... kan tadi saya udah bilang. Wenda nggak mau hubungannya sama pacarnya terganggu dengan adanya pihak - pihak baru yang terlibat dalam hubungan mereka. Harusnya Mas Hasi udah ngerti dong. Ya kali harus saya ulang terus penjelasannya berkali - kali. Mulut saya bisa berbusa kayak kena racun sianida nih." Sora bisa saja marah - marah pada Hasi dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga. Tapu nyatanya hal itu tidak ia lakukan. Sora berusaha tahan amarah sebisanya. Ia terus mencoba mengingat bahwa atas jasa Hasi lah, ia bisa mendapatkan pinjaman lahan ini untuk menyelesaikan tanggung jawabnya dalam KKN ini. Sora menjelaskan pada Hasi sesuai dengan permintaan dari Wenda juga. Jaga - jaga jika Hasi nekat bertanya pada Sora tentang penyebab ia memblokir nomor si Hasi. Hasi malah tertawa terpingkal - pingkal mendengar penjelasan Sora kali ini. "Mbak Sora ini bisa aja to. Masa menjelaskan gitu aja mulutnya bisa berbusa. Serem, jangan racun sianida yang pernah viral itu. Kalau mau mulutnya berbusa, pakai obat sariawan 4dem s4ri juga udah bisa muntruk kok mulutnya." Muntruk artinya, mengeluarkan busa. Hasi malah menjelaskan hal yang sana sekali tidak nyambung dengan penjelasan Sora sebelumnya. Ya nyambung sih, hanya saja ... kan bukan seperti itu konsepnya. Sora semakin kesal saja dibuatnya. Sora memutuskan untuk diam saja lah. Emosi dalam hati yabg terpendam itu, membuat semangat bersih - bersih Sora semakin membara saja. Ia dengan paksa mengambil arit di tangan Hasi, lalu menggantikan Hasi ngarit alias memotong rumput dengan tenaga dan kecepatan esktra. "Wuih ... Mbak Sora ... cakep - cakep ternyata pintar ngasih, ya. Calon istri idaman." Hasi memuji Sora sepenuh hati sambil mengagungkan jempol. Sora berusaha diam karena tidak mau lepas kendali. Eh, tapi si Hasi masih terus saja menjadi perantara Tuhan untuk memberikan cobaan pada Sora siang ini. Menjadi perwakilan para setan untuk menyulut amarah Sora terus menerus. "Mbak Sora ... nanti tolong sampaikan ke Mbak Wenda, ya. Saya ngajak kenalan dia bukan karena mau merusak hubungan dia sama pacarnya kok. Saya cuman mau kenal. Saya terpesona sekali sama wajah Mbak Wenda yang sangat manis seperti gula itu. Tolong sampaikan, ya." Sora menarik napas dalam, berusaha untuk tetap sabar. Sambil terus ngarit dengan jurus - jurus andalan. Jurus tahan emosi, ngarit dapat hasil rumput belasan sak, bisa untuk pakan sapi berhari - hari. "Hmmm ...." Sora hanya menjawab dengan hm. Itu cukup untuk membuat Hasi semakin kegirangan sampai jingkrak - jingkrak. Sora berpikir mungkin Hasi ini sebenarnya adalah seorang maniak yang psikopat. Mengerikan sekali. "Nanti, kalau ternyata Mbak Manis tetap nggak mau saya ajak kenalan ...." Hasi cengengesan lagi. "Saya sebenarnya sungkan mau ngomong gini. Tapi gimana ya ... saya kan tetap harus jujur. Gini lho, saya awalnya tuh kesemsem sama Mbak Sora. Habisnya ... gimana ya .... Mbak Soda itu cuantik jelita seperti bidadari dari kayangan yang turun ke bumi. Tapi saya yakin Mbak Sora pasti nggak mau sama saya. Makanya saya memutuskan untuk naksir pada Mbak Wenda saja. "Eh, apes. Ternyata Mbak Wenda udah punya pacar. Mbak Wenda juga ternyata setia, nggak mau saya gangguin. Saya jadi sedih. Terus saya kepikiran. Saya denger dari televisi, perempuan cantik itu sukanya bukan sama cowok ganteng. Tapi sama yang humoris. Nah, saya ini kan humoris. Bisa jadi Mbak Sora malah kepincut sama saya nanti. Gimana Mbak Sora? Mbak Sora mau nggak sama saya?" Mendengar ucapan Hasi itu, Sora langsung melotot. Sepertinya amarahnya tidak bisa dibendung lagi. Selain melotot pada Hasi, ia juga melotot pada Kiki. Karena secara tidak langsung, Kiki juga lah yang sudah menjadi jembatan, sehingga laki - laki tidak jelas bernama Hasi itu, jadi memiliki akses untuk berkenalan dengan para Anggota KKN termasuk dirinya dan Wenda. "Eh, Mas Hasi ... denger ya. Mas Hasi pikir, aku sama Wenda itu perempuan apaan? Tadinya Mas Hasi naksir Wenda. Terus naksir saya. Emangnya itu mungkin? Perasaan manusia nggak secepat itu berubah kali. Yang ada Mas Hasi itu pasti cuma main - main. Jangan - jangan Mas Hasi ini maniak ya? Hayo udah ngaku aja. Dasar cowok nggak jelas. Nggak tahu gimana cara menghormati wanita sana sekali." Sora jelas - jelas sedang marah - marah pada Hasi. Tapi tatapannya juga terarah pada Kiki. Kiki kini sedang berusaha bersembunyi di balik pohon pisang. Ia takut. Ia sejak tadi menyaksikan bagaimana Hasi mengganggu Sora. Ia juga tahu, Sora sedang berusaha keras menahan amarah. Tapi Hasi benar - benar keterlaluan sampai Sora kehilangan kendali. Kiki tidak menyalahkan Sora sih. Tapi ya mau bagaimana lagi. Ia sendiri kan juga tak tahu kalau akhirnya akan jadi seperti ini. Di saat bersamaan, seseorang datang. Alshad. Perasaan Alshad sudah tak enak sejak tadi. Tak apa ia ikut membantu kelompok pertanian. Meskipun ia sendiri di sibukkan dengan kelompok industri yang ia ketuai. Demi menjaga Sora. Terlebih Sora sedang tidak bersama dengan dua teman dekatnya, Wenda dan Dana. Ternyata benar, Sora sedang diganggu oleh Hasi. Ia sejak tadi sebenarnya sudah datang. Hanya saja ia memutuskan untuk bersama Kiki. Tidak mau menuduh Hasi sembarangan. Toh Hadi tidak melakukan sesuatu di batas wajar. Tapi sekarang Alshad sudah tidak bisa membiarkan perbuatan Hasi lagi. Terlebih Sora sudah marah sepeti itu. "Ehem ...." Alshad berdeham cukup keras. Hasi yang tadinya sudah takut dengan amarah Sora, kini kembali cengengesan, karena menganggap bahwa Alshad datang untuk ikut menganggu Sora juga. Mengingat mereka sama - sama laki - laki. Namun pikiran Hasi langsung berubah, saat Alshad menatap tajam padanya. "Eh, Hasi ...." Alshad sudah tidak peduli lagi. Ia tidak sudi memanggil Hasi dengan sebutan Mas. Seseorang yang sompral seperti Hasi, tidak layak untuk dipanggil secara hormat begitu. Hasi langsung ciut. Ia kembali merasa ketakutan. "Iya, kamu sudah membantu kami. Kami sangat berterima kasih. Tapi bukan berarti kamu bisa mengganggu anggota kelompok kami. Kamu boleh naksir sama temen - temen kami. Entah itu Wenda. Entah itu Sora. Tapi bukan begitu caranya naksir sama cewek. Itu namanya nggak menghormati cewek, asam kami tahu aja. Itu pun kalau kamu bisa memahami. Atau otak kamu memang beneran udah rusak, sampai mikir kayak gitu aja nggak nyampe!" Alshad tetap memandang Hasi dengan begitu tajam. Hasi yang ketakutan, tanpa menunggu apa - apa lagi, segera pergi dari sana. Bahkan tanpa membawa clurit miliknya yang masih ada di tangan Sora. Sora menatap Alshad sekilas. Sungguh, ia berterima kasih pada Alshad karena sudah berhasil mengusir Hasi dari sana. Tapi Sora gengsi untuk mengucapkan terima kasih itu. Sora hanya menunduk, kemudian berlutut untuk lanjut memangkas rumput. Alshad tanpa ragu berlutut di sebelah Sora, mengambil celurit itu dari tangan Sora dengan begitu lembut. Menggantikan Sora memangkas rumput di sana. "Kamu pasti udah cape kan dari tadi kerja terus. Udah, sana. Pulang aja ke posko. Ajak anggota cewek kamu yang lain juga. Ladang biar diterusin sama cowok - cowok. Lagian habis ini juga waktunya rehat. Waktunya jumatan." Alshad mengatakan hal itu dengan tegas, namun sorot matanya begitu lembut pada Sora. Sora mau tak mau langsung mengangguk. Ia lalu segera memanggil anggota kelompok wanita yang jumlahnya hanya tiga orang termasuk dirinya. "Thanks," ucap Sora lirih pada Alshad. Hanya satu kata. Namun mewakili banyak hal yang disyukuri oleh Sora, yang telah dilakukan oleh Alshad pada nya sejauh ini. Alshad hanya mengangguk sekilas, dan lanjut bekerja. Sementara Sora, segera menyusul dua anggota kelompok lain yang sudah berjalan duluan menuju ke posko. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN