Part 17 (Welcome Skripsi)

1036 Kata
Waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa Tasya sudah melewati UTS semester 7. Jika dilancarkan kurang dari setahun ia akan lulus. " Gimana nih udah bikin proposal skripsi." Dina menjatuhkan bokongnya di kursi samping Tasya. " Udah dong." jawab Tasya santai. " Aku belum beres."Dina tampak stres. " Aku dibikinin Erik."Tasya memberikan cengirannya. Sebenarnya bukan Tasya yang minta Erik sendiri yang menawarkan bantuan. Tentu saja Tasya menerima dengan senang hati. " Ih..curang." Dina menatap Tasya sebal. " Yang penting kan beres dan pas seminar aku bisa mempertanggung jawabkannya. Kamu minta dibikinin aja sama Revan" Ucap Tasya sambil tersenyum. " Apaan, Revan tuh yang bikin aku repot." Ucap Dina sedikit kesal. Revan bukanlah mahadiswa pintar jadi kalau ada tugas malah Dina yang membantunya. " Jadwal seminarnya 2 minggu lagi kan." Ujar Tasya. " Yup" Dina " Kalau Acc berarti semester depan dah bisa langsung bimbingan." Tasya ingin segera selesai kuliah. Mengurus rumah tangga dan kuliah cukup lelah belum lagi mengurus bisnisnya. " Iya, mudah-mudahan begitu sekalian PKL ngerjain skripsi." Dina pun berharap sama. " Hai...hai...lagi ngerumpi apa sih serius amat." Alin dan Merlyn muncul. " Apalagi kalau bukan skripsi." Ucap Dina. " Udah daripada ngurus proposal skripsi mending sementara ini lihat katalog aku dulu nih, ada banyak produk aksesoris bagus." ucap Merlyn " Dasar sales." Gumam Tasya sambil menyambar katalog. " Nih bross yang ini bagus, itu perak asli lho." Tunjuknya. " Ntar lihatnya di rumah aja ya, biar nyalse." Seru Tasya sambil memasukkan katalog ke dalam tasnya. " Oke, yang penting order." Merlyn tersenyum bahagia. " Tenang ntar ada Mama sama Oma yang borong." Ucap Tasya. " Siap.” Merlyn semakin berbinar. Order Tasya selalu banyak karena yang pesan bukan saja Tasya tapi juga Oma, Mama dan Tantenya bakalan ikut pesan juga. 2 Minggu kemudian seminar proposal dilaksanakan. Semua teman Tasya tampak sibuk dan gugup. Begitu juga Tasya. Alhamdulillah walaupun proposal dibuat oleh Erik, namun Tasya sukses melaluinya. " Acc..." Dina melonjak kegirangan. Ia menyusul Tasya berhasil Acc judul skripsi. Resminya baru semester depan ngontrak skripsi. " Alhamdulillah." Tasya ikut senang. " Dapat dosen pembimbing Pak Dado." ucapnya bahagia. Walaupun ketika di kelas membosankan namun soal bimbingan skripsi dosen tua itu jadi idola selain mudah kompromi, dia tidak rewel dan selalu mudah ditemui. " Pembimbing ke 2 siapa?" Tanta Alin. " Bu Siska." Jawab Dina semangat. " Untung banget sih. Bu Siska juga baik. Biasanya suka ngikut Pembimbing ke 1, Pembimbing 1 acc dia juga bakal langsung acc." Alin tampak iri. "  aku sih dapat Mr Andi dan Bu Aisyah. Musibah..." Ucap Tasya bete. " Selamat berjuang..." Alin memberikan semangat kepada Tasya. " Bete banget." Tasya tampak sebal. " Alin siapa dosen pembimbingnya?" Tanya Dina. " Pa Dado dan Pak Arif." Ucapnya. " Ntar bimbingan bareng ya." seru Dina. " Keberuntungan ga berpihak. Alamat bakal lama nih skripsi an." Ujar Tasya. Kedua sahabatnya diprediksi bakalan lancar jaya. " Bu Aisyah kasih tas branded aja" Saran Dina " Nyogok banget." Tasya mencibir. Tasya bukan orang yang suka main sogok sembarangan kecuali kepada adik-adiknya. " Kalau si Mr. Andi kasih rayuan gombal sama sedikit kencan." Ucap Dina. " Namanya bunuh diri." Tasya melotot. Dina selalu memberi ide gila. " Dia kan masih belum move on dari kamu." Ucap Dina. " Sok tahu" Tasya bergidik ngeri. Dosen Killer itu musuh semua mahasiswa di jurusan sastra Inggris. Sejak pertama kenal Tasya sudah menaruh hati kepada nya dan saat tahu status Tasya pria jomblo itu jadi bertambah jutek. " Si Erik bakalan ngamuk lah." Alin membayangkan apa yang terjadi. " Aku terancam dipecat jadi istrinya kalau berani selingkuh." Ujar Tasya. *** " Selamat ya Sayang, kamu udah lolos seminar proposal skripsi." Erik langsung memberika kecupan di kening sang istri. Dirinya sendiri belum seminar proposal " Alhamdulillah, ini juga berkat bantuan Ayah." Tasya tersenyum gembira. " Tapi dosen pembimbing nya itu Mr Andi dan Bu Aisyah." Seru Tasya. " Tenang aja ada pembimbing ke 3 yang siap bantu." Erik tersenyum. " Kayaya kakak lagi senang ya." Tiba-tiba datang Heni dengan Ehsan. " Aya..h" Ehsan langsung mendekap ayahnya. " Seneng dan tidak seneng Ma." Jawab Tasya. " Emang kenapa?" Heni mengerutkan keningnya. " Acc proposal skripsi tapi dapat dosen pembimbing yang Killer." Ucap Tasya " Sabar, jalani saja. Harus ikhlas dan semangat. Mama doain semoga lacar semuanya, biar cepat lulus." Ucap sang Mama tulus. " Amin." Jawab Tasya. " Iya lah harus buru-buru lulus. Biar segera merealisasikan program kita." Erik tersenyum sambil memeluk anaknya. " Program apaan?" Heni menatap menantunya. " Program bikin cucu baru buat Mama." Jawab Erik dengan ekspresi wajah datarnya. " Ha ..ha.... Erik ada-ada saja." Heni terbahak. " Apaan sih Yang bahas soal itu segala." Tasya tampak malu. Sepertinya Erik tidak sabar ingin punya anak lagi. Padahal umurnya belum 22. *** " Selamat pagi Pak." Tanpa sengaja Tasya bertemu Mr. Andi di dekat ruang dosen. " Hai...pagi juga." Jawabnya ramah. Jika di kelas jangan harap ia mau tersenyum semanis itu. Coba kalau ia bisa tersenyum ramah mungkin tingkat ketampanannya. Akan meningkat. Selama ini ketampanan dosen muda itu terhalang oleh sikap arogan dan kekilkerannya. " oh iya kamu mahasiswa bimbingan saya kan?" Tanyanya sambil menatap Tasya. " Iya." Tasya mengangguk. Kalau bukan dosen pembimbingnya, malas buat Taya sekadar berbasa-basi. " Cepat bikin SK nya ya." Perintanya. " Iya Pak." Ucap Tasya. Tanpa disuruhpun ia akan melakukan nya. " Oh iya gimana kabar anak kamu pasti udah gede ya." Sebuah kalimat terlontar begitu saja darinya. " Iya Pak, udah 2 setegah tahun." Jawab Tasya masih mempertahankan keramahannya. Sebenarnya Tasya sedikit heran untuk apa dosen yang dulu pernah ngeceng dirinya itu peduli terhadap kehidupan pribadi Tasya. Tentang Ehsan lagi. Tasya positif thinking saja mungkin dosen itu ingat waktu mau lahiran ia sempat menolongnya, waktu itukan Tasya lagi UAS dan berada di kelasnya. " Lagi lucu-lucubya." Ucapnya. " Iya." " Kalau begitu saya Permisi, Jangan lupa bikin SK dan kamu segera mulai Bab 1, 2 dan 3 nya biar semester depan langsung bimbingan." Ucapnya sebelum masuk ke dalam ruangan. " Baik Pak." Ucap Tasya. Mimpi apa semalam Tasya, hingga bertemu Mr.Andi yang berstatus dosen pembimbing skripsinya. Sikapnya ramah dan menyenangkan. Mudah-mudahan selama bimbingan nanti ia tetap seperti itu jangan seperti cerita-cerita seniornya yang dipersulit hingga harus memakan waktu lebih dari satu semester. *** TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN