episode 8

1104 Kata
terkadang alunan lagu yang berpadu irama musik mampu menenangkan hati yang gelisah. "Pimpinan lama sekali ketoilet," kata Rahmat gusar takut disuruh bayar. "Mungkin yang dikeluarkan batu," timpal Rin. "Jangan sembarangan," sergah Rahmat. "Ada apa denganmu, tumben kau perduli?" Tanya Jaenal heran. "Masalahnya, jika dia tidak kembali aku yang harus bayar," jelasnya. "Kenapa harus kau? Menejer keuangan,'kan, aku," kata Jaenal. "Cih, pimpinan busuk. Gayanya aja neraktir, ujung-ujungnya p********n tetap pakek uang perusahaan,"Umpat Rahmat. Klunting ... "Pimpinan kirim chat," gumam Rin. 'Aku tunggu di ruang musik' "Ha? Memangnya ada ruang musik di kantor?" Tanya Rain bingung. "Tidak ada Rain, adanya ruang khusus dirinya menjadi gila," jawab Rahmat malas. "Maksudnya, dia akan memaksa kita mendengarkannya menyanyi, Rahmat dan Jaenal juga aku akan mengiringi dengan alat musik seadanya," timpal Rin. "Misalnya seperti kardus kosong," sahut Jaenal. "Mungkin menarik," jawab Erika antusias. "Ya sudah ayo kesana, manusia terkutuk itu selalu buat kesal." Rahmat bangkit diikuti yang lain. Indahnya persahabatan dalam kasih yang sesungguhnya. Mereka menempati posisinya masing-masing tanpa mengeluh, Rahmat memegang paralon yang atasnya ditutup oleh karet, paralon itu dipotong menjadi tiga ukuran yang berbeda, jika dipukul akan membunyikan tak dung dung tak. Jaenal memegang kardus kosong yang didalam sudah buah apel lima, gunanya untuk mengeluarkan suara gaduh terkadang dia akan sedikit menedang tergantung bunyi apa yang diperlukan. Rin memegang salon bekas yang sudah rusak, dia akan menepuknya pelan agar membentuk suara seperti bas. Sedangkan pimpinan kita terlihat seperti aktor papan atas yang mengelar konses tunggal, dia duduk manis didepan piano, anak buahnya dibiarkan seperti pengamen jalanan, dia sendiri seperti aktor itulah kenapa Rahmat menyebutnya pimpinan busuk. Saat Jae Sung mulai menekan not- not piano, Rain langsung mengulurkan tangannya pada Erika memintanya untuk berdansa dengannya. Gadis itupun menyambutnya, tak lama kemudian Rahmat memukul paralon yang ditutupi karet diiringi Rin memukul salon rusak, bertepatan saat Rain menarik tangan Erika pimpinan kita mengalunkan suara indahnya. "Sarang han da myun Kunja bole ha seyo ... Negi che gi mo soro ... Erika mengalungkan lengannya dileher Rain, dan pria itu memegang pinggangnya mereka mengikuti alunan musik dan lagu ost sad love song. "Hime men mamae taru sarang tamajo... Iruji soo tago hetho... Marenggu sabo tido ... (Naruji habo...) Saat lirik ini gadis itu memutar tubuhnya dengan satu tangan digenggam rain Kude so kudopsoyo ... Mereka kembali gerakan awal Chunggo haikeyo... Haruu ratho... Narogotho to nayo ... Ommanae indinji habo choram Sarang haji ha nijo... Saat lirik ini, Rain memegang pinggang Erika dan mengangkatnya keatas, mereka berputar sesuai irama musik. Rahmat, Rin dan Jaenal memang mereka kagum karena keindahan mereka dalam berdansa, sedangkan pimpinan kita seperti orang jealous. Negi gun goyo ne sarang tarasoo ... Kude kalgoshi tago ... Ne olgu mae nengo ne ungoyi gojo ... Kude mik yo haseyo ... Nega sarang ha sarang ... Kude pun neuanninika ... Saat lirik ini, Rain menurunkan Erika, gadis itu langsung berputar menjauh dan berhenti dengan tangan terulur padanya, matanya menatapnya lembut bibirnya tersenyum manis Intro ... Rain bejalan menghampiri gadis itu, saat tangannya ingin menggapai tangan Erika, gadis itu menarik tangannya dan kembali berputar, tapi kalia ini memutari tubuh Rain. Uaa.... uaa...uaa... Naharanruhuendo om munji Uaa... uaa.. Ahh ...ahh... Erika berlari kearah Rain yang merentangkan kedua tangannya, setelah sampai pria itu kembali mengangkatnya keatas. Kepala gadis itu menengadah keatas dan salah satu kakinya ditekuk. Gerakan ini saat lirik berbunyi ... Algowisoyo ... hara po nen.. Ku sukamee kukiru Hajima mo theyo... Kude mo ee ... pada juslu gopsoyo Negi gun goy ne sarang paraso Kude kalgoshi tago... Ne olgu mae nengo ne ungoyi gojo... Kude mik yo haseyo... Nega sarang ha sarang... Kude pun negannika ... Sarang haji ma seyo ... Saat musik berhenti, mereka juga berhenti dengan saling berpelukan. Semua bertepuk tangan melihat permainan dansa mereka namun ada satu orang yang hanya dia sambil memandang datar mereka berdua. Bolehkah aku mengatakan, aku tak suka siapapun dekat dengamu? Bolehkah kau hanya perduli padaku? Bolehkah kau hanya bersamaku? Tidakkah kau rasakan rasa yang berbeda dariku untukmu? Merekapun langsung memisahkan diri. "Wah, kalian hebat," puji Rin. Gadis itu bangkit lalu menghampiri sang pimpinan, dia meletakkan tanganya dibahu pria itu. "Lain kali kita juga dansa ya, Jae Sung," pintanya, memintak persetujuan. "Dansa saja dengan singa jantan," jawabnya acuh. Gadis itu menyerngit, tidak biasanya pria gemar kencan dan suka meyaru wanita yang satu ini mengacuhkanya. Rin menarik tangannya. "Kau kenapa?" Tanya Rin khawatir, dia menyentuh dahi pria itu dengan punggung tangannya. "Tidak panas," gumamnya. Beberapa pasang mata juga memandang heran pimpinan GNI tersebut. "Oppa, kau kenapa?" Tanya Rain. Pria itu berjalan menghampiri Jae Sung. "Hei, hei. Kalian ini kenapa? Aku baik-baik saja," bohongnya. "Serius?" Sangsi Rahmat. "Aku hanya lelah, kalau begitu aku pergi dulu," pamitnya. Setelah itu dia langsung meninggalkan teman-temannya yang masih keheran tehadap pria itu. "Dia kenapa?" Tanya Jaenal entah pada siapa, yang lain hanya mengangkat bahu. Erika merasa dirinyalah penyebab keanehan yang terjadi pada pimpinan GNI tersebut, diapun berlari mengejarnya. "Sensi ...!" Teriaknya. Namun pria itu tak menghentikan langkahnya, dia sendiri juga bingung kenapa dengan hatinya, kenapa ada rasa tak suka melihat gadis desa yang tak sesuai seleranya. "Sensi ...!" Bruk .. Pria itu langsung berbalik, matanya membulat melihat gadis itu terjatuh, saat dia hendak menghampiri dan menolongnya, Rain sudah lebih dulu membantunya berdiri, diapun mengurungkan niatnya dan berlagak tak perduli. "Sensi, maafkan aku jika aku berbuat salah padamu," pinta Erika sambil menundukkan kepala, Rain mengantarkannya untuk mendekat kearah pimpinannya. "Sensei, Akina Sensei," katanya lagi. Pria itu tertegun mendengar gadis itu memanggil nama judul novelnya dengan benar. "Kenapa mintak maaf?" Tanyanya. "Aku kira Sensei marah karena aku," jawab Erika. Pria itu menyeringai. "Kau pikir aku kesal karena kau berdansa dengan begitu mesrah dengan Rain begitu?" Tanyanya memastikan, gadis itu mengangguk. "Oh, kau salah gadis desa, aku tidak pernah tertarik dengan gadis kampung sepertimu, semua orang juga tau kalau aku lebih tertarik dengan dengan gadis yang cantik juga modis," jawabnya sinis. Gadis itu semakin menunduk. "Jae Sung, kau tidak boleh bicara sekasar itu pada wanita," sela Rain. Pria itu hanya memalingkan wajahnya, sesungguhnya dalam hati dia juga merasa menyesal telah berbicara seperti itu pada Erika. "Tidak apa-apa kakak Rain, maafkan saya sensei," katanya sambil tersenyum manis. Setelah itu dia pergi sambil menghapus air matanya, dia tidak ingin pria itu tau kalau dirinya menangis, dia merasa bodoh sempat-sempatnya berfikir jika pria sekeren dan memiliki posisi penting di GNI bisa kesal hanya karenanya. "Oppa, aku permisi," pamit Rain. Pria itu hanya mengangguk"kenapa tadi aku mengatakan hal itu, mungkin saja dia hanya berniat baik," batinnya. Hargailah setiap kebaikan orang, karena tak semua orang akan mendapatkan kebaikan dari semua orang. Kok aku jadi pingin nangis sendiri lihat Sensei bicara begitu pada Erika, memang apa salahnya jika gadis desa tertarik pada orang kota... tega sekali tolong berikan bintangnya sekalian di reviuw
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN