Menolak Rezeki Nomplok

1085 Kata
Sora seketika mendelik. Apa yang dilakukan pemuda itu di sana? Dia bukan mau mengakhiri hidupnya sendiri, kan? Apa jangan-jangan ia adalah orang dalam gangguan jiwa yang sedang kumat? Yang jelas dia tidak sedang memancing jika berdirinya di atas pagar pembatas jembatan dengan sungai dalam nan panjang dengan arus yang sangat deras itu. Di bagian atas memang terlihat airnya tenang. Tapi aliran air di bagian bawah lah yang sangat deras. Sudah banyak kasus orang tercebur ke sungai Brantas, dan kemudian hilang. Begitu ditemukan, jaraknya sudah sangat jauh dari lokasi terjatuh. Saking deras aliran airnya. Dan kebanyakan ditemukan dalam keadaan sudah meninggal dunia. Astaga ... apa pun yang sebenarnya sedang ia lakukan, yang jelas berdiri di atas situ pasti lah sangat berbahaya. Sora pun langsung melambai-lambai ke arah pemuda itu. Berharap ia melihat Sora di sini. Meskipun jarak mereka memang cukup jauh. Merasa tidak ada harapan hanya dengan melambai, Sora pun akhirnya memutuskan untuk berteriak. "Woy ...." Sora berteriak dengan masih terus berteriak. Ia berteriak sekeras yang ia bisa, dan ia juga melambai dengan melompat-lompat, mengusahakan yang terbaik supaya pemuda itu segera menyadari kehadiran Sora di bawah sini. Tapi pemuda itu tetap saja tidak mendengar meski Sora sudah berteriak sekeras mungkin. "Woy, cowok ... oi ... kamu ngapain di situ? Jangan berdiri di situ, bahaya, woy!" Sora berteriak seperti orang kesetanan. Seperti orang dalam gangguan jiwa juga. Astaga ... sekarang Sora baru kesal karena di taman ini begitu sepi. Bahkan di depan sana tidak ada satpam yang menjaga. Kalau sudah begini, Sora mau minta tolong pada siapa coba? Sora sedang panik, pikirannya pun tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Padahal bisa saja ia menghubungi polisi untuk minta bantuan. Toh ada kantor polisi di dekat sini, dekat bundaran sekartaji lebih tepatnya. Dan itu sama sekali tidak jauh dari sini. Sora pun terus melambai dan berteriak. Hingga akhirnya, usahanya tidak mengkhianati hasil. Karena Sora. melihat, bahwa pemuda itu juga sedang menatapnya. Sora pun tak mau kehilangan momen ini. Ia menggunakan kesempatan yang ada, untuk segera memberi tahu pemuda itu untuk turun. Supaya ia tidak terjatuh ke sungai Brantas. "Ngapain berdiri di situ? Bahaya! Ayo cepat turun!" Sora berteriak sekeras yang ia bisa. Cowok itu tampak menggeleng dari atas sana. Sora menganggapnya sebagai bentuk tak setuju atas perkataannya. Membuat Sora makin bingung harus menggunakan alasan apa, supaya cowok itu mau turun dari atas sana. "Eh ... astaga ... apa itu? Ada buaya!" Sora tidak berpikir panjang, ia hanya segera mengucapkan apa yang ada di pikirannya saat itu. Ia pernah dengar, di sungai Brantas ini, ada legenda buaya putih yang bersemayam secara gaib di kerajaan bawah sungai Brantas. Entah lah, ia langsung teringat legenda itu, makanya ia menyatakan bahwa ada buaya di bawah sana. Buaya betulan katanya ada juga. Namanya di sungai, pasti ada buaya, kan. Beberapa kali ada yang merekam penampakan buaya di sungai itu, dan mengunggahnya, sehingga banyak bisa dilihat orang lain. Tidak menutup kemungkinan, memang benar ada buaya di bawah sana. Sora sempat senang karena pemuda itu tampak ketakutan setelah mendengar bahwa di bawah ada buaya. Sayangnya, bukannya segera turun dari sana. Saking panik dan terkejutnya, cowok itu malah terpelanting. Iya, ... ia terjatuh dengan berteriak keras, diikuti dengan suara byur yang cukup keras. Sora langsung mendelik saking terkejutnya. "Ya Allah ... astaga ... astaghfirullah!" Sora panik bukan kepalang. Bagaimana tidak? Tadi Sora khawatir cowok itu mati karena bunuh diri. Eh, sekarang Sora takut, jika cowok itu malah mati, karena panik di takut-takuti buaya oleh Sora. Sora langsung berlari menuju ke pinggiran sungai Brantas. Ia ingin berenang untuk menyelamatkan cowok itu, tapi Sora takut. Kemampuan berenangnya hanya ala kadarnya. Kalau di kolam renang saja, Sora tidak berani masuk ke kolam yang dalamnya lebih dari 1,5 meter. Karena itu setara dengan tinggi tubuhnya. Sementara, sungai Brantas pasti lebih dalam dari sekadar 1,5 meter, kan? Belum lagi arus deras di bagian bawah. Apakah Sora akan bisa melawan arus itu nanti? Bagaimana kalau ia malah terbawa dan ikut hanyut. Parahnya lagi jika sampai ikut mati. Astaga ... meskipun nasib masa depan Sora masih belum jelas juga, ditambah sekarang ia sedang dihadapkan dengan masalah bertubi, tentang urusan hati dan percintaan, dengan dua orang laki-laki yang berbeda. Meski Sora sudah cukup pusing dan sedih memikirkan itu semua, bukan berarti ia menyerah akan hidupnya, dan rela untuk mati sekarang. Tentu tidak. Sora sudah bergidik ngeri hanya dengan melihat air cokelat nan luas dan dalam di hadapannya. Sora menatap pemuda itu. Ia belum terlihat batang hidungnya. Astaga ... dia ke mana ya? Dia bisa renang atau tidak ya? Apakah ia sudah hanyut terbawa aliran sungai? Atau ... dia jangan-jangan sudah langsung mati? Atau ... ia sudah diterkam buaya di dasar sungai? Sora benar-benar takut, juga ... merasa bersalah tentu saja. Ia pikir ingin ke sini untuk menenangkan diri. Tapi ... ia malah semakin menambah pelik urusan Hidupnya. Jika pemuda itu benar-benar mati, dan ada saksi atas perbuatan Sora tadi, bisa-bisa Sora dipenjara. Dan jika pun ia lolos dari hukuman dunia, hukuman akhirat pasti sudah Menunggunya. Astaga ... nasib macam apa ini? "Woy ... Mas ... kamu di mana? Ayo muncul dong? Kamu bisa renang apa nggak sih? Astaga ... aku harus gimana? Apa aku panggil polisi aja ya? Aduh ... ke mana sih orang-orang? Kenapa saat sedang sangat dibutuhkan, para manusia itu justru menghilang seperti ditelan bumi? Sora dengan jeli menatap hamparan air di hadapannya. Hingga ia akhirnya melihat riak air yang tak biasa. Kemudian perlahan menyembul kepala manusia dari sana, diikuti dengan tubuhnya, yang berenang menuju ke tepian. Lebih tepatnya, menghampiri keberadaan Sora. "Alhamdulillah ya Allah ... itu dia mas-nya. Terima kasih ya Allah ... ternyata dia bisa berenang. Akhirnya dia muncul juga, pasti tadi saat belum muncul, karena dia masih menyelam di dalam sana. Hebat banget dia, bisa berenang di sungai Brantas, setelah jatuh dari ketinggian pula." Perlahan namun pasti, pemuda itu akhirnya sampai juga di tepian. Sora sudah siap menyambutnya dengan uluran tangan. Pemuda itu sudah berhenti berenang, meski masih berada di dalam air, namun hanya perairan dangkal. Ia berjalan menghampiri Sora, dan meraih tangan perempuan itu. Sora terdiam ... seakan terkesima dengan betapa tampaknya pemuda itu. Tidak salah kok. Pemuda ini mengenakan baju yang sama dengan saat masih berdiri di atas tadi. Jadi yang ada di hadapan Sora sekarang, pasti bukan memedi jadi-jadian dari dasar sungai. Ia pasti benar-benar pemuda yang tadi. Sora hanya tak percaya saja, dia ternyata benar-benar mempesona. Sora tidak munafik. Ia masih wanita biasa yang tertarik dengan laki-laki ganteng. Yang meskipun dia sudah punya dua laki-laki yang dekat dengannya, tetap saja tak bisa menolak memandang rezeki nomplok seperti ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN