PROLOG
Suara tamparan mengenai pipi, pemilik rambut cokelat itu sampai berpaling enggan menatap pria yang penuh amarah di depannya. “Kau mau menikah?! Beraninya kau melakukan itu tanpa memberitahuku! Kau tidak akan aku restui! Kau harus bekerja dulu untuk melunasi semua hutangmu padaku!”
“Hutang?” perempuan itu terkekeh menatap sosok Ayahnya. “Kalau Ayah menganggap membesarkanku adalah hutang, maka seharusnya Ayah membiarkan aku sendiri saja! Ayah pungut pun, aku tidak diperlakukan sama seperti saudara yang lain.”
“Kau seharusnya bersyukur sudah aku pungut. Kalau tidak, kau sudah menjadi mayat bersama ibumu yang menjajakan selangkangannya pada semua pria.”
Anna Martinez, perempuan berusia 19 tahun yang selalu mendapatkan perlakuan buruk dari keluarganya sendiri. Lahir dari hasil hubungan gelap sang Ayah dengan wanita malam. Ibu dan dua saudaranya juga memperlakukan Anna layaknya sampah.
“Kau seharusnnya tidak memungut dia! Hanya karena p*****r sp*rmamu bukan berarti kau harus kasihan padanya! lihat sekarang, dia tidak tahu diri dan bilang akan menikah. Sementara dia belum melunasi uang yang dia pakai sejak kecil,” ucap sang Ibu menyindir sambil menuruni tangga.
“Cih, dia akan menjajakan tubuh seperti ibunya.” Adik perempuannya menatap jijik.
Ucapan sang kakak laki-laki tidak kalah pedas. “Setidaknya jual ginjalmu dan berikan uangnya pada keluarga kami.”
“Dengar tidak?”
“Akhh!” Anna mencoba menahan tangan sang ayah yang menarik rambut belakangnya.
“Kau harus mengganti semua uang itu, baru akan aku berikan restu.”
Anna melepaskannya dengan sekuat tenaga. “Aku datang untuk memberitahu kalian, bukan meminta restu. Jangan pernah hubungi aku lagi.” berbalik dan melangkah pergi dari sana.
Mengabaikan panggilan dari orang-orang dirumah tersebut. Sejak masuk kuliah, Anna memang menyewa sebuah flat dan bekerja di salah satu gallery seni. Dan itu menyebabkan pertengkaran di rumah mereka. Karena tidak ada lagi pembantu tanpa bayaran yang mereka miliki.
Keluar dari gerbang rumah, Anna menghela napas dalam melihat keberadaan sang kekasih. Jimmy, seorang pianis jalanan yang Anna temui satu tahun terakhir ini. Dia datang memeluk pria berusia 24 tahun tersebut.
“Mereka melakukan hal jahat lagi?”
“Itu yang terakhir kalinya.”
“Aku tidak bisa membiarkannya, Anna. Mereka terlalu banyak menyakitimu.”
“Dan aku tidak mau berurusan lagi dengan mereka, Jim. Ayo pergi dari sini.”
“Jika aku sudah punya banyak uang nanti, akan aku balas semua perbuatan mereka,” ucapnya sambil mengelus pipi Anna yang merah.
Perempuan itu hanya tersenyum, naik ke motor sang kekasih dan memeluk Jimmy dari belakang. “Setelah menikah nanti, aku akan membawamu keluar dari Austin. Kau akan aku pindahkan ke Kampus Seni yang lebih baik, kita tinggalkan semua kenangan buruk di kota ini.”
“Tentu saja.” Anna tersenyum haru. “Bawa aku dari kesengsaraan ini.”
Menurunkan Anna di depan gedung flat. Jimmy menggenggam tangan sang kekasih dan menciumnya berulang kali. “Maaf, aku belum bisa menjadi kekasih yang kau harapkan.”
“Kau jawaban dari harapanku.” Harapan memiliki keluarga, harapan diperlakukan layaknya manusia.
“Aku belum bisa memberikan pesta pernikahan yang mewah.”
“Jangan seperti itu, Jim. Kita sudah membicarakan hal ini.”
“Benar, kita mengikat janji suci dulu. Nanti, jika aku sudah memiliki banyak uang, akan aku buatkan pesta yang besar untukmu.”
Jimmy bukan dari kalangan orang kaya, orangtuanya bahkan sudah meninggal. Mereka bertemu di acara amal, saat itulah Anna merasa menemukan belahan jiwanya.
Saat kembali ke kamar, Anna mendapati ponselnya penuh dengan notifikasi dari keluarganya. Memintanya segera pulang atau mereka akan memaksanya. Namun Anna mengabaikannya, dia lelah disiksa secara batin dan fisik. Apalagi Ayahnya diambang kebangkrutan, Anna menjadi samsak hidup.
Punggungnya penuh dengan lebam, yang Anna dapatkan satu bulan lalu ketika pulang ke rumah untuk memberikan gajinya. “Aku tidak akan merasakan sakit ini lagi,” ucapnya memandang punggungnya sendiri. Tatapannya beralih pada lemari, disana ada gaun pengantin yang sangat sederhana. Dimana akan menjadi jalan untuk Anna bersama dengan Jimmy, menuju kehidupan yang baru.
***
Terror yang Anna dapatkan dari keluarganya itu dia abaikan. Anna tinggal menghitung jam, dia akan menikah dengan Jimmy. Tepatnnya besok, Anna akan memulai hidup baru. Dia akan keluar dari Austin, kuliah di kampus baru dan menjadi istri seorang pianis jalanan. “Aku tidak sabar besok.”
“Aku juga. Kendal akan datang ke tempatmu untuk menjemput ke gereja.”
“Tentu saja.”
“Atau kau ingin aku yang datang menjemputmu?”
“Jangannn! Aku ingin memberikanmu kejutan. Tunggu saja pengantinmu ini digereja,” goda Anna.
Malam yang manis dengan pembicaraan mengenai masa depan. Membuat Anna bersemangat ketika pagi menjelang, dia mendandani dirinya sendiri. Memakai gaun yang diberikan Jimmy dan memakai tiara. Anna tersenyum haru melihat tampilan dirinya sendiri.
Tok! Tok! Tok!
“Astaga, Kendal. Kau datang lebih ce──Hmphhhh!” seeorang tiba-tiba membungkam mulut dan hidung Anna, membiusnya hingga Anna mulai lemas. Kesadarannya masih ada, Anna merasakan tubuhnya diangkat dan dibawa pergi. Anna dimasukan ke belakang mobil. “To…. Tolong…. Kalian mau apa?”
“Dia masih sadar?” tanya seseorang yang Anna kenali suaranya.
“A… ayah?”
“Hilangkan kesadarannya.”
“Baik, Tuan.”
Satu pukulan dikepala membuat Anna benar-benar kehilangan kesadarannya. Semuanya gelap….. sampai Anna perlahan mulai sadar kembali. Penglihatannya buram, tapi dia sadar ada di dalam sebuah pesawat. Mendengar percakapan sang Ayah dengan seoran pria tidak dikenal.
“Dia masih perawan, bukankah itu cukup untuk melunasi hutangku pada Tuan Arthur. Bahkan, seharusnya aku mendapatkan uang tambahan karena dia terlalu mahal.”
“Keputusan ada di tangan Tuan Arthur. Kita lihat saja nanti setelah sampai di Verona.”
Dirinya akan dibawa ke Italia? “A…. ayah…”
“Mike! Dia sadar! bungkam lagi!”
“Dia tidak akan bisa apa-apa, Tuan. Biusnya membuatnya lumpuh dan lemas.”
Anna bahkan tidak bisa melawan ketika tubuhnya kembali dimasukan ke dalam mobil. Dibawa pergi dari sana dan digendong oleh seorang pria menuju istana yang begitu megah. Anna dijatuhkan di atas sofa. “Ayah….,” panggilnya dengan tatapan yang susah focus.
“Kenapa kau membawa pengantin kesini?”
“Tuan Arthur.” Cedric ─Ayahnya Anna─ tersenyum menyambut pria muda itu. “Dia anak keduaku. Sangat cantik dan masih perawan. Dia bisa menjadi pelunas hutangku. Dan…. Karena dia masih tersegel, harusnya aku mendapatkan yang tambahan bukan, Tuan Muda?”
Anna merasakan dagunya dicengkram, melihat siluet seorang pria berjas. Ccengkramannya dilepaskan dengan kasar. “Kenapa dia memakai baju seperti ini?”
“Dia sedikit nakal, Tuanku. Dia ingin menikah dengan musisi jalanan tanpa seizinku. Jadi aku membawanya kesini, pada orang yang bisa menghargainya dengan mahal.” Cedric mendekat pada sang pemilik istana ini. “Bagaimana, Tuan? Bukankah dia cukup cantik untuk dijadikan alat perdamaian kita? Tolong bantu aku, perusahaan itu satu-satunya sumber penghasilan keluarga.”
Arthur terdiam sejenak menatap perempuan yang berusaha berontak dengan tubuhnya yang lemas. “Kurung dia dikamar, Felix,” perintahnya pada sang ajudan.
“Baik, Tuan.”
“Tuan Muda, bolehkan aku melakukan perpisahan dulu dengan putriku?”
Arthur menjawab dengan gerakan tangan, membuat Cedric mengikuti langkah Felix. “Waktumu tiga menit, kamar ini akan dikunci dari luar.”
“Baik, Tuan Felix.” Cedric menatap sang anak yang meneteskan air matanya, bahkan dia terlihat kesulitan mengeluarkan suara. Cedric terkekeh. “Jangan menangis, Anna. Kau ditempat yang tepat sekarang. Beginilah seharusnya, kau membayar hutangmu padaku karena sudah merawat sejak kecil. Jangan khawatir, Tuan Arthur itu baik.”
“Hiks…. Jim…. Hiks… Tolong…”
“Ah kau mengkhawatirkan pria sampah itu? Tidak perlu takut, Ayahmu sudah menyimpan surat di flatmu.” Mendekatkan bibirnya pada telinga sang anak. “Yang mengatakan kalau kau tidak mau menikah dengan pria miskin seperti Jimmy.”
Tangisan Anna semakin kuat, sementara pria itu terkekeh puas. “Selamat menempuh kehidupan baru di Italia, Nak. Ayah harus pergi meminta uang pada Tuan Arthur.”
Meninggalkan Anna sendiri di kamar yang terkunci. Di hari pernikahannya, Anna mengalami hal yang paling mengerikan.