Tiga Sosok Pocong #1

1149 Kata
 *** Baik Fendy maupun Kyai Rahman hanya terdiam tak bisa memberi komentar apa-apa, dan mereka juga sadar apa yang dikatakan oleh Faqih adalah benar, Faqih tidak mengarang cerita kalau dia memang bertemu Ratu penguasa pantai selatan. Tak lama kemudian datanglah pelayan warung makan yang segera menghidangkan makanan yang mereka pesan tadi. Lantas ketiganya menyantap makanan lezat yang sejak tadi terhirup aromanya di hidung mereka, dan kini sudah tersaji di atas meja. Selesai makan ketiganya kemudian memesan kopi. Fendy lalu bertanya kepada Faqih lebih lanjut apa yang kini dirasakan Faqih setelah sosok hitam yang selama ini menguasai tubuhnya pergi dan berhasil dimusnahkan setelah tertikam oleh mandau miliknya. Faqih menyalakan sebatang rokok kemudian dia menatap Fendy. "Saat ini yang kurasakan adalah tubuh jadi lebih ringan, Mas. Tidak seperti sebelumnya yang terasa cukup berat, juga suara - suara yang selalu saja berbisik kepadaku dengan bisikan - bisikan berupa ajakan dan membujuk untuk melakukan tindak kejahatan sudah tak terdengar lagi. Selama ini aku berusaha sebisa mungkin untuk menghalau bisikan tersebut, tetapi terkadang aku suka gelap mata sehingga tak menyadari dengan apa yang kulakukan, tahu - tahu sesuatu telah terjadi dan itu karena kelakuanku, yang kubisa hanya menyesali. Ya ... setelah beberapa peristiwa secara tidak sadar kualami, beberapa orang yang kesemuanya akhirnya luka-luka, malah ada yang parah dan sampai dirawat di rumah sakit." "Untunglah kalau sekarang kamu merasa lebih baik, dan anugerah yang kamu dapatkan bukan hanya hilangnya pengaruh bisikan yang selama ini telah menguasai dirimu, dengan tanpa diduga kamu juga mendapat khusus dari Ratu untuk bisa bertemu dengan Beliau dan mendapatkan anugerah berupa ilmu yang akan membuatmu menjadi jembatan perantara dari dua alam." Fendy menambahkan. "Benar sekali, Fendy. Saat ini Faqih bisa dibilang adalah seorang Mediator yang menjadi penghubung antara makhluk yang berada di alam jin dengan makhluk yang ada dalam alam dunia yang kita tinggali." Kyai Rahman ikutan berkata untuk memperjelas.   "Faqih? Kamu sedang memandangi apa?" tanya Fendy yang melihat perunahan si wajah Faqih, dia seperti tengah serius menatap sesuatu di kegelapan malam. "Aku menangkap ada hal yang tidak beres dengan warung ini, Mas?" kata Faqih, matanya masih menatap ke arah yang sama. "Tidak beres bagaimana maksudmu, Faqih?" tanya Fendy. "Di ujung sana ada tiga sosok pocong sedang memandangi kita ke arah sini." Suara Faqih agak dipelankan agar tak terdengar pengunjung yang ada di dekat mereka. "Kamu bisa melihat pocong yang ada di ujung sana?" Fendy mulai menyadari kekuatan ada di kedua mata Faqih. "Ya, Mas Fendy. Aku melihat tiga pocong itu di dalam sejak kita masuk ke dalam warung ini, mereka menyingkir keluar kurasa karena mereka takut dengan keberadaan kita di sini. Besar kemungkinan mereka sepertinya ketakutan melihat mandau yang Mas Fendy bawa." Fendy kemudian coba untuk melihat juga apa yang dilihat oleh Faqih, dan ternyata memang benar bahwa bahwa apa yang dilihat Faqih memang Pocong. "Rupanya warung ini ada yang mengirimkan tiga pocong agar warung menjadi sepi. Kalau begitu kita tunggu saja sampai warung ditutup, nanti kita akan bicara baik-baik kepada Bapak pemilik warung makan ini." Ketika hari menjelang pukul 04.00 subuh pemilik warung sedang membereskan warungnya karena sebentar lagi akan ditutup. Pengunjung - pengunjung yang lain sudah lebih dulu keluar dari warung, yang tersisa hanya Faqih, Kyai Rahman da Fendy. Saat itu Fendy kemudian memanggil sang pemilik warung dan memintanya untuk duduk di bangku dekat mereka. "Maaf, Pak. Kalau boleh kami ingin minta waktu sebentar dengan bapak untuk membinvangkan sesuatu." Fendy memulai pembicaraan. "Ya, tentu saja boleh, Nak. Apa yang anak ingin bicarakan dengan Bapak?" "Begini, Pak. Saya ingin bertanya kepada Bapak, Apa yang Bapak rasakan tentang warung Bapak beberapa hari ini atau beberapa bulan ini? Ada peningkatan penghasilankah? Atau kah semakin sepi?" tanya Fendy. "Kalau Bapak pikir - pikir, sudah sekitar dua minggu ini anehnya, warung Bapak terasa sepi dari pengunjung dan pelanggan. Biasanya sih selalu ramai dikunjungi oleh pembeli, sekarang hanya dua orang saja yang mau mampir kesini dan jujur saja bapak sendiri juga suka merasakan perasaan yang aneh ...." "Maksudnya aneh - aneh bagaimana, Pak?" Fendy dan Faqih bertanya nyaris bebarengan. "Ya aneh saja, saya sering melihat - bayangan yang suka melintas di bagian dapur, selain itu juga baik nasi mau pun lauk pauk yang dibuat terkadang suka tidak bertahan lama, padahal baru dimasak  termasuk lauk pauknya, kemudian nasi dan lauk pauknya dalam beberapa jam saja sudah menjadi basi!" "Apakah Bapak tidak merasa bahwa hal itu memang aneh dan sangat tak lazim? Bagaimana?" "Bapak tidak mau berpikiran macam-macam, Nak, bagi Bapak ini hal yang biasa - biasa saja apabila masakan yang Bapak masak menjadi mudah basi, Bapak menganggap bahwa sepinya warung makan ini juga bukan sesuatu yang aneh. Karena Bapak yakin dan percaya bahwa rizqi manusia itu tidak pernah tertukar. Jadi mungkin sekarang memang sedang sepi, dan soal makanan yang mudah basi munvkin karena Bapak kurang besih mencuci alat - alat masaknya." "Bapak. Sekali lagi saya bertanya, apakah Bapak tidak merasa kalau warung Bapak ini sebenarnya ada sesuatu yang membuat warung Bapak akhirnya menjadi sepi pengunjung, dan membuat barang-barang dagangan Bapak lainnya menjadi cepat basi." "Seperti yang Bapak katakan tadi, Nak bahwa hal itu adalah lumrah saja. Mungkin saja saya yang lupa mencuci alat-alat masak sampai bersih sehingga makanan yang dimasak jadi mudah basi." "Mohon maaf sebelumnya ya, Pak. Tanpa bermaksud ikut campur, tetapi bagaimanabpun juga kami harus menyampaikan hal ini kepada Bapak." "Maksudnya bagaimana?" Bertanya Bapak pemilik warung. "Teman kami ini yang bernama faqih melihat ada tiga sosok pocong yang tadi berada di dalam dapur Bapak, saat kami masuk ke sini dan memesan makanan, ketiga sosok pocong itu lalu memilih keluar, mereka tidak berani untuk masuk kembali ke dalam warung ini. Bisa dibilang penyebab dari sepinya pengunjung selama berapa bulan ini disebabkan keberadaan ketiga sosok pocong tersebut. artinya, makanan yang Bapak jual itu ada sangkut pautnya dengan tiga sosok pocong yang sekarang tengah berdiri di luar sana di daerah yang gelap." Seakan tidak percaya dan jadi penasaran Bapak pemilik warung makan ikut melihat ke arah tempat yang ditunjuk oleh Faqih, namun di sana dia tidak melihat apa-apa, hanya kegelapan malam yang tampak, akan tetapi dia pun tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau saat itu badannya merasa merinding dan seluruh bulu - bulu halus di kedua tangannya jadi berdiri. "Mohon dijelaskan lebih detil sajalah, apa yang ingin sana ini Sampeyan semua ingin sampaikan kepada Bapak. "Maaf sebelumnya, Pak. Jujur saja, sebenarnya warung bapak ini adalah termasuk warung yang laris yang selalu menyajikan makanan-makanan yang enak, yang halal. Tetapi namanya saja persaingan bisnis, Pak. Selalu saja akan ada orang - orang yang iri dan dengki dengan rezeki yang kita dapatkan berlebih dari allah SWT. dan orang-orang yang mendengki kepada Bapak itu, mereka dengan keji telah mengirimkan tiga sosok pocong, untuk membuat makanan Bapak menjadi basi, untuk membuat orang-orang yang melihat warung makan bapak ini seakan - akan terlihat menjadi suram, sehingga mereka enggan untuk masuk, bahkan beberapa orang pengunjung yang masih berjalan cukup jauh dari warung Bapak tak akan melihat kalau warung Bapak buka, seakan-akan sedang tutup.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN