*(Berhati-hatilah saat berbicara dengan orang asing, karena bisa saja dia tidak memahami maksud yang terkandung dalam ucapanmu)*
Erika sudah tidak tau lagi harus berbuat apa, dia bahkan tak tau sekarang dirinya dilantai berapa. Tadi saat menaiki lift, ada seseorang yang membantunya naik kelantai 3, tapi saat diperhatikan orang itu menekan angka 27 jadilah sampai ditempat ini.
"Kantor ini besar sekali ... "kagumnya. Matanya mengelilingi bangunan mewah dan megah itu, hingga tak menyadari ada orang lewat didepannya.
Bruk ...
Terjadilah tabrakan," aww ..." pekiknya. Tubuhnya terjatuh dan kertas yang dibawanya tercecer di lantai, gadis itu segera memungutinya. Sedang pelaku penabrakan hanya berdiri sambil memandangnya, seperti mengingat sesuatu.
"kau ... bukankah gadis kecil yang tadi bertanya tentang pimpinan GNI?" tanyanya memastikan. Erika mendongakkan kepalanya, dia juga terkejut bisa bertemu lagi dengan gadis kota yang cantik itu, ia juga tak menyangka dia masih mengingatnya, gadis itu langsung bangkit dan tersenyum menyapa wanita itu.
"pagi, kakak," sapanya.
"pagi juga, kau sudah bertemu dengannya?" tanyanya.
"kakak Jaenal? iya, sudah. dia tidak seperti yang dibicarakan kebanyakan orang," jawabnya sedikit menyesal. Wanita itu melongo mendengar nama yang disebutkan, setelah itu dia terkikik geli menyadari kesalah pahaman yang terjadi. Erika kebingungan melihat wanita itu terkikik.
"kenapa kakak tertawa?" tanyanya bingung. Wanita itu menghentikan tawanya saat menyadari bahwa gadis kecil itu kebingungan.
"aku, Hamasaki Rin, sekretaris GNI Group," kata Rin memperkenalkan diri. Erika semaki tak percaya kalau ternyata orang yang dihadapannya itu adalah salah satu orang penting GNI Group.
"maaf, saya Erika," balasnya sambil menunduk hormat.
"nah, Erika. Kau ingin bertemu dengan pimpinan GNI tapi malah bertemu dengan Jaelangkung," komentar Rin sambil menahan tawa, membuat gadis itu semakin tak mengerti.
"dengar! pimpinan GNI itu bernama Lee Sung Jae, bukan Jae yang lain," jelasnya. Erika menggaruk pipinya yang tak gatal, sepertinya karena kurang pergaulan dia menjadi mudah di bohongi, buktinya dirinya sudah kenak ke usilan orang yang bernama Jaenal.
" sekarang dia masih berada di ruangannya, pergilah!" serunya. Gadis itu ingin segera pergi tapi dia masih memikirkan kertas-kertas yang berserakan di lantai. Rin tersenyum tipis melihat tingkah lugu gadis itu, jelas-jelas dia sudah di tipu dan dikerjai Jaenal, tapi dia masih memikirkan tugas diberikan pria itu kepadanya membuatnya heran.
"kau tak perlu memikirkan kertas itu, biar si Jaelangkung yang membersihkannya!' serunya lagi. Gadis itu nampak berbinar senang mendengar seruan sekretaris GNI tersebut.
"Erika, berapa usiamu?" tanya Rin.
"18 tahun," jawabnya. Rin hanya mengangguk," masih mudah sekali, tapi untuk apa mencarinya?" komentarnya bingung.
"melamar-," jawab Erika namun langsung dipotong oleh Rin.
"ya, Tuhan, Zaman sekarang sudah gila, seorang anak ingin melamar ayahnya," hebohnya. Lagi-lagi Erika hanya sweet drop melihat tingkah orang-orang GNI Group," kenapa orang-orang disini suka sekali memotong ucapan orang dan seenaknya menyimpulkan," batinnya mengeluh.
"bukak, kakak, saya masih waras untuk melamar ayah saya sendiri," elaknya.
"lalu untuk apa kau mencari Sung Jae dan mau melamarnya?" sewotnya. Jelaslah dirinya sewot pria itu,'kan, manusia terkasihnya.
"ya Tuhan, tolong berikan hamba kesabaran," batinnya prustasi.
****
Dalam ruangannya, sang Pimpinan merasa terganggu mendengar suara keributan yang terjadi diluar, apa lagi namanya disebut-sebut ( tapi bukan termasuk kategori ngerasani ). Pria itu bangkit untuk memastikan keributan apa yang sudah mengganggunya. Dia terdiam didepan pintu melihat kekacauan yang terjadi, kertas-kertas yang berserakan di lantai dan dua manusia yang sedang beradu mulut, 2 saja sudah seperti pasar pindah apa lagi 10.
"apa yang mereka lakukan," gumamnya. Dia pun melangkahkan kakinya menghampiri kedua manusia itu.
"hei, tenanglah!" serunya.
"diam!" bentak kedua wanita itu bersamaan. Sung Jae berjengit, seumur-umur menjadi Pimpinan GNI baru kali ada yang berani berteriak didepanya, apa lagi membentaknya seperti ini. Erika yang lebih dulu menyadari kesalahannya langsung menunduk hormat sambil meminta maaf' hormati orang tua'.
"maaf, anda Fujiwara Sensi,'kan?" tanyanya memastikan. Pria itu menaikkan sebelah alisnya saat dipanggil'sensi' seingatnya dirinya bukan tipe orang yang tukang sensian, dalam n****+ ciptaannyapun tokoh utamanya tidak sensian. Dia bahkan tak mengenal gadis ini, lalu kenapa dia dipanggil'sensi' bukan sensei. Tapi sebagai seorang pemimpin yang baik, maka dia harus memberi cotoh yang baik.
"yang benar itu, Fujiwara Sensei," koreksinya. Saat sang pimpinan berusaha menjelaskan, sang sekretaris justru menertawakannya.
"ahahahahaha ... aku rasa kau memang lebih cocok dipanggil Fujiwara sensi daripada Fujiwara sensei," sahutnya sambil terus menahan tawa, membuat pria itu mendelik tajam kearahanya. Rin sama sekali tidak perduli, masa bodoh, bagainya pria itu tetap imut meski sedang kesal, setelah itu dia langsung pergi tanpa perduli pimpinannya yang sudah dongkol setengah hidup. Baru saja Jae Sung ingin membuka mulutnya kembali, suara teriakan memekakkan telinga sudah menyapa indra pendengarannya.
"Leelele dumbo ...!" teriaknya. Pria itu menggeram dalam hati, tidak bisakah Menejer yang satu itu memanggil namanya dengan benar' Mr. Lee' bukan Lelel dumbo, meski berulang kali diperingatkan tetap saja manusia yang satu ini bebal hingga terpaksa dia harus mengalah, kadang dia berfikrir apakah tubuhnya sebesar Lele begitu.
"Lele , aku sudah menyiapkan semuanya, tapi aku punya sarat untukmu," katanya.
Sung Jae menoleh," Rahmat Jhi, kau memang bisa diandalkan, tapi kenapa harus ada sayarat," balasnya tak
mengerti dengan sikap Menejernya itu.
"tentu saja, Pimpinan, kau ingin mengadakan lomba pantun tapi kau tak bisa berpantun, karena itu jika kau bisa membalas pantunku sampai aku tak bisa membalas pantunmu, aku akan melaksanakannya," jelasnya. Sung Jae benar-benar tak habis pikir dengan manusia satu ini, masak iya, diberi tugas memberi pengumuman akan diadakannya lomba berpantun akan melaksankannya jika dia bisa membalas pantun darinya, tapi demi gengsi tentu saja dia harus bisa.
"baik, ayo mulai," jawabnya. Mereka pun mulai berpantun tanpa perduli gadis kecil yang menatap mereka bingung.
"ada lesung tertimpa balok, Lee Sung Jae masunia goblok." sungguh dongkol rasanya dikatai g****k, menurutmu siapa yang sudah membesarkan nama GNI sialan, dia pun mulai memikirkan pantun balasan untuk Rahmat Jhi.
"angkat lesung tangan gemetar, tangan gemetar di atas papan. Oppa Sung Jae itu manusia terpintar, selain pintar dia juga tampan," balasnya tak mau kalah. Pria itu tertawa aneh membuat pimpinan kita merinding.
"bawa mainan di atas nampan, namaoanya berisi acar. ah, masak iya pimpinan tampan, jika tampan kenapa tak punya pacar." Rahmat Jhi menyeringai dalam hati melihat ekspresi pimpinannya yang tak mau kalah.
"mainan di atas nampan dilingkari acar dan dimakan perdana mentri. Meski pimpinan tampan ini tak punya pacar, tapi dia sudah beristri," balasnya. Rasanya dia sudah mengatakan kalimat yang salah, dia yakin menejernya itu pasti akan membalasnya lagi.
sudah dulu ya ...
bagaimana? ada yang bisa membantu Lee Sung Jae untuk membalas pantun Rahmat berikutnya?