Di sebuah rumah besar di Negara Flower, dua orang pria tampan sedang berbincang-bincang di sebuah kamar luas nan mewah.
“Wah, kau keren sekali, Jae.” puji Tae pada kakak sepupunya itu.
Jae mengenakan pakaian tentara dengan gagahnya. Hari itu, dia memutuskan untuk mengabdi pada negaranya, setelah ia menjalani wajib militer selama dua tahun di negara ayahnya yang juga kakak dari ayahnya Tae.
“Iya dong, aku memang selalu keren, kan? Eh, katanya kau mau mendaftar untuk wajib militer juga, apa ibumu sudah tahu?” tanya Jae sambil memandangi tubuhnya di cermin.
“Jangan keras-keras, aku belum berani bilang pada ibu, tetapi aku sudah menyerahkan formulir pendaftarannya minggu lalu," sahut Tae dengan nada suara pelan.
“Kau ini aneh, banyak lho yang ingin sepertimu menjadi CEO muda. Tapi, kau malah memilih ikut wajib militer.”
“Daripada saat aku menjadi CEO lalu di jodohkan dengan anak dari rekan bisnis ayah, lebih baik aku mendaftar wajib militer untuk menghindarinya.”
Pria muda itu terkekeh sambil minum soda kemasan kaleng di genggamannya.
Jae tak habis pikir, pamannya itu memiliki sebuah perusahan besar yang bergerak di bidang telekomunikasi dan terkenal di negara Flower, pasti posisi CEO menggantikan pamannya adalah impian hampir tiap orang yang ingin sukses.
Namun, si pria tampan berwajah oriental dengan hidung mancung, rambut cepak, berbadan tegap dan tinggi itu malah menghindarinya. Tae mendengar desas-desus perjodohannya dengan anak dari rekan bisnis ayahnya dan ia tak siap untuk menikah.
Sedangkan Jae hanyalah anak seorang tentara yang ayahnya sudah gugur dalam medan perang membela negaranya saat dia berusia lima tahun. Kemudian pria itu diasuh oleh orang tua Tae karena setahun setelah kepergian ayahnya, ibunya juga meninggal akibat depresi berlebihan.
“Kau memang bodoh Kim Taemin, hidup enak sudah menanti mu malah kau ingin menjadi tentara sepertiku.” Jae memukul kepala sepupunya dengan bantal sofa yang diambilnya.
“Kurang ajar kau Kim Jaehyung, awas kau, ya!” Tae mengejar Jae yang langsung berlari saat hendak memukulnya.
Kedua pria itu bukan hanya sepupu, tetapi mereka sudah seperti anak kembar yang saling menjaga dan bergantung satu sama lain sejak kecil. Tae begitu bangga memiliki kakak sepupu seperti Jae yang selalu ada untuk membelanya.
*
Di Rumah Sakit Kota.
Sudah setahun Vanesha menjadi perawat magang di rumah sakit itu. Prestasinya yang meningkat semakin membuat Nathan bersimpati bahkan jatuh hati pada gadis itu.
Nathan berusaha mendekati gadis pujaannya itu, akan tetapi Jane selalu datang menghalanginya.
“Sepertinya Kak Nathan menyukaimu, apa kau tau itu?" tanya Jane sambil menata rambut Vanesha yang terasa halus di tangannya.
“Tenang Jane, Nathan bukan tipeku.”
“Serius?”
“Serius!”
“Janji ya, kau tak akan mengambilnya dariku.”
Pinta Jane.
“Janji.”
Vanesha memeluk gadis manis yang sudah menjadi sahabatnya setahun belakangan ini.
Tok, tok!
Pintu kamar asrama kedua gadis itu terketuk oleh Maria rekan yang satu bagian saat magang.
“Ada apa, Maria?” tanya Vanesha saat membuka pintu kamarnya.
“Tuan Jones ingin kau menemuinya ke ruangannya," ucap Maria lalu pergi dari hadapan Vanesha.
“Ada apa ya Tuan Jones memanggilmu?” tanya Jane.
Vanesha hanya menaikkan kedua bahunya lalu bergegas menuju ruangan Tuan Jones.
Di ruangan Tuan Jones.
“Selamat siang, Tuan Jones, Maria bilang kau memanggilku kesini.”
Vanesha masuk ke dalam ruangan Tuan Jones.
Pria paruh baya itu mempersilakan gadis itu untuk duduk.
“Kau yang bernama Vanesha?” tanyanya.
Gadis itu mengangguk dengan sopan sambil tersenyum.
“Iya, itu saya.”
“Tolong baca penawaran ini!"
Tuan Jones menyodorkan map biru ke hadapan Vanesha.
Gadis itu membuka map tersebut dan membaca beberapa kertas yang terlampir di dalamnya. Di sana tertulis bahwa ia masuk dalam program pertukaran pelajar ke Negara Diamond untuk memperdalam ilmu mengenai perawatan dan kesehatan lebih lanjut.
“Apa kau bersedia, Nona Vanesha?” tanya Tuan Jones.
Mengingat ia sangat membutuhkan uang, maka gaji yang akan dia dapatkan selain uang saku dan tunjangan lainnya itu sangat membuatnya tergiur.
“Iya, baiklah saya bersedia,” sahut Vanesha dengan penuh keyakinan.
"Namun, sebelum kau mulai berangkat ke sana, aku ingin kau mengikuti Suster Maria yang akan bertugas membantu korban tsunami di Blue Beach," ucap Tuan Jones.
"Baik, Tuan."
*
Vanesha terbang menuju kota Blue Beach bersama Suster senior bernama Maria. Meski berat bagi Jane untuk melepas sahabatnya saat di bandara tapi ada rasa senang di hatinya karena menjauhkan gadis pujaan Kak Nathan itu darinya.
Sesampainya di kota tujuan, Vanesha disambut oleh Sandra di bandara. Tubuh gadis itu, terlihat sangat sempurna. Tubuh moleknya yang aduhai dengan d**a berukuran besar serta kulit putih mulus membuat Vanesha sangat iri memandangnya.
“Kalian yang bernama Vanesha dan Maria?” tanya Sandra.
Vanesha dan Maria mengangguk bersamaan.
“Ayo ikuti aku! Oh iya, perkenalkan nama aku Sandra rekan kerja kalian.”
Wanita itu mengulurkan tangannya dan disambut hangat oleh Vanesha dan Maria bergantian.
Setibanya di tandu darurat, Sandra langsung menjelaskan tugas pada Vanesha dan Maria serta rombongan perawat lainnya dari tiap rumah sakit yang akan membantu. Para perawat itu langsung bersiap untuk bergabung dengan perawat lainnya untuk menolong para korban gempa dan tsunami.
Saat menolong para korban, Vanesha tak sengaja menabrak seorang tentara berwajah oriental yang bertugas di wilayahnya.
“Are you okay?” tanya pria yang bertuliskan Kim Taemin pada name tag di d**a kirinya.
“I am okay, i am sorry because i didn't see you," ucap Vanesha.
“Oh, its okay, can I know your name, my name is Tae,” ucap pria itu seraya menyodorkan tangan pada gadis yang baru dijumpainya itu.
Senyum manis gadis itu membuat hati Tae bersemangat untuk mengenal gadis itu lebih jauh.
“My name? Oh, Hi! I am Vanesha."
“Vanesha, apa kau bisa membantuku di sini?” teriakan Sandra membuat Vanesha segera berlari menghampirinya dan meninggalkan Tae saat itu juga.
“Namamu Vanesha rupanya, kenapa kau menggemaskan seperti itu, sih?” gumam Tae sambil memandangi Vanesha yang menjauh.
Seorang anak laki-laki berusia kurang lebih tujuh tahun terlepas dari orang tuanya saat gempa susulan berlangsung, kepalanya terluka parah saat atap rumah menimpanya. Tae menyelamatkan anak itu dan membawanya anak tersebut ke sebuah tenda darurat untuk bantuan medis.
Tae bertemu dengan Vanesha kembali untuk menolong anak tersebut. Tiba-tiba, salah satu tentara datang ke tenda tersebut mencari Sandra.
“Apa Sandra ada? Tanganku terluka, nih," ucap seorang tentara yang sengaja melukai tangannya demi bertemu Sandra.
“Aku saja yang obati," sahut Maria perawat senior berusia empat puluh tahun yang juga bertugas bersama Vanesha.
"Hmmm, tidak jadi deh, nanti saja sakitnya," ucap tentara itu lalu pergi.
"Huh, dasar aneh, pasti dia berpura-pura sakit supaya bisa bertemu Sandra yang seksi. Padahal aku juga tak kalah seksi, ya kan Vanes?" tanya Suster Maria.
Vanesha tertawa mendengar penuturan wanita itu yang sedang menggerutu kesal seraya mengobati luka anak tadi. Tae makin terpesona kala melihat senyuman gadis di hadapannya itu.