episode 1

1205 Kata
        Jangan pernah menyerah untuk menggapai mimpi, tak perduli rintangan menghadang tetaplah maju dan berjuang.          GNI adalah sebuah Group yang biasanya mengadakan event n****+ dan menerbitkan sebuah n****+ untuk dijadikan Film, dipimpin oleh Magister muda yang keren serta ramah hingga banyak yang tertarik terhadapnya, bukan hanya itu penggemar GNI juga sudah mencapai taraf international dari Jepang, Korea bahkan Amerika.          Suatu ketika, seorang gadis ingin menerbitkan novelnya di GNI Group, dia ingin menjadi penulis terkenal, gadis itu teringat temannya memberi pesan seperti ini ...          "Erika, jika kamu ingin menerbitkan sebuah n****+ di GNI. Kamu bisa langsung menghubungi pimpinannya yang namanya Jin Chin-Ho, kamu bisa panggil saja dengan Oppa Jin." Dengar bermodalkan nekat, dia pergi mencari pimpinan GNI. Dalam hatinya berpikir Oppa itu dalam bahasa Indonesia artinya 'kakek.' Nah, artinya dia harus mencari kakek Jin, ok. Gadis itu pergi ke kota, dasarnya dia gadis desa jadi kebingungan begitu sampai di sana, lalu dia bertemu dengan gadis kota muda dan cantik serta baik. Dia putuskan untuk bertanya terhadapnya.           "Kakak, apakah kakak tahu dimana kakek Jin, pimpinan GNI?" tanyanya. Gadis itu menyerngit, ingin sekali dia tertawa. Hei, tidak salahkan remaja ini menganggilnya 'kakek' pimpinan GNI Group itu orangnya masih muda dan sangat tampan, tapi untuk menjaga perasaanya dia hanya bilang.           "Tidak, adik. Adanya pimpinan GNI Group itu masih muda, bukak kakek-kakek, dia orangnya tinggi kulitnya putih dan hidungnya mancung, cari saja di dalam. Kamu bisa memanggilnya Oppa Jin. Jangan Opa Jin," jelasnya. Erika mengangguk, tapi dalam hati dia bingung dengan penjelasan gadis kota itu. Tidak mau terlalu banyak berpikir dia bergegas masuk ke dalam gedung kantor GNI Group, mencari pria dengan ciri pria yang disebutkan gadis kota tadi.          Tak lama kemudian dia melihat seorang pria kulit putih, hidungnya mancung memakai kemeja putih, celana hitam persis seperti orang kantoran. Gadis itu bergegas berlari menghampirinya sambil berteriak.           "Opa Jin!"           'Pria itu menoleh dengan alis bertaut, tidak ada kakek-kakek di sekelilingnya, lalu kenapa gadis kecil itu berlari ke arahnya sambil memanggil Opa?' pikirnya, apa dia pikir dirinya sudah tua begitu?           "Opa Jin," sapanya. Kedutan kesal sangat terlihat di pelipis pria itu. "Kamu pikir aku sudah tua? Kamu panggil aku Opa!" kesalnya.          "Namaku Jinjia Alamidin, usiaku masih 28 tahun," imbuhnya.          Gadis itu semakin bingung, apakah dia salah orang? Siapa si Opa Jin Chin-Ho itu? Erika masih menatap bingung pria yang ada di depannya, ibarat hewan pria itu mirip harimau ngamuk dan siap menerkam.           "Maaf, Opa Jin," sesalnya. Rasanya Jinjial ingin mencakar wajah cantik polos gadis di depannya. tapi, kemudian dia berpikir, 'Mungkinkah yang dia maksud adalah Mr. Jin Chin-Ho," batinnya.          Pria itu menelan ludahnya sendiri, sepertinya sudah salah sangka mungkin dirinya terlalu percaya diri. Ide jahil muncul dalam otaknya. "Ehm, baiklah. Adik, apa keperluanmu menemui Oppa Jin Chin-Ho?" tanyanya. Biarlah dia menelan ludahnya sendiri yang penting sekarang gadis itu terkena kejahilannya.          Erika mengerjapkan matanya, dia tak mengerti dengan sikap pria yang dikiranya pimpinan GNI Group. 'Apa aku salah informasi, bukankah katanya Opa Jin Chin-Ho itu orangnya cool, kenapa yang ada seperti dakocan begini?' batinnya menyesal sudah percaya tentang info itu.          "Adik," panggilnya. Gadis itu langsung tersentak.          "I-iya maaf. Saya kesini untuk melamar-," ucapnya terpotong.          "Melamarku?!" sahut Jinjia cepat. Erika sweet drop, meski tak ada pria di dunia ini, tidak akan mungkin dia mau melamar pria lebay macam itu. Lagi pula apa dia tidak ingat bahwa usia mereka beda jauh, tapi demi kesuksesannya dia harus bersabar.          "Saya ingin mengikuti event cipta n****+ dengan tema GNI," balasnya agar pria itu tak salah paham lagi.                   "Baiklah, tapi sebelum itu kamu harus bawakan kertas-kertas ini ke ruangan Menejer Akira, Akiramenai," katanya. Gadis itu masih nampak kebingungan.           "Menejer Akira di lantai 3 ruangannya," jelasnya. Erika mengangguk dan mengambil tumpukan kertas yang ada di tangan Jaenal lalu pergi tanpa merasa curiga.           "Aku harus semangat," katanya pada diri sendiri. Jinjia tersenyum penuh kepuasan.           "Dasar gadis desa," gumamnya.    **           Dalam sebuah ruangan, terlihat seorang pria duduk di kursi kebesarannya. Tangannya memegang sebuah pena sambil di ketuk-ketukannya di dagu. Otaknya sedang memikirkan sesuatu entah apa, matanya menerawang dengan punggung yang bersanda pada kursi kebesarannya.          "Apa kamu sudah mulai gila Chin-Ho?" Hampir saja dia terjengkang kebelakang sangking terkejutnya mendengar suara wanita yang tiba-tiba menyapa indra pendengarannya. Matanya menatap bosan gadis itu. Dia adalah Haruka Rin sahabat sekaligus sekretarisnya, pria itu menegakkan posisi duduknya.           "Tidak bisakah kamu mengetuk pintu sebelum masuk keruangan pimpinanmu, Nona Rin?" kesalnya.          "Aku sudah mengetuk pintu Anda hampir 10 kali Mr. Jin Chin-Ho, tapi tak ada jawaban...saya kira Anda sudah mati," balasnya santai.          Jin Chin-Ho menaikkan setelah alisnya mendengar jawaban gadis itu. "Dan kamu orang yang pertama kali menangis," seringainya, gadis itu mendelik tajam.          "Yang benar saja Chin-Ho! Kamu pikir aku tidak punya pekerjaan lain, menangisi pria sepertimu!" sinisnya. Dalam hati dia membenarkan ucapan pimpinannya itu, bagaimanapun juga pria itu adalah orang yang menempati posisi penting dalam hatinya. Namun, karena gengsi dia tak mau mengakuinya.           "Oh, jadi sekarang Nona Rin mulai pandai berbohong?" katanya jahil. Pria itu mulai bangkit dari tempat duduknya, kakinya di langkahkan untuk menghampiri gadis itu. Detak jantung yang berdebaran, tubuh seperti kulkas dua pintu terasa panas dingin, matanya terus memperhatikan setiap langkah yang diambil pria itu, nafasnya seakan terhenti seperti langkah kaki yang berhenti tepat didepannya, jarak yang mulai terkikir disebabkan oleh tubuh yang semakin mendekat, sang gadis memejamkan matanya secara reflek.   Grep ...          "Dapat."          'Eh?'           Tak terjadi apapun, seorang gadis cantik terkesiap, mata yang terpejam mulai menampakkan iris hitamnya, tetap masih berada ditempatnya. Pria itu masih tak beranjak satu incipun dari tempatnya berdiri, iris hitam itu mendongak melihat apa yang sebenarnya terjadi di atas sana, dahinya berkerut saat melihat sebuah capung berada dalam jepitan jari telunjuk dan ibu jari pujaan hatinya. Jhin Chin Ho menundukkan pandangannya, bibirnya sedikit terangkat membentuk senyum mengejek untuknya, membuat dongkol karena lagi-lagi berhasil terkena kejahilan pria itu.                 “ Kenapa?" Pertanyaan bodoh namun disengaja terlontar dari bibir pria itu, dia jelas tahu bahwa sang gadis telah masuk ke dalam suasana mendebarkan yang dia ciptakan.           "Kamu tadi hanya ingin mengambil capung itu?" Bolehkan Haruka Rin berharap jawabannya tidak, tapi melihat ekspresi sang pria yang seperti menahan tawa melihat tingkahnya juga pertanyaan bodohnya, dia tidak memerlukan jawaban apapun lagi.          "Memangnya apa lagi? Kamu pikir aku akan memelukmu dan menciummu begitu?" godanya.          Gadis itu memalingkan wajahnya yang sudah memerah seperti kepiting rebus. "Kamu terlalu percaya diri pimpinan, lagi pula kamu pikir aku sudi di peluk dan di cium oleh manusia sepertimu!" elaknya.           "Benarkah?" Jin Chin-Ho memutar tubuhnya lalu kembali melangkah menempati kursi kebesarannya. Gadis itu berusaha melawan rasa gugup yang ada dalam dirinya, matanya menatap sang pujaan hati yang kini tersenyum manis di tempat duduknya, sungguh sial senyum itu membuat imannya naik turun. 'Sialan senyum itu,' batinnya mengumpat.           "Lalu...kenapa tadi kamu memejamkan matamu?" tanyanya penuh selidik.          "Terserah apa katamu, tapi saranku. Jangan terlalu memikirkan Shiou Rain hingga membuatmu gila!" pesannya. Terselip nada kecemburuan dalam suaranya. Chin-HO  menaikkan sebelah alisnya, sungguh menggoda gadis ini adalah hal yang paling menyenangkan.           "Dan satu lagi, tadi ada yang mencarimu, kakek Jin Chin-Ho," katanya yang langsung melenggang pergi. Dalam hati dia yakin kini pria itu sedang mengumpatinya dalam hati. Wajah tampan pria itu kini sudah seperti kertas usang karena dipanggil 'kakek?' yang benar saja! Dia tampan seperti aktor Korea Hong Jong Hyun, masih muda lagi, lihatlah gadis itu malah pergi tanpa mengucapkan maaf.          "Untungnya dia teman tersayang," batinnya dongkol  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN