4.

977 Kata
Waktu sudah semakin petang, Alex pun memutuskan untuk pulang. Ia akan pulang dengan tenang karena semua sudah membaik, dirinya dan Ara sudah kembali seperti biasa. "Aku pulang dulu," "Iya, hati-hati!" Ucap Ara. Alex mengangguk dan tersenyum seraya masuk ke dalam mobil. "Daaah, sayang!" Ujar Alex yang kemudian berlalu meninggalkan kediaman Ara. Alex memperlambat laju mobilnya dan mengetikan sesuatu pada ponselnya. Kemudian ia tersenyum penuh arti. "Lo gak tahu main-main sama siapa. Ara is mine, she is mine." Ucapnya penuh penekanan. Dan ia pun kembali menambah kecepatannya. *** Malam ini benar-benar malam yang menyebalkan untuk seorang Ali. Ia baru saja datang dari mini market dalam keadaan babak belur. Ali menggeram tertahan, menahan rasa perih ketika adik sepupunya dengan sengaja menekan luka di sudut bibirnya. "Awsh... Flo, sakit anjir!" Kesalnya. Flo, Kania Florensia, seseorang yang selalu Ara panggil Rere, mantan teman terbaiknya. "Lagian, gue udah ngasih tahu lo kalau Alex itu gak bakalan diem aja. Dia itu kayak terobsesi banget sama si Ara, udah lah daripada bonyok." Ujar Rere. "Gue kan deketin Ara ya buat lo juga, walaupun si Alex gak mau sama lo, ya minimal dia gak boleh sama Ara supaya lo gak galau-galauan terus, gak tega gue liatnya." Jelas Ali yang langsung saja mendapatkan pelukan dari adik sepupunya itu. Rere menghela nafas panjang, "udah lah, lupain aja. Daun yang di pohon aja bisa tumbuh lagi, masa gue gak bisa sih lupain Alex dan nyari yang lain. Kan gue juga udah tahu dari dulu, kalau Alex gak bakalan ngelepasin Ara, jadi mana bisa dia ngelirik gue." Ucapnya. Ali terkekeh pelan. "Yakin bisa?" "Yakin lah, semangatin anjir. Malah di bikin bertanya-tanya," Ali menepuk bahu adik sepupunya itu. "Bagus deh, si Alex juga bukan cowok yang baik. Kayaknya dia ada kelainan, ya kali ceweknya serba gak boleh." "Buruan obatin lagi," Rere mendelik sebal. "Males ah, gue mau bobo." "Sialan, by the way, gue gak bakalan berhenti deketin Ara." Rere mengernyit heran. "Wajar si Alex posesif, gue aja yang baru kenal udah ngerasa jatuh cinta sama Ara." Ucap Ali. Rere terdiam. "Sodara gue aja bisa suka sama Ara dalam waktu dekat, ck. Jujur, gue iri." Pikir Rere. Ali melirik Rere sekilas. "Kenapa bengong?" "Gak pa-pa. Asal lo tahu aja, Alex gak bakalan biarin lo buat deketin Ara." "Lo liat aja," "Maksud lo apaan?" "Dengan Ara tahu kalau Alex--" "Buktinya mana? Alex itu pinter, dia gak mau Ara marah jadi dia nyuruh orang lain. Ya, karena Alex paling gak bisa liat Ara marah, dicuekin Ara aja dia gak bisa." Potong Rere yang berhasil membuat Ali terdiam. Beberapa detik kemudian, Ali tersenyum penuh arti. Ia memegang kedua bahu Rere. "Lo liat aja nanti, gue yakin kalau Ara akan langsung mikir ini ulah Alex, apalagi lo bilang, dulu si Alex sering gebukin orang kalau cemburu." Ucap Ali. Rere hanya memutar bola mata sebal dan memutuskan untuk pergi dari kamar Kakak sepupunya itu. "Bye, gue mau tidur!" Ujarnya. Sedangkan di sisi lain, terlihat seorang gadis manis yang tengah berbaring di atas tempat tidur dengan keadaan mata yang sudah terlihat mengantuk, namun tetap ia tahan agar tidak terlelap tidur. Siapa lagi jika bukan Ara. "Hoaaam... Aku ngantuk," ucapnya pada layar ponsel yang juga menampilkan pria tampan. Siapa lagi jika bukan Alex. "Yah, baru juga jam 9. Masa begadang nonton film gak ngantuk, ngobrol sama aku ngantuk." Ucap Alex di seberang sana. Sudah hampir satu setengah jam lamanya mereka melakukan video call, tapi Alex masih enggan untuk berhenti. "Aku kan gak tidur siang, kamu sih pulangnya sore." "Yaang, masih kangen..." Rengek Alex. "Besok juga ketemu, aku ada kelas jam 8 loh Lex." Alex terlihat berpikir. "Ya udah, kamu tidur aja." "Hn? Maksudnya?" "Ya kamu tidur, tapi video call nya jangan dimatiin." Ara memutar bola mata sebal. "Kuota aku bisa abis," "Nanti aku ganti yaang, udah tidur aja..." "Ah nyebelin, masa tidur diliatin. Malu tahu," Alex terkekeh pelan di seberang sana. "Gak pa-pa, aku masih mau liat muka kamu." "Kan ada foto aku, liatin aja foto yang kamu cetak. Banyak kali foto aku di kamar kamu," sahut Ara yang merasa malu jika harus tertidur sembari di tatap oleh tunangan menyebalkannya. "Ya udah jangan dulu tidur," Ara menatapnya tak percaya. "Bener-bener yah kamu, ya udah aku tidur." Putus Ara pasrah. Ia pun menyimpan ponselnya di meja kecil samping tempat tidur dengan posisi kamera depan yang pas memperlihatkan wajahnya, "Janji yah, ganti kuota aku." "Iya," Ara pun mulai memejamkan matanya. "Good night honey..." "Good night," "Mimpiin aku yah," "Gak janji." Alex pun tersenyum dalam diam seraya menatap wajah Ara dari layar ponselnya. Keesokan harinya, Ara dan Alex telah sampai di Universitas tempat mereka menuntut ilmu. Mereka terlihat berjalan beriringan dengan obrolan yang ringan namun terasa sangat menyenangkan saat di bicarakan dengan yang tersayang. "Yaang, nanti ada latihan. Kamu nonton yah." Ara terlihat berpikir. "Jam berapa?" "Jam 10, bisa kan? Kamu jarang banget nemenin aku latihan," Ara tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. "Kalau kelas aku udah selesai, aku nonton deh." Ucap Ara. "Sekalian liat, perempuan yang waktu itu nonton lagi atau enggak." Gumamnya dalam hati. "Aku duluan yah," ucap Alex seraya menghentikan langkahnya, begitupun Ara. "Ya udah, kamu jangan terlalu sering latihan. Cuacanya juga lagi gak tentu, harus jaga kesehatan juga," ucap Ara seraya mengusap lengan Alex. Alex tersenyum senang. "Cie perhatian, jarang banget loh." Ara menatap Alex tak suka. "Kamu, ish. Aku sering loh perhatian," "Iya sayang, maaf. Ya udah aku duluan, see you!" Alex pun berlalu menuju lorong sebelah kiri, sedangkan Ara melanjutkan langkahnya lurus ke depan. Sampai akhirnya ia tak sengaja berpapasan dengan Ali yang terlihat lebih banyak menunduk. "Ali?" "Eh, Ra. Hai..." "Hai, kamu--tunggu, muka kamu kenapa? Sudut bibir kamu juga--" "Aku gak pa-pa, duluan yah." Ali pun berlalu begitu saja, meninggalkan Ara yang masih berdiri dengan kebingungannya. "Is he okay?" Pikirnya yang kemudian lanjut berjalan menuju kelas. Di sisi lain, Ali terlihat tersenyum penuh arti. "Dia bingung. Dia akan nyari tahu. Dan, Boom!" Ucapnya penuh keyakinan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN