Duda Meresahkan 1

1618 Kata
"Om. Kok Om Ken lama sih mendudanya? Oh pasti Om Kendra lagi nungguin Caca tamat sekolah kan, habis itu Om Kendra bakal lamar Caca kan?" Clarissa menjejali Kendra dengan pertanyaan seputar pernikahan. "Ayo Om, lamar Caca sekarang aja, besok Caca udah pengumuman lulus lho! Entar kalo keduluan yang lain nyesel lho. Kan Om Kendra jadi tambah lama mendudanya!" kembali Clarissa merecoki Kendra dengan pertanyaan yang sama, masih seputar pernikahan. "Kasian lho Tasya gak punya Mama. Kan kalo Om nikah sama Caca, Caca bisa jadi Mama yang baik, Mama yang cantik, Mama yang akan selalu ada untuk Tasya. Percaya deh sama Caca!" lagi-lagi Clarissa memberondong Kendra dengan pembicaraan seputar itu itu saja setiap kali Kendra datang ke rumah Joan untuk menyerahkan berkas pekerjaan mereka yang sudah siap untuk di tanda tangani. Gadis cantik , putri satu-satunya dari Joan Mahesa dan Renata itu benar-benar kerap kali membuat kepala Kendra berdenyut nyeri karena sikap pecicilan gadis itu, tapi herannya, alih-alih marah atau sejenisnya Kendra malah menanggapi sikap Clarissa itu lucu dan menggemaskan. Kendra sudah menganggap Clarissa seperti putrinya sendiri. Lah iya, bagaimana Kendra tidak akan menganggap Clarissa seperti itu, usia Kendra sama dengan usia ayah Clarissa. Kendra ada sahabat kental Joan Mahesa. Mereka sudah bersahabat dari jaman mereka masih SMP kelas satu hingga sekarang, sampai umur mereka sama-sama genap empat puluh tahun. Mereka masih bersahabat baik, meskipun kini status mereka , Kendra dengan Joan adalah CEO dan kuasa hukum. Joan Mahesa sendiri adalah seorang CEO perusahaan besar, sementara Kendra adalah seorang kuasa hukum di perusahaan dan keluarga Joan. Kendra sudah menduda lebih dari sepuluh tahun. Istrinya meninggal sebulan setelah melahirkan putri semata wayang mereka, jatuh dari tangga rumah mereka hingga mengakibatkan kematian dan sejak hari itu Kendra hanya fokus mengurus dan membesarkan putrinya seorang diri, dengan sesekali di bantu oleh ibunya atau saudara kandung mendiang istrinya saat Kendra harus bekerja keluar kota bersama Joan Mahesa. Kendra sudah mengenal Clarissa dari Clarissa masih dalam kandungan ibunya, bahkan tidak jarang dulu Kendra juga ikut menggendong Clarissa saat gadis itu masih bayi, lalu bagaimana bisa sekarang Clarissa justru meminta Kendra untuk melamarnya lalu menikahi gadis itu agar bisa menjadi ibu dari satu-satunya putri yang Kendra miliki. Oh bisa meledak kepala Kendra jika terlalu lama di rumah Joan, apa lagi jika si pecicilan Clarissa juga sedang ada di rumah. "Ayolah Om. Caca pengen jadi istri Om. Pengen jagain Om, pengen ngurusin Om setiap kali Om berangkat kerja kek Mama dan Papa Caca. Pengen jadi Mama nya Tasya juga lho Om. Jadi besok lamar Caca ya Om. Please...!" Rengek Clarissa saat sudah duduk di samping Kendra dan bergelayut manja di lengan kanan Kendra, bahkan gadis itu tidak merasa malu saat harus di lihat oleh kedua orang tuanya ketika merecoki seorang laki-laki dewasa dan meminta di nikahi. "Caca, jangan gitu aah. Liat, wajah Om Ken kamu udah kek tomat kematangan," timpal Renata menegur putrinya saat ikut duduk di samping suaminya setelah Joan dan Kendra selesai dengan berkas-berkas mereka. "CK," Clarissa justru terdengar berdecak kecewa dengan apa yang baru saja ibunya tegur padanya. "Ah Mama gak asik. Caca itu pengen nikah sama Om Ken. Toh Caca besok sudah lulus sekolah. Udah boleh tau, Ma!" Seru Clarissa lagi dan kali ini Joan yang menggeleng dengan sikap labil putrinya. "Caca, kamu masih harus kuliah dulu, sarjana dulu, lalu ikut bekerja di perusahaan Papa, baru boleh nikah. Lagian Mama gak setuju kamu nikah cepat-cepat," tolak Renata untuk satu permintaan putrinya yang menurut dia sangat tidak masuk akal. "Mama. Kuliah itu bisa nyusul. Kuliah setelah nikah kan masih bisa, tapi kalo nikah sama Om Ken, Caca gak bisa nungguin.___ Maksud Caca, Om Kendra yang gak bisa nungguin Caca lebih lama lagi. Iya kan Om Ken!" balas Clarissa lagi dan sungguh kali ini otak Kendra serasa akan meledak beneran. Bisa-bisanya dia di gombali oleh gadis ingusan seperti Clarissa, dan apa tadi Kendra nggak bisa tahan untuk tidak menikahi gadis itu? Oh lelucon apa lagi! "Caca. Stop menggoda Om kamu. Lagian Om kamu itu sudah punya calon istri lho. Cantik orangnya, model pula, dan seperti mereka akan segera menikah. Bukan begitu Ken...!" Potong Joan sambil mengedipkan sebelah matanya pada Kendra dan Clarissa langsung menatap ke arah Joan, ayahnya juga Kendra secara bergantian. "What..? Om Ken udah punya calon istri?" kutip Clarissa mengulang pernyataan ayahnya tadi dan baik Joan ataupun Kendra sama-sama mengangguk setelah sebelumnya mereka juga saling tatap beberapa detik. "Ya iyalah. Kendra kan ganteng, masa iya dia gak punya calon istri. Malu lah ma Ucok BB!" seru Renata ikut mengompori akan tetapi detik berikutnya Clarissa justru terdiam dari duduknya sambil menatap ke arah Kendra dengan mata yang sudah terlihat berkaca-kaca dan siap untuk melelehkan air asin itu. "Apa itu benar Om?" Tanya Clarissa dengan suara bergetar dan Kendra hanya mengedipkan matanya untuk menjawab pertanyaan gadis cantik itu, akan tetapi detik berikutnya Clarissa justru menangis sejadi-jadi tidak terima dengan apa yang baru saja dia dapatkan jika duda meresahkan yang sudah dia incar selama dua tahun ini ternyata sudah punya calon istri dan siap menikah, dan itu artinya dia akan patah hati. "Iya, itu benar," Joan yang menjawab sementara Kendra hanya terlihat mengangguk sembari mengalihkan perhatiannya ke arah lain untuk menghindari tatapan memelas Clarissa. "Huaak_____. Om Ken jahat. Om Ken kejam. Padahal Caca udah nungguin Om selama ini, tapi Om diam-diam malah sudah punya calon istri. Om Ken jahat. Om Ken gak mau membalas cinta Caca yang sebesar truk kontener. Om Ken jahat. Caca gak suka Om Ken. Caca gak suka," Clarissa justru benar-benar menangis sejadi-jadi tidak terima dengan apa yang baru saja dia dengar, jika Om kesayangannya ternyata akan segera menikah. "Caca..., dengar kan Mama. Caca itu masih muda, masih cantik, masa iya anak Mama jodohnya duda anak satu kayak Kendra." Renata menenangkan putrinya yang merajuk dengan tangis bahkan gadis itu ikut menghentakkan kakinya di bawah meja sambil melempar bantal sofa ke arah ibunya. "Caca gak peduli. Pokonya Caca tu maunya nikah sama Om Ken, bukan yang lain. Caca tu cinta sama Om Ken, titik gak pake koma!" teriak Clarissa lagi, bahkan kali ini gadis itu langsung meninju lengan atas Kendra, kesal dan sakit hati karena secara tidak langsung Kendra sudah menolak dirinya untuk menjadi istri laki-laki itu. "Caca... dengarkan Om. Om itu..." Kendra ingin meluruskan pemikiran Clarissa, tapi Clarissa terus saja menggeleng tidak terima. "Om jahat. Om mengkhianati cinta Caca dengan menjalin hubungan bersama wanita lain. Om Ken jahat!" Tolak Clarissa dan Kendra buru-buru menahan kedua tangan gadis itu karena Clarissa benar-benar memukul nya cukup keras bahkan Kendra bisa merasakan jika lengan atasnya sudah terasa kebas karena pukulan Clarissa. Kendra menahannya dengan memeluk bahu gadis itu dengan sebelah lengannya, dan tangan satunya lagi Kendra gunakan untuk mengunci kedua tangan Clarissa. Mereka kerap seperti itu, bahkan tidak jarang Clarissa akan anteng di ketek Kendra seharian jika laki-laki berstatus duda itu datang ke rumahnya dengan membawa Tasya putrinya, dan kadang-kadang Clarissa juga akan bertengkar dengan Tasya hanya karena Tasya tidak mau membagi ayahnya pada Clarissa yang notabenenya juga punya ayah. Sebocil itu memang Clarissa, tapi herannya otaknya terus saja memaksa agar Kendra menjadikannya istri. "Caca Sayang, dengarkan Om dulu," ucap Kendra. ____"Caca itu udah Om anggap seperti anak Om sendiri. Sama kek Tasya. Masa iya Om malah...?!" "Gak mau. Om Ken itu bukan Papa Caca. Kalo Om gak mau jadiin Caca istri , Caca juga gak mau di jadiin anak sama Om. Gak mau, pokoknya Om Ken harus mutusin pacar Om, dan Om hanya boleh nikah sama Caca. Cuma sama Caca," tolak Clarissa lagi. Tangisnya sudah seperti petasan meledak dan kali ini Joan juga Renata sama-sama memutar bola matanya kesal dengan sikap manja dan labil putri mereka, sementara Kendra justru terlihat menghela nafas dalam diam kemudian menghembuskannya dengan sangat pelan karena jika sudah ngambek begini, susah menenangkan Clarissa, dan mau tidak mau mereka harus mengiyakan keinginan Clarissa hanya untuk membuat gadis itu tenang. "Oke oke oke. Om akan putusin pacar Om. Jadi tolong berhenti menangis. Om paling gak suka melihat orang menangis!" Ucap Kendra lagi dan kali ini Renata kembali memutar bola matanya asal karena tau jika itu adalah salah satu kelemahan Kendra. "Bener?" Tanya Clarissa tegas dan Kendra langsung mengangguk. "Iya." Kendra. "Janji." Clarissa. "Caca, stop." Timpal Renata. "Gak mau."____"ayo Om. Bilang kalo Om bakal putusin pacar Om itu. Ayo!" Pinta Clarissa lagi dan kali ini kembali Kendra harus menatap Joan sembari menghela nafas dalam diam. Niat hati ingin membantu Kendra terbebas dari tingkah anak gadisnya yang merengek minta di nikahi dengan mengatakan Kendra sudah punya calon istri, eeeh sekarang mereka malah terjebak karena tangis Clarissa yang menggelegar, dan sekarang malah memaksa Kendra berjanji untuk memutuskan hubungan dengan wanita yang sebenarnya memang tidak pernah ada di hati Kendra , karena sampai detik ini , Kendra memang belum punya keinginan untuk kembali menikah. Dia sudah merasa bahagia hidup berdua dengan putri semata wayangnya tapi lihatlah, untuk yang ke seribu kalinya, Clarissa malah merengek pada Kendra untuk menikahinya. "Iya." Jawab Kendra terdengar pasrah. "Sama satu lagi, Om Ken harus lamar Caca. Om Ken gak boleh nikah sama yang lain, soalnya Om Ken itu jodohnya Caca."____" iya kan Pa?" Clarissa meminta bantuan ayahnya dan Joan hanya terlihat menggelengkan kepala , penat dengan kelakuan anak gadisnya, begitu juga dengan Renata. Mereka berdua pikir jika omongan Clarissa merupakan bualan yang sampai kapanpun tidak bisa dibenarkan, secara dari segi pemikiran Clarissa masih labil dan kekanak-kanakan. Beruntung Kendra juga bisa memaklumi itu, jadi meskipun gadis itu kerap kali merecokinya , dia tidak pernah ambil pusing. Namun kadang-kadang Clarissa memang kelewatan agresif saat bersama Kendra. Seperti saat ini misalnya, selesai nangis dan meminta Kendra untuk putus dengan kekasihnya, Clarissa kembali ke topik awal percakapan mereka. "Jadi ayo Om, nikahi Caca. Please" Caca kembali merengek minta dinikahi Kendra, dan sikapnya itu sudah kayak anak yang merengek minta dibeliin permen atau mainan oleh ibunya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN