Kelicikan Mandor

1721 Kata
 Usai melaksanakan sholat subuh berjamaah Fendy bersama ketiga tamunya berbincang-bincang di teras sampai waktu menunjukkan pukul 06.00 pagi, lalu mereka berpamitan kepada Fendy untuk kembali ke rumah masing-masing. Kyai Rahman mengendarai motornya sendirian, sementara Rosyid membonceng Faqih di belakangnya. Sekira pukul enam lewat tiga puluh menit mereka berdua akhirnya sampai di rumah. sekalipun kurang istirahat Rosyid tetap berangkat bekerja sekaligus menemui Pak Sofyan selaku Developer dari proyeknya Mandor Salman, dan tempat Faqih bekerja sebelumnya. Faqih sendiri yang sebenarnya tengah kacau pikirannya memilih untuk keluar dari rumah, dia ingin menjernihkan pikirannya ke mana pun kakinya melangkah. Dan dia menjerat memilih untuk menyendiri di Taman Tepian Mahakam, Taman yang terletak di pinggiran sungai Mahakam, di mana dulu Rosyid pernah mengajakya ke sana. Ada kesedihan yang dirasakan oleh Faqih saat itu, di dalam gazebo sambil memandang ke arah sungai Mahakam, Faqih kembali teringat masa lalunya. Dari masa kanak-kanak sampai dia dewasa saat ini. Entah mengapa dia merasa senantiasa kehidupannya selalu dirundung duka dan airmata. Kapan kiranya semua ini akan berakhir dan kebahagiaan Menghampirinya? Faqih tak tahu. Satu hal yang masih Faqih syukuri, sekalipun dia selalu dipertemukan dengan orang-orang jahat, akan selalu adapun orang baik yang juga datang menolongnya. Pertemuan Faqih dengan Bagas, Pranajaya, Norman, maupun Mandor Salman adalah yang dinilainya sebagai orang-orang jahat. Dibalik itu dia pun dipertemukan dengan Rosyid, Kyai Rahman dan Fendy, orang-orang baik yang dengan tulus membantunya. *** Pintu diketuk dari luar, Pak Sofyan mengalihkan pandangannya yang semula tengah fokus di depan layar laptopnya dengan setumpuk berkas di sebelahnya kini ke arah pintu dan berkata, "Masuk. Pintu tak dikunci." Pintu terbuka, muncul Rosyid dengan tersenyum kepada Pak Sofyan. "Wah, ada angin apa ini, seorang Developer sehebat Pak Rosyid mendatangi kantor saya yang kecil ini?" Pak Sofyan bangkit dan berjalan ke arah Rosyid. "Ah bisa saja Pak Sofyan ini. Bagaimana proyek-proyeknya, dan Pak?" "Alhamdulillah, saya jua terkendali, kecuali adapun satu yang sempat tertahan. Untung adapun Faqih, teman Pak Rosyid yang bekerja di salah satu proyek yang sedang saya tangani." "Kedatangan saya kemari memang berkenaan tentang itu, Pak Sofyan. Lebih tepatnya tentang pemecatan Faqih oleh pemilik proyek tempatnya bekerja." "Apa?! Faqih dipecat?! Kok bisa?. Oh ya, Dek silahkan duduk dulu, Pak Rosyid. Saya akan panggilan OB untuk menyiapkan minuman." "Tak usah repot-repot, Pak Sofyan" "Tak apa, dan tak merepotkan kok. Bukankah memang sudah seharusnya tamu di muliakan toh? Lagi pula Pak Rosyid ini kan selalu sibuk hingga jarang sekali punya waktu untuk bisa silaturahmi seperti ini." Rosyid tak bisa menolak lagi dia hanya mengangguk dan tersenyum saja. Pak Sofyan lantas keluar untuk menemui OBnya. Tak lama Pak Sofyan sudah kembali lalu duduk berhadapan dengan Rosyid. "Nah Pak Rosyid, bisa Bapak ceritakan kronologisnya sampai pemilik proyek bisa memecat Faqih dari pekerjaannya." Rosyid pun mulai menceritakan kisah yang dialami oleh Faqih, semua diceritakan apa adanya seperti yang dia dengar sendiri dari Faqih, Pak Sofyan sendiri mendengarkan ya dengan ekspresi wajah tak percaya, sesekali menggelengkan kepalanya, dia benar - benar merasa aneh kenapa hal seperti sampai bisa terjadi. Dia dapat merasakan adapun yang aneh dengan peristiwa itu, dan yang paling dia curiga jelas Mandor Salman. Usai Rosyid bercerita, pintu diketuk dari luar oleh OB kantor Pak Sofyan, dia meletakkan dua gelas berisi kopi ke atas meja dan segera berlalu. "Jadi begilah kisahnya, Pak Sofyan. Jujur saja saya tak percaya kalaupun Faqih sampai berhutang buat hal bodoh seperti itu. Kalau memang butuh uang dia pasti akan bilang ke saya dan tak perlu sampai menggelapkan uang p********n pasir." Rosyid pun mengakhiri ceritanya. "Soal itu saya sependapat dengan Pak Rosyid. Karena saat dia membantu mengusir jin yang adapun di salah satu proyekku, dia sama sekalipun tak maupun masyarakat nerima uang yang kuberikan. Itu sangat nggak lazim bagi seorang yang memiliki ilmu seperti tersebut saat dimintai pertolongan oleh seseorang, karena berkaitan dengan alam ghaib yang bisa saja membahayakan dirinya sendiri." "Karena itulah, kedatangan saya ke sini tak lain untuk meminta bantuan Pak Sofyan membersihkan nama baik Faqih. Soal pekerjaan mungkin akan saya pertimbangkan untuk saya pekerjaan di salah satu proyek yang saya tangani sendiri." "Baiklah Pak Rosyid. Ini bukan hanya tentang pengembalian nama baik Faqih sendiri, akan tetapi juga soal nasib kedepannya proyek yang saya tangani. Saya menaruh curiga kalau dalang dibalik semua ini adalah Mandor Salman. Apakah Pak Rosyid juga berpikir begitu?" tanya Pak Sofyan. "Sebenarnya dugaan saya sejak awal pun begitu, tapi karena dia adalah Mandor tempat Proyek Pak Sofyan, saya memilih memendamnya saja. Karena cepat atau lambat kebenaran pasti akan muncul juga ke permukaan. Dan Pak Sofyan pasti akan menyadari sendiri." "Silakan diminum kopinya, Pak Rosyid. Hari ini juga kita berangkat ke proyek untuk meminta keterangan langsung dari Mandor Salman." Rosyid meneguk kopinya hingga setengahnya. "Kita jalan sekarang, Pak Sofyan?" "Ya, sekarang." Pak Sofyan membereskan meja kerjanya lalu mengajak Rosyid keluar dari ruangannya. Dia mendatangi sekretarisnya dan mengatakan akan keluar meninjau proyek dan itu tak akan memakan waktu lama, dan jadi kalaupun adapun tamu yang mencarinya diminta untuk menunggu saja. Pak Sofyan mengendarai mobilnya, sementara Rosyid lebih nyaman menggunakan sepeda motornya. Mereka berdua akhirnya tiba di proyek, dari kejauhan terlihat kalaupun Mandor Salman saat itu tengah mencaci maki salah seorang tukang yang dinilainya tak becus, suaranya terdengar keras saat membentak-bentak. Sampai - sampai Baik Pak Sofyan maupun Rosyid dapat mendengar jelas saat Mandor Salman mengatakannya. Mandor Salman baru berhenti dari mencaci maki setelah pundaknya disentuh oleh Pak Sofyan. "Maaf, Pak. Saya tak atau kalaupun adapun Bapak di sini." Mandor Salman jadi salah tingkah sendiri, dia sama sekalipun tak mengira kalaupun Pak Sofyan akan secara mendadak datang ke Proyek tanpa terlebih dahulu menghubunginya. Biasanya setiap kali Pak Sofyan akan mendatangi proyek pasti setidaknya akan mengabari Mandor Salman dengan menelepon ya untuk menanyakan apakah dia adapun ditempat ataupun tidak. Sekalipun dia tak adapun ditempat dan sedang berada di warung remang-remang, dia akan berkata akalau dia sedang berada di proyek, dari dan dia akan ngebut untuk bergegas kembali ke proyek sebelum Pak Sofyan sampai duluan. "Kenapa kaget begitu? Kayak habis lihat setan saja. Ini ada apa? Kenapa ribut - ribut?" Tukang yang tadi dimarahi habis-habisan oleh Mandor Salman tetap terdiam, dia memilih menu duk tanpa maupun berkata menjawab pertanyaan Pak Sofyan. Mandor Salman yang malah menjawab,"Orang ini kerja nggak becus, Pak. Masang bata mitng terus gak sesuai benang, kalaupun bongkar pasang begini kan kita bisa rugi dibahan, Pak." "Apa benar begitu?" Pak Sofyan menatap tukang yang masih tertunduk itu. Dia masih diam saja, yang berkata malah pekerja lain yang nekat memberanikan diri mengatakan kebenarannya. "Nggak, Pak. Justru Pak Mandor yang memerintahkan kami memasang bata tanpa memakai benang, ribet katanya. Dan Tukang itu justru yang terus mengusulkan agar dibata ulang dengan menghancurkan bata lama, sebab setelah diukur oleh benang ternyata miring, Pak." Mandor Salman menatap tajam kepada  orang yang dengan lantang bicara itu seakan sedang mengancam, tapi orang yang berkata itu malah menatap balik Mandor Salman. "Sudah, hentikan, silahkan kembali bekerja. kalaupun memang adapun yang miring hancurkan saja, biarpun kerugiannya nanti saya yang menanggung." Pak Sofyan lantas mengajak Mandor Salman menjauh menuju rumah singgah yang dibangun oleh para tukang untuk beristirahat. Mandor Salman saat itu wajahnya memerah, betapa dia sama sekali tak menyangka adapun tukang ya yang berani menentangnya di hadapan Bosnya. "Salman. Langsung saja. Aku maupun bicara soal Faqih. Kenapa dia sampai bisa dipecat oleh pemilik proyek?" "Wah, saya sedang tidak di tempat, Pak saat kejadian itu." "Memangnya kamu ke mana?" "Saya pulang karena sakit, Pak." "Uang untuk pembelian pasir yang kaku minta kemarin mana? Kata pemilik toko saat supir ya mengantarkan pasif Faqih tak memberinya uang karena kamu belum memberikan uang itu kepada Faqih." "Itu tidak benar, Pak. Uangnya sudah saya berikan pada Faqih. Pasti Faqih memakainya buat bersenang-senang. Bapak lebih percaya saya ataupun Faqih orang yang cuma tukang itu?" "Tentu saja saya lebih percaya Faqih, mustahil dia memakai uang itu apalagi untuk bersenang-senang, apa kamu sudah lupa saat Faqih menolak saat aku memberinya uang atas jasanya mengusir jin yang mengganggu di salah satu proyekku? kalaupun Faqih butuh uang dia pasti sudah mengambilnya dan bukan menolaknya. Karena nominalnya jauh lebih banyak dibandingkan uang p********n pasir satu truk itu. Jangan-jangan malah kamu yang sengaja maupun makanya dan memditnah Faqih, padahal uang itu kamu pakai buat bersenang-senang tapi malah menuduh Faqih yang bersenang-senang. Aku memang batu mengenal sosok pemuda itu, tapi aku bisa merasakan ketulusan dari pandangan matanya juga sikapnya dibandingkan kamu yang penuh kepura-puraan. Sekarang lebih baik kamu beres-beres saja, karena mulai hari ini aku takkan lagi mempekerjakanmu. Saya akan mencari Mandor yang baru. Satu lagi, Faqih akan saya pekerjaan kembali di sini, dan kalaupun nanti saya dengar dari para pekerja itu kamu datang ke sini dan berbuat macam-macam, aku tak segan akan memperkarakanmu ke kepolisian." "Tapi,Pak...." Mandor Salman memandang dengan putus asa dan rasa tak percaya, kalau hari itu adalah hari kesialan besar yang menimpa pada dirinya. "Rosyid, kalau kamu tak keberatan, aku akan mempekerjakan kembali Faqih di proyek ini, nanti aku pun akan menemui Pak Rudi selaku pemilik proyek. Aku akan jelaskan duduk perkara yang sebenarnya. Faqih akan kujadikan Mandor pengganti Salman yang baru saja kupecat." " Saya tak adapun masalah kalaupun soal itu, Pak Sofyan. Semua saya kembalikan pada Fagih saja, apakah dia nantinya akan menerima penawaran Pak Sofyan atau tidak,"Ujar Rosyid. Dia pun masuk kembali ke dalam mobilnya."Pasyika samoetan menepati jangi untuk bicara dengan Pak Rudi, agar hilang kesalah pahaman antara Pak Rudi dengan Faqih. "Tentu saja, semua akan saya tuntaskan hari ini juga. Kedua Developer terkenal namun bersahabat itu berpisah arah, Pa Sofyan menuju kantornya Pak Rudi untuk meluruskan kesalah pahaman tentang Faqih, sementara Rosyid kembali ke kantornya. Pak Sofyan memang menepati janjinya, karena akhirnya Pak Rudi mau berbesar hati menerima kembali Faqih sebagai pekerja di proyeknya dan akan dinaikkan menjadi Mandor. Hari itu juga Pak Sofyan menelpon Faqih yang masih berada di Taman Tepian Mahakam. Tentu saja Faqih menyambut baik dan merasa senang kalaupun Pak Sofyan maupun Pak Rudi selaku pemilik proyek bisa mengetahui kebenaran yang sebenarnya. Sejak awal juga Faqih sudah merasa kalau Mandor Salman tak menyukai kedekatannya dengan Pak Sofyan sejak peristiwa Faqih mengusir jin yang mengganggu diproyeknya Pak Sofyan. Faqih memang tak mau bermasalah lagi. Dia memilih mengalah setiap kali Mandor Salman menyakitinya. Tapi Mandor Salman salah mengartikan sikap mengalah dari Faqih  dalam pemikirannya Faqih mengalah itu karena takut kepada dirinya. Akhirnya kebenaran terungkap. Setelah seharian berada di tempat itu, Faqih memilih untuk pulang, waktu di jam tangannya sudah menunjukkan pukul lima sore. Rosyid tentulah sudah kembali berada di rumah. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN