"Kau tidak bisa meninggalkanku begitu saja, Don!" Seru wanita berambut pirang lurus yang tak lain ada kekasih dari pria itu, terus membuntuti Don yang sibuk memasukan semua barang-barangnya ke dalam tas. Semalam ia baru saja kehilangan pria itu di lantai dansa, dan sekarang Don kembali mengambil semua barang-barangnya yang entah akan dibawa kemana.
"Maafkan aku, Liv. Tapi aku harus melakukannya." Balas Don tanpa merasa bersalah, meninggalkan seorang kekasih yang telah menemaninya selama dua tahun terakhir. Oliv masih tak percaya, tidak ada badai ataupun ledakan di dalam hubungan mereka. Semua ini berawal hanya pada sebuah malam di sebuah klub yang baru saja mereka kunjungi.
"Apa ada wanita lain?" Don terhenti sejenak seraya menatap Oliv dari ujung kepala ke ujung kaki. Ya, Tanya dan Oliv memang berbeda. Dari cara berbicara bahkan postur tubuh Tanya lebih unggul dan malah Tanya adalah yang terbaik dari pada Oliv, entahlah. Kini Don hampir tidak bisa membedakan semua hal, Tanya selalu menjejali pikirannya dengan seks tabu yang sialnya sangat menarik.
"Tidak ada wanita lain." balasnya acuh yang masih dibuntuti oleh Oliv.
"Lalu kenapa?" Oliv butuh penjelasan, katakanlah Don adalah seorang pria yang tak bertanggung jawab. Namun sepertinya pengaruh Tanya terhadap hidupnya kini lebih besar dari apapun.
"Aku hanya ingin menyendiri." Kata Don dengan tanpa alasan, mungkin Oliv bukanlah wanita karir yang sempurna seperti Tanya. Tapi mengingat masa lalu Don dan pekerjaan pria itu, sepertinya Oliv adalah tipe wanita yang setia selama mendampingi Don. Dan pria itu dengan mudahnya membuang Oliv hanya karena keterikatannya kepada Tanya yang tak ingin ada orang lain di antara mereka.
"Apa aku memiliki salah? Tolong katakan, Don! Agar aku bisa memperbaiki diri." Oliv terlihat menghalangi jalan Don seolah menuntut sebuah jawaban, pria itu menghela nafas kasar. Ada rasa tak tega ketika harus menyakiti wanita itu, tapi Don tetap harus melakukannya karena semuanya sudah terlanjur terjadi.
"Lihatlah kau! Kau terlalu kurus, tidak bersemangat. Setiap hari aku harus bangun tidur bersama wanita sepertimu, aku sudah tidak tahan lagi, Liv!" Cecar Don, meski yang barusan ia katakan adalah kebohongan. Ia bersyukur memiliki Oliv, sungguh. Semua kalimat itu ia katakan hanya demi Oliv tak lagi berharap padanya.
Wajah wanita itu kemudian berubah sedih, air mata menumpuk di dalam kelopak mata siap untuk membanjiri wajahnya saat ini juga. Don yang melihatnya mendengus kesal, ia benci ketika ini terjadi. Melihat Oliv menangis karena perbuatannya, "aku harus pergi, jangan mencariku lagi!" Ujar Don menyingkirkan Oliv yang menghalangi jalannya seraya membopong tas yang ia bawa ke bahu kanannya.
"Don!"
"Kau akan menyesal meninggalkanku!" Jerit Oliv yang tak dihiraukan oleh Don, pria itu keluar begitu saja dari apartemen kecil yang ia tinggali selama dua tahun terakhir bersama Oliv. Segala kenangan, canda dan tawa bahkan beberapa album foto masih tersimpan manis di dalam sana.
Tapi Don telah membuat sebuah keputusan berat, mengakhiri hubungannya hanya demi seorang wanita yang sedang menunggunya di dalam mobil seraya tersenyum manis kepadanya. Oliv sempat mengintip dari balik gorden kamar, wanita yang telah merebut Don darinya memanglah tak sebanding dengan dirinya. Walau Oliv tak dapat melihat dengan jelas wajah wanita itu, tapi ia yakin wanita Don itu memiliki wajah yang cantik dan juga selalu terawat, tidak seperti dirinya.
"Kau yang menyetir!" Ujar Tanya melemparkan kunci mobil kepada Don, dan dengan senang hati pria itu mengendari kendaraan yang sama sekali belum pernah ia naiki tersebut.
"Tunggu dulu!" Ucapan Tanya berhasil membuatnya terdiam di balik setir kemudi.
"Ada apa Miss?" Tanya Don.
"Buka bajumu!" Titah Tanya, Don masih belum terbiasa akan perintah Tanya yang terbilang tak wajar tersebut. Namun ia berusaha mengimbangi permainan Tanya dan pada akhirnya menuruti semua perkataan wanita itu, membuka semua pakaiannya tanpa menyisakan apapun. Lagi pula, kaca mobil Tanya tidak tembus pandang.
"Nah, begitu lebih baik!" Seru Tanya setelah melihat Don mengemudikan kendaraannya tanpa mengenakan apapun di balik kacama hitam yang Tanya kenakan. Mengeksplor tubuh kekarnya yang sedang sibuk mengemudikan kendaraan membelah jalanan kota.
"Setelah ini kemana, Miss?" Tanya Don.
"Pulang tentu saja." Balasnya acuh yang segera diangguki oleh Don, berbelok menuju apartemen mewah milik Tanya dan berhenti tepat di parkiran.
"Pakai lagi bajumu!" Titah Tanya, seperti seekor peliharaan yang sudah sangat patuh pada Tuannya. Don kembali mengenakan pakaiannya dan keluar bersama Tanya seperti tidak ada yang terjadi.
"Bagaimana rasanya?" Wanita itu kembali bertanya, Don terlihat berpikir sejenak.
"Rasanya dingin, tapi menyenangkan!" Jawaban Don selalu berhasil membuat Tanya tersenyum puas, pria itu kini menyukai gaya Exhibition dan Tanya sangat menggilai pria yang mau mencoba hal apapun dengannya. Saat mereka tiba di dalam apartemen Tanya, Don mulai merapihkan barang-barangnya di kamar Tanya. Kini ia harus membagi kamar dan tempat tidurnya bersama pria itu.
"Ceritakan bagaimana pengalaman seksmu!" Ujar Tanya seraya memantikan api ke rokoknya sembari melihat Don melakukan tugasnya.
"Well, gaya seks yang sering aku lakukan terbilang monoton." Jelas Don.
"Hm.. seperti apa?"
"Seperti... tidak ada yang menarik seolah aku hanya melakukan kewajibanku sebagai lelaki." Tambahnya membuat Tanya menggeleng tak percaya.
"Sayang sekali kau harus membuang tubuh berotot itu dengan sia-sia." Ujar Tanya yang hanya dibalas senyuman di wajah Don, dan entah mengapa senyuman Don terlihat sangat tampan di kedua mata Tanya. Namun ia segera membuang pikiran tersebut jauh-jauh.
"Boleh aku bertanya, Miss?"
"Tentu."
"Kau pernah memiliki seorang kekasih?" Tanya Don, seketika membuat wanita itu terdiam. Membahas kekasih ada hal terakhir yang Tanya ingin lakukan, ia sama sekali tak pernah memiliki hubungan serius kepada siapapun. Semua pria yang datang dan pergi hanya mencari kepuasan padanya dan dengan senang hati Tanya akan memberikannya kepada mereka.
Namun sebuah keterikatan hubungan batin?
Entahlah! Tanya tidak memiliki banyak waktu untuk hal kekanak-kanakan seperti itu, yang ia pikirkan hanyalah pekerjaan dan bagaimana caranya mengumpulkan banyak uang untuknya bersenang-senang. Karena masa lalu Tanya tidaklah sebahagia gadis seusianya dulu, Tanya harus berjuang seorang diri membuka selangkangannya demi mendapatkan apa yang ia impikan.
"Tidak!"
"Mengapa?" Don bertanya lagi.
"Sebuah hubungan seperti itu hanya membuang-buang waktu, yang sudah bisa ditebak akhir ceritanya akan berpisah dan hal itu terus terulang bagai kaset rusak." Jelas Tanya, tak Don pungkiri hal itu memang benar. Sekarang ia menganggap Tanya selalu benar dan Tanya adalah Tuhannya.
Tanya menghisap dalam-dalam rokok yang ada di jarinya lalu menghembuskan asapnya secara perlahan, "aku menghindari kontak batin seumur hidupku agar bahagia, dan ku harap kau paham akan hal itu, Don!" Kata Tanya berusaha menjelaskan kepada Don jika hubungan ini bukanlah hubungan yang melibatkan perasaan.
"Tentu, Miss. Aku paham." Jawab Don dengan mantab.
"Aku hanya membutuhkan kesetiaan, loyalitas dan komitmen darimu. Itu saja sudah cukup." Tambah Tanya.
"Aku tidak akan mengecewakanmu." Sahut Don.