TIGA

1071 Kata
Pertandingan basket ulang antara tim Rama dan SMA Cipta kembali di gelar. Riuh penonton memenuhi sekeliling lapangan yang cukup megah itu. Pendukung dari tim Rama sering kali berteriak ketika jagoannya berhasil memasukkan bola ke ring lawan. Dan tak sia-sia latihan mereka selama ini. Tim Rama berhasil menyabet gelar "Juara" yang baru dalam turnamen itu. Dua hari berlalu. Hari ini Rama pergi ke sekolah di antar ayahnya karena mobilnya masuk bengkel. Jadi, ia tidak bisa menjemput Dea. Saat jam istirahat, Rama terus mengikuti Dea yang berjalan cepat karena risih melihatnya. "Kamu kenapa sih? Aneh banget hari ini. Geli tau nggak?" kesal Dea. "Ke danau yuk!" ajak Rama tanpa memperdulikan kekesalan Dea. Rama menarik tangan Dea hingga mereka sampai di tepi danau. "Duduk!"suruh Rama yang kini duduk di atas rerumputan. Dea pun segera duduk di samping Rama. "Ada apa?" tanya Dea malas. "Kemarin, aku nembak Airin. Terus, Airin nerima aku." Ujar Rama riang. Rasa sesak itu kembali menjalar di hati Dea. Dea sendiri tidak tau, apa arti semua itu. Ia tak mampu menafsirkan perasaannya sendiri. "Selamat deh." ujar Dea dengan wajah juteknya. Tampaknya gadis itu tengah berpura-pura tidak peduli dengan kabar bahagia yang baru saja Rama sampaikan. "Gitu banget sih ekspresinya? Masak cuma itu doang?" protes Rama. "Terus aku harus apa? Salto gitu biar kamu seneng?" balas Dea dengan nada tinggi. Rama menyentuh dahi Dea ketika merassa jika sahabatnya itu sangat aneh hari ini. "Nggak panas." Lirihnya. Dea merasa risih, ia segera berdiri dan hendak pergi. Namun Rama menahan pergelangan tangannya. "Kamu kenapa sih? Kok judes gitu? Aku ada salah ya? Perasaan pas PMS aja kamu gak sampai segininya. Apa soal aku yang nggak bisa jemput tadi pagi?" bingung Rama. Dea mengalihkan pandangannya, enggan menatap Rama. Karena bahkan dirinya sendiri tidak tau dengan apa yang membuat moodnya benar-benar hancur saat ini. "Aku cuma lagi bad mood. Jangan bikin mood aku tambah jelek deh Ram!" jawab Dea kemudian menghempas tangan Rama dan pergi dari sahabatnya itu. "Kamu kenapa sih De? Pasti ada sesuatu yang terjadi sama kamu." lirih Rama melihat  punggung Dea yang kian menjauh. Malam minggu telah tiba. Biasanya, Rama akan mengajak Dea jalan-jalan atau nonton. Tapi hingga pukul 19.30, Rama belum juga memberi kabar pada Dea. Sedari tadi Dea mondar-mandir di depan pintu kamarnya. Dalam hati kecilnya Dea masih berharap jika sahabatnya itu akan datang dan mengajaknya jalan-jalan seperti biasanya. Tapi, setelah cukup lama menunggu, ia tidak juga mendapat telepon dari Rama. Hingga akhirnya, Dea memutuskan untuk menelpon Rama duluan. "Hallo," ujar seseorang di seberang sana. "Kok kamu nggak jemput aku sih?" tanya Dea dengan nada kesal yang sangat kentara. "Oh iya, sorry De, aku lupa ngabarin ya? Malam ini aku ngedate sama Airin. Nggak mungkin kan aku ngajak kamu? Soalnya kemarin-kemarin aku belum pernah ngajakin dia ngedate juga, ini pertama kalinya." Rama. Terbesit kekesalan di hati Dea. Baru kali ini Rama mengabaikannya di malam minggu. Dan itu demi pacar barunya, Airin. "Oh, jadi kamu nggak bakal datang? Percuma dong aku nunggu kamu dari tadi?" Dea dengan nada kecewa. "Sekali lagi sorry ya De?" Rama. "Yaudah nggak papa. Have fun ya!" ujar Dea dengan berat hati. ‘Munafik banget kamu, De! Kalau kecewa bilang kecewa, kalau marah bilang marah, apa susahnya sih?’ batin Dea miris. Biasanya ia akan mengatakan apa saja yang ia rasakan pada Rama. Saat kesal, marah, sedih, Rama adalah orang pertama yang akan tau. Tapi kini, semua terasa berbeda. Rama terasa asing untuknya. Ada sesuatu yang hilang dari pria itu yang membuat rasa nyaman Dea padanya memudar. Memang. Malam ini Rama mengajak Airin ngedate untuk pertama kalinya. Sejak pukul 18.30 tadi, mereka berkeliling di sebuah pusat perbelanjaan. Mereka juga sempat memasuki sebuah foto box dan mengabadikan momen kebersamaan mereka malam itu. Kemudian Rama mengajak Airin makan malam di sebuah restoran. Keduanya terlihat sangat manis. Rama terus memandangi gadis yang sangat ia cintai itu. Airin. Ia adalah cinta pertama bagi Rama. Dan Rama sangat mencintainya. Sejak pertama bertemu, hatinya seakan terperdaya oleh kelemah lembutan gadis itu. Rama dan Airin baru saja menghabiskan pesanan masing-masing. Rama masih dengan senyumnya yang tak pudar. Airin pun salah tingkah dibuatnya. "Ada yang aneh ya, Ram?" tanya gadis itu. Rama mengangguk. Dengan cepat, Airin bercermin dengan handphonenya, mencari keanehan yang Rama maksudkan. Tapi ia tidak dapat menemukannya. Ia pun melirik Rama, seolah bertanya pada pria itu. "Aneh, bagaimana bisa dulu aku langsung cinta sama kamu saat pertama bertemu? Padahal, kita belum pernah kenal sebelumnya." ujar Rama membuat Airin bernapas lega. "Dan aneh juga, kenapa aku bisa sebahagia ini saat bersama kamu? Aku belum pernah merasakan keindahan yang aku rasakan akhir-akhir ini saat bersamamu. Kamu sudah membuat hidupku jauh lebih indah. Membuatku ingin terus hidup dan melihat senyummu." lanjut Rama. Kali ini terlihat semu merah di kedua pipi Airin. Pria di hadapannya itu selalu bisa membuatnya bahagia dan nyaman dengan semua yang ada padanya. Minggu pagi, Rama baru saja memasuki mobilnya. Ia dikejutkan dengan kedatangan seorang gadis di rumahnya. Dia adalah Dea. "Kamu mau kemana?" tanya Dea. "Mau ajak Airin jalan-jalan. Kamu ngapain ke sini?" Rama. Dea menghela napas berat. "Awalnya sih mau main ke rumah kamu. Tapi kamunya mau pergi, ya udah aku pulang aja." Dea. Rama merasa bersalah pada sahabatnya itu. Akhir-akhir ini ia jarang meluangkan waktunya untuk Dea. Dulu karena turnamen basket. Dan sekarang untuk Airin. Tapi Rama sudah terlanjut membuat janji pada Airin. Dan Rama tidak mungkin mengingkarinya. Ia tak ingin membuat Airin kecewa. "Sorry ya, De. Akhir-akhir ini kita jadi jarang main bareng. Nanti sore deh, aku main ke rumah kamu." ujar Rama. Dea pun mengangguk. Ia sadar. Ia tidak akan mampu menahan kepergian Rama. Karena itu untuk Airin. Gadis yang sangat dicintainya itu. Hanya saja, Dea merasa ini terlalu cepat. Rama berubah pesat hanya dalam beberapa hari setelah mengenal cinta. Dea merasa belum siap dengan perubahan sikap Rama. Pukul 09.00, Rama dan Airin sampai di sebuah tempat wisata. Ada beberapa wahana di sana. Airin tertawa riang saat Rama mengajaknya naik ke sebuah wahana yang sangat ia sukai. Keduanya terlihat asyik menikmati hari libur kali ini. Rama tidak pernah menolak apapun keinginan Airin. Termasuk saat gadis itu menyuruhnya menaiki sebuah wahana yang sebenarnya ia takuti. Ia tetap bersedia naik meski sebenarnya dengan berat hati. Hampir sehari penuh Rama dan Airin bersenang-senang di tempat rekresi. Sore harinya, mereka tengah menikmati sebuah film di dalam bioskop. Setelah sebelumnya makan di restoran kesukaan Airin, Rama langsung mengajak gadis itu nonton. Dan sepertinya Rama tak salah memilih film. Airin terlihat begitu menikmati film itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN