Carolyne masih membuka pejaman matanya, ponselnya berdering dan Carolyne meraihnya di atas nakas yang ada di samping kepala ranjang.
Ia menghela napas, ketika melihat nama Allerd terpampang di layar ponselnya.
"Helo? Ada apa?" tanya Carolyne tanpa basa-basi.
"Aku butuh copyan jadwalku besok."
"Malam-malam begini?"
"Bukankah seorang sekretaris tak akan pernah mengeluh kalau di suruh?"
"Ini sudah sangat malam."
"Aku butuh malam ini. Jika kamu tak mengirimnya tak usah ke kantor besok."
"Baiklah. Aku akan mengirim emailnya." Carolyne mengalah karena ia memang membutuhkan pekerjaan ini.
Ia sudah sangat nyaman bekerja di kantor Betrand walaupun tak pernah akur sedikitpun dengan Allerd atasannya.
Betrand sempat melirik ke arah Carolyne sejenak tapi Betrand langsung nemalingkan wajahnya ketika Carolyne beranjak dari tidurnya dan mengambil laptop di atas nakas.
"Mulai sekarang kau sudah tak boleh bekerja di bawa Allerd," kata Betrand.
"Apa yang ku katakan? Kenapa kata-kata ini keluar tanpa ku rencanakan? Terserah baginya juga jika ia ingin bekerja di manapun, apa urusannya denganku? Astaga," batin Betrand.
Carolyne menoleh ke arah Betrand, ia tak menyangka Betrand akan melarangnya secara langsung.
"Aku tak bisa keluar. Aku membutuhkan uang," kata Carolyne.
"Berapa banyak uang yang kau butuhkan? Akan ku berikan. Asal kamu tau Allerd bukan pria yang baik."
"Lantas hanya kau pria yang baik … begitu?"
"Aku tak lagi membahas tentang diriku, tapi tentang Allerd, Aku tidak menyangka kamu bisa memacari pria sebrengsek dia."
"Bukankah kau lebih b******k?"
"What do you mean? Jangan mengalihkan pembicaraan."
"Aku tak butuh saran darimu, aku bisa jaga diri sendiri, Jangan mengatakan hal yang tak benar tentang bosku, kau bercermin saja, apa kau bisa di anggap pria baik? Atau sebaliknya?"
"Susah ya ngomong sama kamu, aku mengatakan ini bukan karena aku peduli, tapi aku tak mau saja semua orang serta semua rekan bisnisku, menilai kamu dengan buruk, karena bekerja di bawah Allerd, semua orang tau Allerd seperti apa. So, up to you, yang penting jika sesuatu terjadi, tanggung sendiri akibatnya," kata Betrand sembari beranjak dari duduknya dan melangkah keluar kamar.
Ia membanting pintu begitu keras sampai Carolyne terkejut bukan main.
"Ada apa sih dengannya? Aneh," gumam Carolyne.
Di depan kamar Betrand mengepalkan tangannya jika saja ia bisa menyuruh Carolyne berhenti akan di lakukannya.
"Dasar wanita keras kepala, lihat saja, kamu bekerja di bawa Allerd baru sebulan, lihat saja apa yang akan terjadi nanti." Betrand tersenyum miring, rasanya ia ingin memukul pintu kamarnya begitu keras, agar Carolyne tau jika ia sedang kesal.
Betrand memutuskan untuk ke ruang kerjanya.
Setelah selesai mengirimkan jadwal Allerd untuk besok Carolyne langsung menaruh laptop di atas nakas dan menyelimuti dirinya dengan selimut dan mulai memejamkan mata.
Betrand tengah mengetk sesuatu di laptopnya banyak yang harus ia kerjakan.
"Ada apa denganku? Kenapa aku begitu tak rela Carolyne bekerja di bawa Allerd? Pria b******n itu. Lihat saja, Allerd, aku akan memecatmu secepatnya setelah orang suruhanku kembali ke New York," kata Betrand agak frustasi.
Setelah selesai bekerja Betrand kembali ke kamarnya, sebenarnya bisa saja tidur di manapun, karena mansion mewah miliknya begitu besar dan memiliki banyak kamar. Tapi, ia juga seperti tak rela jika harus berpisah kamar dengan Carolyne istrinya. Ia menganggap semua ini karena alasan ayahnya bukan keinginannya.
Sampai di kamar ia melihat Carolyne tertidur di atas ranjang dengan pulas.
Betrand tersenyum miring sembari tertidur di samping Carolyne wanita yang di bencinya.
****
Carolyne terbangun karena matahari masuk kedalam kamar dan tepat mengenai mata indahnya. Ia melihat Betrand tetidur di atas sofabed yang bisa menumpu seluruh tubuhnya.
Carolyne menatapnya sejenak. Ketika sadar jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Ia dengan cepat berkemas dan masuk ke kamar mandi, ia mengunci begitu rapat karena bisa saja Betrand masuk tanpa izin lagi.
Beberapa menit ketika ia sudah mandi dan menjadi lebih segar.
Carolyne sudah tak melihat Betrand berada di atas sofa.
"Kemana dia? Apa dia tak mandi?"
Tak lama kemudian pintu kamar terbuka dan melihat Betrand hanya memakai jubah mandi dengan rambut yang basah..
"Kau mencariku?" tanya Betrand.
"Tidak sama sekali," kata Carolyne sembari melewati Betrand yang sedang berdiri melap rambut basahnya.
"Omg. He is very handsome," kata Carolyne sembari memegang dadanya karena jantungnya berdetak begitu kencang.
****
Sampai di kantor Carolyne duduk di atas meja kerjanya sembari menyusun dokumen yang akan di tandatangani Allerd jika ia sudah datang. Tak lama kemudian pintu ruangan terbuka. Allerd sudah datang dengan mengunci pintu ruangan dan langsung menatap Carolyne begitu tajam.
"Ada apa? Mengapa kau menatapku seperti itu?" tanya Carolyne sembari beranjak dari duduknya ketika menyadari Allerd sedang berjalan mengarah kepadanya.
Carolyne berjalan mundur karena tak ingin sampai Allerd berbuat sesuatu kepadanya.
"Apa yang akan kamu lakukan? Menjauh!" tunjuk Carolyne.
"Apa kau pikir aku akan menjauh? Kau yang harusnya mendekat, aku ingin tau bagaimana reaksi Betrand ketika ia mengetahui istrinya aku perkosa." Allerd tertawa sejadi-jadinya, tawa bak iblis itu membuat Carolyne bergidik ngeri.
"What? Jangan lakukan itu, Allerd," kata Carolyne yang masih berjalan mundur dan akhirnya terjebak tembok di belakangnya
Ketika Allerd sudah berada di hadapannya, Allerd menempelkan tubuhnya di tubuh Carolyne. Allerd menatap bibir mungil Carolyne dan hendak menciumnya, tapi Carolyne meludahinya.
"Jangan lakukan ini, Allerd. Please …." Carolyne hendak menyingkir, tapi Allerd mencegahnya dengan menggenggam lengannya begitu kuat dan ia menampar Carolyne tepat di pipi kirinya dan menghempaskan Carolyne hingga terbaring di atas sofa.
Betrand sedang berjalan melewati ruangan Allerd, hendak memasuki ruang rapat tiba-tiba ia mendengar suara teriakkan dari dalam sana.
"Buka pintu itu, Marvel!" Teriak Betrand.
Marvel lalu mencoba membuka pintu ruangan Allerd, tapi Allerd menguncinya dari dalam.
"Tuan pintunya terkunci."
"Panggil keamanan sekarang juga," kata Betrand khawatir.
"Help me. Please … Help me." Betrand mendengar suara Carolyne di dalam sana sedang menangis
Beberapa menit kemudian semua tim keamanan serta polisi sudah berkumpul di depan pintu ruangan Allerd.
Semua karyawan datang untuk melihatnya.
Sesaat kemudian, pintu ruangan terbuka dan Betrand langsung berlari masuk ke dalam ruangan dan mendapati Carolyne sudah dengan wajah lebam serta pakaian yang berantakan.
Betrand langsung menghampiri Allerd dan menonjok tepat diwajah Allerd.
"Dasar b******n!" umpat Betrand yang masih memukul wajah Allerd berkali-kali.
Carolyne menangis tak menyangka jika yang di katakan Betrand benar
Kate sekretaris Betrand, lalu menyelimuti Carolyne menggunakan jas milik Betrand.
"Kalian bubar saja lanjutkan pekerjaan kalian," kata Marvel menyuruh semua karyawan agar pergi dari ruangan.
"Tangkap b******n ini!" teriak Betrand kepada beberapa polisi sembari menghempaskan Allerd ke lantai.
Allerd tak menunjukkan wajah menyesal sama sekali malah ia sejak tadi tersenyum puas.
"Aku akan kembali, Sayang!" Teriak Allerd, ketika ia di bekuk oleh beberapa polisi.
"Kalian berdua keluar saja," perintah Betrand kepada Marvel dan Kate sekretarisnya.
Ketika melihat Marvel serta Kate keluar dari ruangan. Betrand menatap Carolyne yang sedang menangis menjadi tak tega, wajahnya penuh dengan lebam dan goresan.
"You are okay?" tanya Betrand
Carolyne tak menjawab dan hanya menangis.
"Sudah ku katakan bukan, agar kau tak bekerja di bawa Allerd, karena ini yang selalu ku takutkan, ternyata terjadi juga."
Carolyne masih menangis memilih tak menjawab dan hanya menunduk malu. Betrand tak tega jika harus menginterogasi Carolyne saat ini, baju yang Carolyne pakai kesobek dan menunjukkan belahan dadanya.
"Marvel!" panggil Betrand.
Marvel lalu masuk.
"Iya, Tuan?"
"Antarkan dia kerumah sakit, suruh Bowers untuk mengantarnya k erumah sakit dan setelah itu mengantarnya pulang," kata Betrand
"Baik, Tuan."
"Silahkan, Nyonya," kata Marvel santun kepada istri bosnya.
"I'm okay," kata Carolyne.
"Kamu harus kerumah sakit, dengarkan aku sekali saja, jika tak kau dengarkan sesuatu bisa terjadi lagi," kata Betrand.
Carolyne terdiam dan memilih tak mengatakan apa pun lagi, kekhawatiran Betrand di anggap sebagai bahan tertawaan saja karena Betrand sudah mengingatkannya sejak awal.