“Mas Langlang.” Savira kaget namun detik itu juga tubuhnya langsung menegang ketika Langlang menarik pinggang dan membuat tubuh mereka saling melekat satu sama lain. “Iya. Ini saya, Savira.” “Mas.” “Saya rindu kamu, Sayang. Kenapa pergi begitu saja?” Savira jadi bingung. Langlang mengatakannya dengan mata memejam menahan perih dan kesakitan meski wajahnya menghadap lurus ke arah Savira. “Aku…” Kalimat itu tertelen ketika bibir yang sejatinya saling merindu akhirnya kembali bisa bertaut. Savira berusaha menolak. Namun sekeras apapun ia menolak, nyatanya sentuhan Langlang membuatnya kalah. Langlang tersenyum di antara pagutannya yang terbalas saat Savira mengalungkan tangan dan memejamkan matanya. Namun begitu menyadari ada orang lain di ruangan yang sama, Savira langsung mendoro