Rahmat menghentikan langkahnya saat mendengar suara benda jatuh kedalam air, kelereng matanya menyisir seluruh area hutan yang terjangkau, melihat Rahmat berhenti Rain dan Akiramenai menoleh padanya memandang pria itu penuh dengan tanda tanya,"apa ada Menejer?" Tanya Rain.
"Aku mendengar suara benda jatuh dalam air," jawabnya sambil terus mencari asal suara itu.
"Tadi aku juga mendengarnya," sahut Rin.
"Baiklah, ayo kita cari!" Seru Akiramenai. Mereka kembali melanjutkan pencarian pimpinan yang hilang.
*****
Erika terbelalak melihat sang kekasih tercebur kedalam sungai, dia takut kalau terjadi sesuatu padanya, hingga dia berteriak memanggil namanya," Kakak, Jae Sung ...!!" Teriaknya.
Suara teriakan gadis itu terdengar di telinga Shiou Rain, hingga membuatnya menghentikan langkahnya," ada apa Rain?" Tanya Rahmat.
"Aku mendengar suara Erika berteriak memanggil nama Oppa," jawabnya tanpa mengalihkan perhatiannya pada Rahmat.
"Benarkah? Itu artinya, Oppa jae Sung disekitar sini, aku harus segera menemukannya," sahut Inarida penuh semangat.
"Kau benar, Ina, siapa tau Jae Sung dalam buaya," balas Rahmat. Rin melotot tajam pada Menejer Marketing itu.
"Jangan sembarangan! Tidak mungkin calon ayah dari anakku dalam buaya," tukas Rin.
"Maksud Rahmat, Oppa dalam mode buaya darat," sela Rain. Kedua wanita itu memandang malas Rain, mereka tak terima pria pujannya dikatai buaya darat.
****
"Aku harus bagaimana? Kakak!" Teriaknya lagi. Gadis itu berjongkok sambil menaruh kedua tangannya di atas lutut, pandangannya kosong, dia ketakutan bila pria itu tak kembali.
"Hiks ... hiks... kakak, jangan mati, ayo kembalilah! Aku takut sendirian, kakak sudah janji tidak akan meninggalkanku," isaknya pilu. Air matanya mengalir dadanya terasa sesak seakan sulit digunakan untuk bernafas. Segala pikiran buruk bermunculan dalam otaknya, mulai dari bagaimana jika pria itu mati, dia akan kembali dengan siapa, siapa yang akan menjaganya...
Erika menenggelamkan wajahnya diantara lututnya," kenapa kau pergi kakak hiks ... hiks... ,".
"Bwahhh," spontan gadis itu kembali mendongakkan wajahnya, matanya membulat saat melihat sang kekasih menyembul dari dalam air, pria itu mengibas-ngibaskan rambutnya yang basah, lalu tersenyum lembut menatap gadisnya, sebelah tangannya digunakan untuk menyibak poni rambutnya. Melihat sang kekasih masih hidup gadis itu berdiri sambil tersenyum lega, matanya memandang sang kekasih penuh cinta, tanpa mereka sadari di atas tanah yang menjulang ada pengintip," cih, sok keren sekali manusia itu," cibir Akiramenai yang jongkok di depan Rahmat.
"Dasar pimpinan busuk, dicariin malah pacaran," timpal Rahmat.
"Huhuhu, Oppa, tega sekali selingkuh dengannya," sahut Inarida sok sedih.
"Dasar, manusia terkutuk, dia asik-asikan disini tanpa mengabari kami," maki Rin.
"Sepertinya, Erika sudah bersama Oppa," ucap Rain.
Mereka semua ngumpet disemak-semak sambi mengintip Jae Sung dan Erika.
****
Jae Sung berjalan menghampiri sang kekasih, dia merasa bersalah telah gadis itu menangis karena mengkhawatirkannya," maaf," sesalnya.
Gadis itu menggeleng, dia tak marah pada sang kekasih, hatinya justru lega melihat pria itu baik-baik saja," tak apa, aku senang kakak baik-baik saja," balasnya.
Pria itu tersenyum lalu mengulurkan kedua tangannya, memberi isyarat agar sang kekasih memeluknya.
*****
"Dia sedang berlagak romantis?" Tanya Rahmat entah pada siapa.
" semoga, oppa, tak mempermainkan Erika," doa Rain.
"Bahaya, Rain. Kita harus kesana," usul Rin dan diamini oleh mereka semua.
Tapi saat mereka berdiri, kaki Akiramenai terpelet, hingga dia berpegangan pada Rahmat, Rahmat berpegangan pada Rin, Rin berpegangan pada Inarida dan gadis itu berpegangan pada Rain berakhirlah mereka tercebur semua kedalam suangai( dosa ngintipin orang).
Saat gadis itu menghambur kepelukan sang kekasih, saat itu juga ada para pengintip meluncur dari atas tebing satu persatu.
Byur ...
Jae Sung terkejut lihat sesuatu meluncur dari atas tebing dan tercebur di dalam sungai, dia semakin mengeratkan pelukannya pada sang kekasih berjaga-jaga bila yang terjatuh adalah bandit atau pengganggu.
Byur ...
"Satu." Dia menghitung .
Byur ...
"Dua,"
Byur ...
"Tiga,"
Byur ...
"Empat,"
Byur ...
"Lima, lima meteor jatuh," gumamnya setelah menghitung. Gadis itu mendongak menatap sang kekasih.
"Itu seperti para petinggi GNI, kakak," ucapnya sembali menunjuk dengan matanya. Pria itu hanya mengangguk,"dasar setan, pasti tadi mereka ngintip," batin Jae Sung.
"Bwah ..." Rahmat menyembul pertama dari terceburnya, dilanjutkan Rain dll, mereka semua memandang penuh selidik pada pimpinannya yang masih memeluk rapat Erika.
Jae Sung merasa risih di tatap penuh selidik, dia menunduk menatap sang kekasih, gadis itu balas memandangnya lalu dia mengalihkan perhatiannya pada teman-temannya," apa- apaan kalian memandangiku begitu?!" Kesalnya.
"Kau yang apa-apaan?! Dicariin malah asik pacaran," balas Rahmat tak kalah kesal. Melihat Menejer dan yang lainnya terlihat kesal Jae Sung malah nyengir seperti orang bodoh.
"Ehehehe, aku tak pacaran, hanya memadu kasih," jawabnya seperti orang i***t. Rasanya Rahmat ingin menenggelamkan pimpinannya itu ke dasar danau secara bersama-sama.
"Sama saja, dasar pimpinan busuk!" Geram Rahmat. Jae Sung hanya terkekeh sampai pasang pose dua jari peace.
"Sudalah, sebaiknya kita segera naik ke atas, bus belum selesai diperbaiki lagi pula hari hampir gelap," sela Rain.
"Nah, Rain benar, dari pada kau marah-marah, Jhi," balas Jae Sung santai.
"Apa katamu?! "sungut Rahmat jhi.
"Pisang goreng itu enak, "jawab Jae Sung menyebalkan. Rahmat menggeram kesal, untung saja dia masih memandang Rain,jika tidak pasti sudah dikirim ke nekara pimpinannya itu.
maaf, chapter 17 masih hilang
Hwang Jae Sung manusia yang paling dihormati oleh seluruh member GNI dibuat tak berdaya oleh sang kekasih, diperlakukan seperti bayi saat demampun hanya pasrah, karena bagaimanapun juga gadis itu hanya berniat baik padanya, lihat saja apa yang gadis itu lakukan padanya.
Kompres bye bye fiver kusus bayi menempel cantik dikeningnya, ditanganya ada semangkuk bubur milna,bubur khusus bayi usia 6 bulan keatas, dipikir dia itu balita kali.
"Kakak, kenapa buburnya tidak dimakan? "tanya Erika polos.
Pria itu hanya meringis sambil mengedip-ngedipkan matanya melihat semangkuk bubur milna ditangannya, bukanya dia tak mau makan, tapi ia tak suka bubur bayi, "Amora, apa tidak ada makanan yang lain? Misalnya-,"ucapnya terpotong.
"Daun, ranting dan batu,ada Sung, diluar, "sahut Rahmat yang berdiri diambang pintu depan bus.
Jae Sung melotot tajam mendengar jawaban tak diminta dari menejernya,"Kau pikir aku mahluk apaan, makan batu segala! "kesalnya.
Rahmat hanya nyengir kuda, "Sabar, Sung, orang sabar cepat modar, "balasnya sambil melangkah melewati pimpinannya tanpa perduli sang pimpinan yang ingin menghajarnya.
"Itu artinya lebih baik aku marah saja, "tukas Jae Sung dongkol.
"Orang pemarah cepat masuk neraka,ya,silahkan saja, jika kau modar lalu masuk neraka,biar Amourmu itu buatku, "balasnya santai sambil mengobrak -ngabrik kardus bawaan orang.
Jae Sung merengut kesal lalu memandang sang kekasih yang masih duduk dikursi sampingnya, "Kau mau denganku atau setan alas itu? "tanyanya pada sang kekasih.
Erika terkikik geli mendengar pertanyaan konyol sang kekasih, "Kakak, kak, Rahmat,itu hanya bercanda,lagi pula aku tak mungkin dengannya, karena aku sudah ada kak, Jae Sung, "jawabnya lembut. Pria itupun tersenyum lega.
"Ya, kalau dia masih hidup,kalau sudah mati? Kau mau dipeluk mumi, Eri? "tanya Rahmat sambil melangkah melewati mereka dengan setumpuk Mie instan ditangannya.
Hwang Jae Sung benar-benar kesal, dia pun bangkit dan berteriak mengumpati menejernya, "Dasar sialan, b******k, awas kau setan alas! "umpatnya.
Erika tercengang mendengar pria yang selama ini dikenalnya selalu lembut tak pernah mengumpat seperti itu.
"K-kakak, jangan marah begitu, "cicitnya.
Sedang Rahmat tertawa jahat diluar sana, dia sudah menduga kalau pimpinannya pasti akan langsung mengunpatinya.
Jae Sung kembali duduk dengan wajah masih merengut seperti kertas kusut, gadis itu menggenggam jemari sang kekasih lembut, dia tak ingin pria itu marah takut kalau terkena darah tinggi.
"Kakak, aku suapi,ya,buburnya,"tawar Erika.
Pria itu kembali menoleh pada sang kekasih,pantas saja bubur itu tak ada ditangannya lagi, eh, ternyata pindah tangan, "Anu... Itu... Amour." Dia bingung bagaimana harus menolaknya, matanya melirik kanan kiri berharap ada bayi nyasar jadi tak perlu makan bubur bayi.
"Ah, sepertinya aku ngantuk,jadi aku tidur saja,"tolaknya halus. Gadis itu menatap sejenak bubur milna di tangannya, lalu tersenyum maklum.
"Baiklah, sebentar aku ambilkan sesuatu, "ucapnya lalu bangkit dari kursinya.
Pria itu mengerutkan keningnya,dia berfikir Kira-kira apa yang akan diambil oleh gadis itu, tak lama kemudian gadis itu kembali dengan sebuah benda di tangannya.
"Kakak, aku bawakan popok celana unkuran XXL buatmu, "ucapnya sambil merentangkan popok itu.
Jae Sung menatap horor benda itu, mulutnya bahkan seperti lupa caranya menutup.
Bruk...
Dia pun pingsan ditempat gara-gara mau dipakei popok celana,,,,