“Ternyata benar-benar mulia sekali Mas Faqih ini, tanpa pamrih. Wajar saja kalau sampai kemampuan Mas Faqih kini cukup dikenal banyak orang. Karena Mas Faqih membantu orang lain tanpa pamrih, tanpa meminta imbalan sepeser pun.”
“Kira-kira kapan waktu yang tepat kita akan mengadakan acara mediasi yang seperti Mas Faqih bilang tadi?” tanya Pak Sofyan, meminta kejelasan waktu mediasi Faqih.
“Insya Allah malam ini ba'da isya, kita bisa langsung mulai mediasinya usai mengerjakan shalat isya berjamaah,” terang Faqih meyakinkan Pak Sofyan.
Dan begitu adzan isya berkumandang ketiganya lalu kembali malaksanakan shalat berjamaah, usai melaksanakan sholat Faqih lalu duduk membelakangi kiblat, sementara di hadapannya Pak Soyan selaku pemilik rumah, dan Mandor Salman. “Saya akan mulai sekarang, Pak. Saya akan panggil sosok pimpinan dari makhluk-makhluk yang ada di lokasi proyek itu. Kalau boleh tahu di mana tempat proyek Bapak saat ini yang bermasalah?”
Pak Sofyan lantas mengatakan salah satu daerah yang menjadi lokasi proyeknya yang bermasalah.
Setelah lokasi yang dianggap bermasalah tersebut di ketahui, Faqih kemuadian memejamkan matanya. Membaca doa, sebagaimana yang diajarkan oleh Kanjeng Ratu, kemudian Faqih membuka matanya. Meski terkejut namun Faqih mencoba untuk tetap bersikap tenang, dihadapannya kini tampak satu sosok makhluk tinggi besar dengan bulu-bulu di tubuhnya warna hitam lagi kasar, matanya merah menyala giginya bertaring, dan dia memiliki bau yang sangat tidak sedap, sementara itu di sisi kanannya lagi-lagi dia melihat pemuda tampan dengan pakaian seorang prajurit berwarna serba hijau.
“Hai manusia, apa maumu memanggilku datang ke sini?” kata sosok tinggi besar dan berbulu hitam itu.
“Aku memanggilmu ke sini karena diminta oleh Bapak Sofyan, itu orangnya.”
“Oh ... jadi kamu mau bertarung denganku untuk membela orang itu?!” belum apa-apa sosok tinggi besar berbulu lebat hitam itu menampakkan sikap arogan.
“Tidak. Aku bukan ingin bertarung denganmu, tapi aku ingin mengajakmu untuk bicara baik-baik.”
“Kalau aku tidak mau?!” kata Makhlik tinggi besar dengan sikap menantang.
“Apa boleh buat. Mungkin aku akan bertarung juga dengan kamu juga.”
Melihat Faqih yang tampaknya tidak memiliki rasa takut itu membuat sosok tinggi besar dan berbulu hitam jadi berpikir lebih jauh untuk melakukan pertikaian dengan Faqih. Apalagi dia melihat ada sosok lelaki tampan dengan pakaian prajurit berwarna serba hijau, yang mana dia tahu betul bahwa sosok itu adalah salah satu prajurit dari Ratu pantai selatan.
“Baiklah, sekarang katakan apa maumu?!”
“Kalau bicara apa yang saya mau, sudah jelas saya ingin proyek yang sedang Pak Sofyan jalankan di daerah yang dulunya perkebunan itu, bisa dilaksanakan tanpa kendala dan tanpa diganggu lagi oleh bangsa kalian.”
“Hei manusia! Apa kamu tidak tahu dengan siapa kamu bicara?!” sosok tinggi besar itu marah setelah mendengar jawaban dari Faqih.
“Tentu saja aku tahu, kamu adalah pimpinan dari semua jin yang ada di tempat itu, aku juga tahu tempat itu adalah sebuah kerajaan jin.” Faqih menjawab pertanyaan yang lebih bersiat mengancam itu dengan tetap bersikap tenang.
“Kalau begitu kenapa kamu masih berani untuk menantangku untuk mengusirku dan seluruh rakyatku dari kerajaanku sendiri?!”
“Memang benar kalian bangsa jin adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah di muka bumi sebelum manusia, akan tetapi tugas kekhalifahan untuk memimpin dunia ini diberikan kepada manusia, jadi kalian harus tahu posisi kalian di mana.” Faqih menjawab dengan tegas tanpa rasa takut.
“Tapi kalian tidak bisa mengusir kami begitu saja. Kalau pergi dari sana kami akan tinggal di mana? Ini bukan hanya urusan tentang diriku sendiri, tetapi tentang rakyat-rakyatku jumlahnya ratusan ribu itu!”
“Kalau nanti bisa kubantu untuk carikan tempat tinggal baru bagimu dan rakyatmu, apakah kamu bersedia untuk pindah dari sana dan tidak lagi mengganggu proyek itu? Bagaimana? Setuju?” Faqih memberikan penawaran.
“Baik, kalau memang kamu bisa jamin tempat lain untuk kami tinggal, maka kami berjanji tidak akan mengganggu lagi proyek yang sedang dilaksanakan oleh orang itu.” Raja Jin itu diam sejenak, lalu dia sepakat dengan tawaran dari Faqih.
Faqih kemudian menengok pada sosok yang ada di sebelahnya, “Galuhtama, apa kamu bisa menolongku untuk mencarikan lokasi kosong untuk raja jin berikut dengan rakyatnya?”
“Tentu saja bisa, Tuan. Saya tahu tempat yang kosong dan cukup luas untuk ditempati oleh raja jin ini beserta seluruh rakyatnya.” Sosok tampan berbaju serba hijau itu langsung menyanggupi permintaan dari Faqih.
“Kalau begitu ...,” Faqih kembali menatap sosok besar berbulu hitam tersebut, lal melanjutkan kata-katanya, “... kita sekarang sepakat bahwa kamu tidak akan lagi mengganggu proyek tersebut, dan sahabatku yang akan mengurusi kamu dan rakyatmu untuk pindah ke lokasi yang baru. Terhitung hari ini kalian akan pergi ke tempat yang baru.”
“Baiklah, sesuai perjanjian, begitu kami semua pindah ke tempat yang baru, kami tidak akan lagi mengganggu proyek mereka.” Raja Jin memberi kode dengan tangannya sebagai tanda setuju dengan perjanjian yang telah disepakatinya dengan Faqih.
“Terima kasih, Raja Jin atas pengertiannya, sekarang kamu sudah bisa pulang.”
Raja Jin berpamitan, demikian pula halnya dengan sahabat Faqih dari alam gaib itu, yang bernama Galuhtama.
Faqih melihat wajah Pak Sofyan dan Mandor Salman yang keheranan, mereka melihat Faqih dengan pandangan aneh, yang mereka lihat tadi Faqih seakan tengah berbincang sendiri, meski pun demikian mereka juga dapat merasakan kalau saat Faqih sedang berbicara tadi di dalam ruangan itu, ruangan terasa menjadi lebih dingin dari biasanya, dan mereka berdua merasakan tengkuknya merinding. Kini setelah Faqih selesai melakukan mediasinya, rasa merinding itu sudah hilang dan udara dalam ruangan pun seakan kembali menjadi normal seperti sebelumnya.
“Pak Sofyan, saya sudah melakukan mediasi dengan jin yang jadi rajanya para jin di sana, di lokasi proyek tempat Bapak sedang kerjakan saat ini, dan hasilnya alhamdulillah mereka bersedia pindah dengan dibantu oleh sahabat saya, dia yang akan mencarikan tempat baru bagi mereka. Jadi mulai besok insya Allah tidak akan lagi ada hal-hal aneh yang terjadi di lokasi proyek tersebut, mereka tidak akan lagi mengganggu proyek Pak Sofyan.” Faqih memberikan kesimpulannya hasil mediasi dirinya dengan Raja Jin yang membawahi ratusan ribu jin dalam wilayah kekuasaannya itu.
Alangkah senangnya Pak Sofyan mendengar kata-kata Faqih, dan seperti kebanyakan orang-orang yang sudah ditolak oleh Faqih dia pun ingin memberikan uang sekedar ucapan terima kasih kepada Faqih. Dengan sekuat daya Faqih menolak uang yang ditawarkan itu, dan Pak Sofyan tidak bisa berbuat apa-apa, dan tak berani memaksa lebih jauh agar Faqih mau menerima. Suah jadi prinsip bagi Faqih, dia pasti tetap tidak akan mau menerima sepeserpun uang yang diberikan oleh Pak Sofyan.
Akhirnya Faqih pun diantar kembali oleh Mandor Salman, kembali pulang ke rumah Rosyid.