Kerajaan Jin #1

1051 Kata
Kemampuan Faqih untuk menjadi seorang mediator yang menjembatani dua alam ternyata semakin lama semakin dikenal luas. Pertolongan yang dulu dia berikan pada Pak Bandi di mana dia menolak ketika Pak Bandi ingin memberikan uang sebagai tanda terima kasih, hal itu terus menyebar dari mulut ke mulut yang utamanya disebarkan oleh Pak Bandi yaitu sang pemilik warung. Setiap kali ada pengunjung yang datang ke warungnya Pak Bandi akan menceritakan bagaimana pada malam itu dia di tolong oleh Faqih dan teman-temannya untuk memusnahkan tiga pocong yang dikirim oleh orang yang membencinya yang telah membuat warungnya menjadi sepi pembeli. Tak lupa Pak Bandi juga menceritakan bagaimana Faqih mampu menyembuhkan keponakannya seorang gadis yang memiliki keturunan Darah Anget yang sudah ketempelan lama oleh makhluk jahat yang berwujud seorang nenek-nenek, dicwritakannya bahwa telah bermacam-macam pengobatan sudah dilakukan dan tidak sedikit orang pintar telah dikunjungi dan mencoba menyembuhkan, namum semuanya berakhir kegagalan, tak ada perubahan ke arah kesembuhan, bahkan kondisi keponakannya semakin lama semakin kurus kering. Lewat pertolingan Faqih lah akhirnya nenek jahat yang menempati tubuh keponakannya itu bisa dihancurkan, sekarang keadaannya telah kembali normal, kembali menjadi seorang gadis yang cantik dan ceria. Pak Bandi juga tidak segan-segan untuk memberikan alamat tempat tinggal Faqih kepada siapa saja yang berniat lakukan pengobatan jika ada keluarganya yang sakit yang berurusan dengan makhluk gaib. Disitulah awal mula Faqih semakin dikenal luas, dan dia sampai bingung mengatur waktu antara menolong orang dengan jadwal pekerjaannya sendiri sebagai seorang tukang di proyek yang dipimpin oleh Mandor Salman. Sekali pun banyak yang datang ke rumah Rosyid untuk mencari Faqih dalam rangka pengobatan keluarga mereka yang sakit namun tidak semuanya ditanggapi oleh Faqih, kalau Faqih melihat sakitnya ringan dan bisa disembuhkan sendiri maka Faqih hanya akan memberikan mereka berupa air mineral dalam botol yang sudah dia doakan. Faqih akan benar-benar mau untuk turun tangan langsung datang ke lokasi jika didapati penyakitnya memang sudah terlalu parah. Jika sosok jin yang menguasai tubuh pasien yang ingin diobatinya sudah terlampau parah sehingga sang pasien tidak sanggup lagi untuk datang menemui Faqih. Namun yang paling membuat terkejut Faqih ketika pada sabtu sore Mandor Salman datang menemuinya ke rumah Rosyid. Awalnya Faqih hanya mengira kalau kedatangan Mandor Salman adalah hanya untuk sekedar silaturahmi berkunjung untuk mempererat hubungan antara Mandor dengan anak buahnya, namun dugaan Faqih meleset karena ternyata Mandor Salman datang menemui Faqih adalah karena diutus oleh Developer dari pemilik proyek yang saat ini sedang dikerjakannya. Di teras rumah Rosyid, Faqih menerima kedatangan Mandor Salman. Dia masuk ke dalam untuk menyeduh kopi dua gelas dan membawanya keluar. Hari itu rumah Rosyid memang kosong, Rosyid dan keluarganya berjalan-jalan ke luar rumah dalam rangka acara weekend bersama keluarga. Setelah selesai membuat kopi Faqih membawa kopi tersebut keluar rumah menuju teras, dia meletakkannya di meja. Satu kopi untuk dirinya satunya lagi untuk tamunya, yaitu Mandor Salman. "Apakah ada hal penting yang ingin disampaikan sampai-sampai Bapak Developer memanggil saya untuk datang ke rumahnya?" tanya Faqih. "Begini, Faqih. Cerita tentang kemampuanmu untuk berhubungan dengan makhluk gaib itu sudah tersebar ke mana-mana, dan tak terkecuali sampai ke telinga tukang-tukang lain yang bekerja di proyek kita Maka ketika aku mendengar namamu disebutkan berikut ciri-cirinya, aku langsung tahu bahwa itu adalah kamu, dan kamu sendiri memang di proyek kan sudah mengkonfirmasi bahwa memang kamu adalah orang yang dimaksud dalam cerita yang sering diceritakan orang-orang itu." "Lalu?" tanya Faqih penasaran, dipersilakannya Mandor Salman untuk meminum kopi yang baru saja dibuatkannya. "Nah ... Kisah itu juga sampai ke telinga Developer kita yang ternyata dia punya masalah terkait dengan hal gaib." Mandor Salman akhirnya mengatakan apa yang jadi kepentingannya. "Apakah di rumahnya ada penunggu yang selalu mengganggu developer kita dan keluarganya?" tanya Faqih, karena hal paling umum yang dia tangani adalah masalah seperti itu. "Bukan. Ini bukan tentang rumah yang ditinggali, tetapi ini tentang lahan proyek baru Developer." "Tadinya kukira soal rumahnya, ternyata ini soal lahan di proyek barunya Maksudnya lahan untuk proyek." "Ya benar, Developer kita saat ini sedang menangani proyek baru dan di tempat baru yang mana tempat itu dulunya adalah sebuah perkebunan yang luas, dia menghadapi kendala di kebun itu." "Kendala apa misalnya?" "Contohnya kendaraan proyek yang dipergunakan untuk meratakan tanah tiba-tiba saja mesinnya mati, namun saat di cek oleh teknisi ternyata tak ada kerusakan apa-apa. Dan anehnya tiap kali kendaraan proyek itu dicek saat di luar jam kerja selalu bisa dijalankan, namun saat ingin dipakai kembali di jam kerja mesin pun kembali mati. Semua bingung karena memang tidak ada kerusakan apapun di dalam kendaraan proyek itu. Dan beberapa orang tukang yang terbiasa sebelumnya menangani proyek-proyek yang dibuka dengan lahan-lahan seperti itu bisa menebak bawah ini tentu saja ada campur tangan dari makhluk-makhluk gaib yang sepertinya tidak suka kalau daerah mereka dijadikan perumahan." "Masih ada yang lain?" tanya Faqih ingin tahu lebih lanjut. "Sebenarnya masih banyak lagi, selengkapnya nanti bisa diceritakan langsung oleh Developer kita. Kalau kamu tidak keberatan kita berangkat saja hari ini juga langsung ke rumah Developer kita." "Bisa ... bisa. Tetapi sebaiknya kita menunggu yang punya rumah pulang dulu, bagaimana?" "Wahh ... kalau harus menunggu Rosyid pulang rasanya tidak tentu kapan pulangnya, bagimana kalau dia pulang larut malam?" "Kalau begitu aku izin dulu dengan Mang Asep, setelah itu kita berangkat berdua menemui Developer kita.” “Baiklah kalau begitu, aku akan tunggu di sini ini. Kopinya aku minum, ya.” “Silahkan ... silahkan. Memang sengaja saya buatkan buat sampeyan, Mas.” Mandor Salman meneguk kopi yang tadi dibuatkan Faqih, sementara Faqih masuk ke dalam rumah untuk menemui Mang Asep yang biasanya selalu duduk di teras belakang rumah. Sesampainya Faqih di belakang rumah memang dia melihat Mang Asep saat itu tengah duduk memandangi burung peliharaan milik Rosyid yang berada di dalam sangkar yang tergantung. “Mang Asep, saya akan pergi ke luar bersama tamu saya yang saat ini ada di halaman depan, saya tidak tahu kapan saya akan pulang, bisa cepat bisa juga agak malam, tapi bisa juga menginap, jadi Mang Asep tidak perlu menunggu. Sekalian tolong nanti sampaikan juga pada Pak Rosyid dan keluarganya saat pulang nanti, katakan kalau saya pergi bersama dengan Mandor Salman.” “Baik, Mas Faqih. Nanti akan Mamang sampaikan pada Tuan Rosyid kalau Beliau pulang.” Setelah berpamitan kepada Mang Asep, Faqih lalu kembali ke teras depan rumah. Dihabiskannya kopinya lalu memasukkan kedua gelas bekas kopi itu kembali ke dalam. Selanjutnya dia berangkat dengan dibonceng motor milik Mandor Salman.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN