Sesuatu yang didasari tanpa cinta mungkin tidak akan terdengar indah. Tetapi jika kita tidak mencobanya untuk saat ini. Maka, kapan kita bisa paham. Apa itu arti cinta yang sesungguhnya.
****
Namaku Fabricia Rosalie, yang biasa dipanggil dengan nama panggilan Rosalie. Saat ini usiaku telah beranjak 29 tahun, di usiaku yang sudah matang ini. Papa dan mama terus saja mendesak diriku untuk segera menikah. Tapi, disisi lain siapa yang akan menjadi calon suamiku jika calon saja gak punya. Huh. Memikirkan hal ini membuat aku mendesak malas dan frustrasi secara bersamaan. Andai saja mencari jodoh seperti mencari es krim mungkin tidak akan sesulit saat ini.
Tapi walau begitu aku cukup menikmati hari-hariku meskipun setiap hari aku selalu didesak untuk segera menikah. Dan saat ini, aku tahu bahwa kedua pasang mata tengah menatap diriku. Dan itu hampir setiap hari aku rasakan. Huh, bete dan kesal kedua hal yang sulit aku jauhkan dari hidupku.
"Rosalie. Kapan kamu mau menikah Sayang? Kapan kamu akan mengenalkan calon suamimu pada kami. Kamu tahu, mama dan papa sudah lelah menunggu hal itu tiba. Sayang. Umurmu itu sudah sangatlah matang untuk menikah. Dan kami sudah sangat menginginkan cucu darimu. Setidaknya kamu bisa sedikit mengabulkan keinginan mama dan papa kan?" Ujar Seika, mama dari Rosalie.
Hembusan nafas Rosalie menjawab semuanya.
"Mah. Please, Rosalie bosan karena hampir setiap hari bahkan setiap jam. Mama dan papa selalu saja mendesak Rosalie. Rosalie itu belum siap mah, lagian. Rosalie belum memiliki calon yang mau Rosalie kenalkan pada mama," Ujar Rosalie dengan mimik lelahnya.
Mendengar ucapan Rosalie bukannya marah kedua orang tua Rosalie justru tengah saling melirik satu sama lain. Terlihat Senyuman tanpa dosa mereka membuat Rosalie merasa was-was dan bingung secara bersamaan.
"Mama dan papa kenapa senyum-senyum begitu. Rosalie kira mama dan pa...!!!
"Kamu benaran serius belum punya kekasih sayang?" Tanya sang kepala keluarga balik. Devan, selaku papa kandung Roselie cukup terkejut saat mendengar hal itu dari bibir putri mereka.
Mendengar pertanyaan Devan membuat Rosalie menatap Devan dengan alis terangkat satu.
"Tentu saja Rosalie se...!!!
"Asik. Itu berarti Rosalie gak ada terikat sama siapapun dong Dev. Dan itu berarti Rosalie bisa kita jodohkan sama Barra, kamu setuju kan Sayang?" Tanya Seika dengan mimik wajah penuh kebahagiaanya itu.
Lain hal dengan Roselie yang sampai melongo saat mendengar ucapan Seika, dirinya hampir saja melontarkan protesnya jika Devan sang kepala keluarga tidak terlebih dahulu membuka mulutnya.
"Tentu saja aku setuju Sayang. Lagian, bukankah hal ini sudah lama kita tunggu-tunggu. Lagian kamu gak bakal menolak permintaan kami kan Rosa? Kamu kan tahu jika Om Ares itu adalah teman papa dan Mama sejak dulu. Dan dengan adanya perjodohan ini ikatan kami akan semakin erat bukan begitu sayang?" Devan seakan tengah meminta pendapat sang istri.
"Tentu saja Dev. Apalagi hal ini memang sudah lama kita tunggu-tunggu bukan. Dan Rosa gak boleh menolak keinginan papa dan mama," Ujar Seika dengan senyumannya.
"Tapi mah, Rosalie belum si...!!!
"Pokoknya besok kita akan kedatangan tamu. Jadi kamu Rosalie harus bersiap-siap dan ingat dandan yang cantik ya, Sayang. Jangan buat mama dan papa malu. Tapi sebenarnya kamu itu sudah cantik tapi kan mama dan papa mau kamu lebih mempesona lagi jadi ingat besok malam berpakaian lah yang cantik. Kamu mengerti, kan. Sayang," Seika kembali melontarkan maksudnya membuat Rosalie mendesak pasrah. Jika sudah begini ia tentu saja akan kalah. Tentunya kalah sebelum berperang.
******
Perkenalkan namaku Barra Rafeyfa Zayan Maulana, yang biasa dipanggil Barra. Saat ini usiaku baru saja beranjak 19 tahun dan kini aku telah sah menjadi anak kuliahan, meskipun bisa dibilang aku masih sangatlah nakal sampai saat ini. Huh, jujur aku malas untuk mengejar pendidikan ku. Karena kenapa? Karena kuliah itu sangatlah membosankan tapi mana mungkin aku mampu melontarkan kata membosankan itu pada papaku. Bisa-bisa aku bakal digantung hidup-hidup sama Ares, UPS. Maksudku papaku he-he-he. Ngomong-ngomong nama papaku itu Ares dan kalian harus mendengarkan apa yang baru saja diucapkan oleh papaku beberapa detik yang lalu.
Aku bahkan hampir tersedak saat menelan roti selaiku pagi ini.
Kalian mau tahu apa yang diucapkan Ares padaku. UPS, lagi-lagi aku bersikap kurang ajar padanya. Untung saja suaraku tidak terdengar di kupingnya jika itu benar-benar terjadi habislah aku hari ini.
Oh iya. Kita kembali ke topik yang belum aku beritahu. beberapa detik yang lalu papa mengatakan bahwa ia akan menjodohkan aku pada putri dari sahabatnya dan lebih mengejutkan lagi, calon yang papaku pilihkan usianya terpaut cukup jauh dariku.
Huh. Gila bukan, orangtua macem apa dia yang menjodohkan aku dengan seorang tante-tante. Hisss. Memikirkan semua itu membuat bulu kudukku merinding, bagaimana tidak. Usia calon istriku berbeda 10 tahun dariku. ingat 10 tahun. Aku yakin sekali jika putri dari sahabat papaku itu pasti sudah tua, dengan penampilan menor dan tubuh lemak dimana-mana aku yakin itu.
Hisss... Membayangkan itu semua membuat aku mules seketika.
"Pah," Panggilku setelah cukup lama berpikir.
"Euhm." Jawaban papa membuat aku harus banyak-banyak bersabar kali ini.
"Papa yakin mau menjodohkan Barra dengan putri dari sahabat papa itu? Yang benar saja pah. Pasti calon yang papa ingin jodohkan itu sudah lanjut usia. Iya kan? Sahabat sih sahabat pah. Tapi gak gitu juga kali, dikira anaknya ini sudah gak laku lagi apa," Sinis Barra yang berusaha untuk menahan kekesalannya itu.
Senyum geli Ares tercetak begitu jelas di wajah tuanya, membuat Barra menatap Ares dengan tatapan malasnya.
"Kamu itu jangan menilai buruk dulu. Belum juga bertemu sudah berprasangka buruk. Huh. Yang ada nanti malah jatuh cinta duluan lagi," Ujar Ares dengan tatapan setannya membuat Barra mendengus sebal akan jawaban ares pada dirinya.
Bukankah pertanyaan Barra bukan itu, tapi yang dijawab malah hal yang gak penting. Huh, malas banget deh.
"Ya sudahlah, Barra mau berangkat ke sekolah dulu ya," Pamit Barra sambil melangkah meninggalkan Ares yang tengah tersenyum penuh arti pada dirinya.
*******
Saat ini Rosalie tengah sibuk dengan pekerjaan kantornya. Sejak usianya beranjak 25 tahun ia sudah diberi tugas oleh Devan. Yang notabenenya adalah papa kandungnya sendiri, Roselie adalah pewaris tunggal akan kekayaannya suatu hari nanti. Maka dari itu Rosalie diberi kepercayaan untuk mengurus semuanya. Karena suatu hari nanti ialah pemilik sah dan pewaris tunggal dari keluarga Devan.
Hembusan nafas Rosalie menjawab segalanya bahwa gadis itu cukup lelah dengan pekerjaan kantornya itu. Setiap hari pekerjaannya selalu menumpuk membuat punggungnya sering kali pegal-pegal, tapi tetap saja Rosalie berusaha untuk mengerjakan semuanya dengan serius.
"Sebenarnya pria seperti apa yang akan dijodohkan oleh papa dan mama padaku? Kenapa mereka terlihat bahagia seperti itu. Huh. Aku merasa menjadi seorang perawan tua saja yang tidak laku hingga kedua orang tuaku yang turun tangan seperti ini. Tapi aku berharap pilihan mereka tidaklah salah. Huh, setidaknya aku bisa meminta bantuan tentang pekerjaan yang tengah aku kelola ini. Ya semoga saja. Huuss, kok aku jadi berharap perjodohan itu terjadi ya? Aarrgg gak. Gak. Pokoknya gak boleh. Aku masih ingin menikmati hidupku, lagian belum tentu aku akan bahagia kan?" Rosalie mendesak malas sambil bersandar di kursi miliknya yang terasa begitu nyaman baginya saat ini.
****
Lain hal dengan Barra yang tengah mengendarai motor sportnya dengan wajah tampan bak malaikatnya itu. Barra adalah pria yang diciptakan dengan kesempurnaan yang tidak bisa ditandingi oleh siapapun. Di usianya yang baru 18 tahun, sosok Barra tumbuh seperti pria dewasa pada umumnya dengan tubuh jangkungnya. Membuat kesan tampan untuk seorang Barra. Bahkan wajah pria itu sangatlah tampan dengan kulit putih pucatnya membuat wajah pria itu selalu bersinar
"BARRA," Pekikan para gadis membuat Barra yang baru saja turun dari motor sportnya langsung berbalik badan untuk melihat berjejeran para gadis-gadis seusia dirinya. Tapi sayangnya, seorang Barra tidak tertarik pada mereka. Entahlah, Barra pun tidak paham. Padahal banyak gadis-gadis cantik di tempat kuliahannya ini, tapi Sayangnya. Tidak seorangpun gadis yang mampu menyentuh hatinya.
"Hei Man. Kau terlambat lagi, huh. Untung saja hari ini tidak ada jadwal pelajaran jika ada, bisa habis kau," Kekehan seorang pria yang seusia dirinya tengah menepuk punggung kokoh milik pria itu.
"Benar itu Man. Kami saja sampai ketakutan saat menyadari kau belum tiba disini," Balas pria lainnya.
"Huh. Memangnya aku peduli. Kuy lah, kita ke kantin bete nih. Butuh yang dingin-dingin," Ujar Barra lalu melangkah di ikuti para sahabatnya.
Rey, Reza dan Seno adalah sahabat sejak semasa sekolah dasar. Jadi tidak di herankan lagi jika keempatnya begitu bersahabat.
"Ada apa sih? Kok wajahmu kusut begitu. Kurang jatah uang jajan ya?" Selidik Seno dengan wajah jailnya.
"Huh. Uang jajanku mah selalu penuh. Lagian, papa gak mungkin tidak memberikan uang saku padaku. Soalnya aku adalah anak kesayangannya meskipun kadang-kadang suka buat darah tinggi," Jujur Barra sambil terkekeh geli di ikuti ketiga sahabatnya itu.
"Lantas jika bukan karena hal itu. Lalu apa dong? Kok wajahmu gak sebahagia sebelumnya?" Tanya Rey penuh tanda tanya.
"Kalian tahu gak. Pagi ini apa yang dikatakan sama bokap? Huh, jika tidak mengingat perkataan tadi pagi mungkin aku gak bakal sekusut ini. Tapi. Hisss, bete. Huh. Berasa jadi anak lelaki gak laku saja sampai mau dijodohi," Ujar Barra dengan mimik wajah kusamnya itu.
"Maksudmu apa Man? Siapa yang mau dijodohi?" Tanya Reza di anggukin oleh yang lain.
"Ya aku. Siapa lagi coba," Kesal Barra sambil meminum jus jeruknya tanpa mengunakan sedotan.
"APA? Kau gak sedang bercanda kan Man?" Ketiganya sampai tersentak kaget sambil menatap wajah Barra yang menampilkan wajah tanpa ekspresi. Hembusan ketiga pria itu menjawab akan kegelisahan Barra.
"Lalu. Kalau sampai kau benar-benar di jodohi otomatis kamu gak perlu kuliah lagi dong Man, tinggal jadi suami. Tinggal duduk manis menunggu dilayani istri," Kata Seno tanpa menyadari jika tatapan Barra dan kedua sahabatnya tengah menatap tajam dirinya. Seakan siap melubangi seluruh tubuhnya.
"Dasar bego? Kau kira dengan menikah hidup Barra akan lebih baik." Gerutu Rey memasang wajah kesalnya itu.
"Hehehe. Ya bisa saja kan, Euhm. Kita kan masih muda kalau misalnya sih Barra ini di jodohi otomatis dia bakal hidup enak tiap hari. Tiap hari ada yang masaki, memanjakan dia, apa yang kurang coba?" Ujar Seno berandai-andai membuat Barra memukul kasar kepala Seno membuat pria itu memekik kesakitan.
"DASAR BEGO. NGAPAIN MUKUL AKU, SALAHKU APA COBA," Kesal Seno.
"Salahmu karena kau terlalu bego. Bodoh," Sinis Barra sambil melangkah meninggalkan kantin tanpa memandang ketiga sahabatnya lagi. Walaupun saat ini ia menjadi pusat perhatian para gadis tetap saja hal itu tidaklah berguna bagi dirinya.
*****
Malam hari Rosalie mendesak malas. Sejak tadi gadis itu hanya duduk tanpa ada niatan untuk berdandan atau sekedar untuk bersiap-siap.
Jujur saja, Rosalie sama sekali tidak bertenaga. Oh ayolah, hari ini ia akan dijodohi dan ia merasa bahwa ia adalah seorang gadis perawan tua yang sudah tidak laku lagi. Padahal di usianya yang ke 29 tahun ia masih terlihat awet muda, tapi kedua orang tuanya hanya bisa melebih-lebihkan saja.
"Ya ampun Rosalie. Kok kamunya malah santai-santai saja, sedangkan mama dan papa sudah sibuk dibawah sana dan kamu malah disini hanya diam saja." Protes Seika menahan rasa kesalnya itu. Bisa-bisanya putri tunggalnya itu terlihat begitu santai, padahal tamu yang akan mereka temui hampir sampai ke kediamannya.
"Mah. Rosalie capek. Rosalie mau tidur dulu ya," Adu Roselie dengan memasang wajah lelah berharap Seika mau mengerti maksudnya itu.
Tapi nyatanya, keluhan Rosalie tidak dianggap sama sekali oleh wanita paru baya itu.
"Eh. Eh. Eh, mau apa kamu Rosalie, Berhenti berakting karena mama sangat paham akan maksudmu itu. Sekarang bersiap-siaplah sebelum mama marah," Perintah Seika membuat Rosalie hanya mampu menghembuskan nafas beratnya itu." Cepat Rosalie. Cepat, duh anak gadis kok gini amat sih. Ayo cepat Roselie," Pinta Seika yang terlalu gemas akan tingkah malas-malasan dari putrinya itu.
"Iya. Iya, lebih baik mama keluar dulu biar Rosalie bisa bersiap-siap," Ujar Rosalie yang sebenarnya malas untuk melakukan perintah Seika tapi disisi lain Rosalie juga takut terkena amukan sang mama. Jadi sebelum itu terjadi mending ia menurut saja kan.
"Oke. Awas ya kalau bohong," Kata Seika seakan memperingati putrinya itu. Anggukan kepala Rosalie membuat Seika pada akhirnya meninggalkan kamar Rosalie.
"Huh. Jika bukan karena mama. Malas banget, tapi. Kira-kira pria seperti apa ya? Kenapa papa dan mama terlihat begitu senang. Huh, semoga aja gak tua-tua amat. Awas saja papa dan mama malah jodohi aku sama om-om. Bakal aku tolak. Kalau sampai aku dipaksa mending aku nangis saja atau berpura-pura mau bunuh diri," Pikir Rosalie yang merasa geli akan pikirannya itu.
*****
"Pah. Please deh, Barra itu gak mau di jodohi. Kok barra berasa kayak cowok gak laku saja sih. Pakai acara mau dijodohi. Huh menyebalkan," Gerutu Barra. Saat ini keduanya tengah menuju kediaman Devan. Sejak tadi Ares tidak henti-hentinya terkekeh geli saat melihat penolakan putra semata wayangnya itu.
"Sudah jangan protes. Nanti suka baru tahu rasa," Goda Ares sambil memasang wajah gelinya.
Sesampainya Barra dan Ares dikediaman Devan. Keduanya turun dan disambut oleh sang pemilik rumah. Devan dan Seika berjalan mendekati kedua pria berbeda usia itu. Meskipun begitu wajah keduanya sangatlah mirip bagai pinang dibelah dua saja.
"Hai Ares. Apa kabarmu sobat?" Tanya Devan yang langsung memeluk sahabat lamanya itu.
"Aku baik. bagaimana kabarmu dan keluargamu?" Tanya Ares balik sambil melirik sekilas pada Barra yang nampak sekali tidak b*******h.
"Aku baik. Keluargaku juga baik." Jawab Devan.
"Hallo Seika. Kamu makin cantik saja," Puji Ares membuat Devan memutar bola matanya malas.
"Ah terimakasih. Oh iya, apa ini putramu Ares?" Tanya Seika saat menyadari sosok Barra yang terlihat begitu tampan dengan toxedo biru muda miliknya itu.
"Oh iya. Ini putraku, perkenalkan ini Barra. Barra ini om Devan dan Tante Seika," Kata Ares memperkenalkan Keduanya pada Barra.
"Hallo Om. Hallo Tante," Sapa Barra seramah mungkin." Entah wanita seperti apa yang mau papa jodohi sama aku. Aku yakin, wanita itu pasti sudah tua, pasti terdapat wajah keriputnya atau bisa jadi dia adalah gadis gendut penuh lemak," Batin Barra sambil menutup bibirnya. Pria itu hampir saja menyemburkan tawanya saat memikirkan apa yang ia gambarkan dari wanita yang ingin papanya jodohkan pada dirinya.
"Hallo Barra. Kamu ganteng banget sih. Tante Hampir saja gak ngenalin kamu loh, soalnya kamu berubah banget gak kayak dulu hitam dan kurus," Kekeh Seika membuat Barra tersenyum kikuk.
"Huh. Masih ingat saja masa laluku." Batin barra menyembunyikan rasa malunya itu.
"Oh iya. Dimana Rosalie. Kok aku tidak melihat dirinya ya?" Tanya Ares yang tengah sibuk mencari Rosalie putri dari sahabatnya itu.
"Oh Rosalie. Dia masih di atas mungkin masih dandan. Biasalah anak gadis dandannya lama," Kata Seika sambil melirik Barra.
"Oh namanya Rosalie. Aku yakin namanya saja bagus orangnya pasti gendut terus banyak lemak dimana-mana." Pikir Barra yang sudah tidak sabar lagi untuk melihat wanita yang selalu papanya puji sejak kemarin.
"Kalau begitu ayo masuk. Makan malam sudah disiapkan sejak tadi, ayo nak Barra," Ajak Seika ramah.
Keempatnya pada akhirnya melangkah masuk. Barra, Devan dan Ares telah duduk di meja makan terlebih dahulu. Disisi lain Seika berniat untuk memanggil putri kecilnya dulu.
"ROSALIE. Rosalie. Princess kesayangan mama. Cepat turun Sayang," Teriak Seika sambil melangkah dan duduk disamping Devan.
"Princess apa gorila sih Tan. Aku yakin gorila ini, Sebentar lagi ini rumah bakal goyang. Lihat saja," Batin Barra sambil menahan tawa.
"Rosalie. Cepat Sayang," Teriak Seika lagi.
"Iya mah. Iya," Sebuah suara membuat senyuman geli Barra seketika memudar saat dirinya melihat sesosok bertubuh mungil tengah menuruni anak tangga.
Bahkan bibir Barra sampai terbuka saat melihat sosok mungil dan pendek yang tengah menuruni tangga.
"Itu anak kecil dari mana. Ah pasti bukan ini, paling juga ini adiknya," Ujar Barra yang berusaha untuk menyakinkan dirinya. Disisi lain Ares yang mendengar hampir saja tertawa jika tidak mengingat harga dirinya itu.
"Cantik bukan? Apa papa bilang," Goda Ares membuat Barra menoleh ke arah Ares dengan mimik wajah bingung.
"Papa itu gak be...!!!
"Itu gadis yang ingin papa jodohkan sama kamu," Jawab Ares cepat membuat bibir Barra terbuka.
"Rosalie sini sayang. Sayang kenalin ini Om Ares dan putra tunggalnya Barra namanya," Ujar Seika dengan menunjuk bergantian kedua pria berbeda usia itu.
"Malam Om. Malam," Sapa Rosalie sedikit kikuk saat melirik Barra.
"Berapa tinggi badannya? Kok pendek sekali, apa aku yang terlalu jangkung kali ya," Pikir Barra sambil menggaruk hidung mancungnya itu.
"Malam cantik. Sini duduk disini sama Om," Kata Ares membuat Rosalie terpaksa menurutinya." Wah Devan gak nyangka ya. Putra putri kita tumbuh dewasa sebelum waktunya. Mereka terlihat begitu serasi sekali," Puji Ares saat Rosalie telah duduk disamping Barra.
Kedua insan itu lebih fokus pada makanan dan minuman di hadapan mereka ketimbang mendengarkan obrolan mereka.
Karena jujur, mereka bingung mau berbicara apa.
"Iya kau benar Ares. Padahal aku yang duluan menikah dan kau paling telat menikah pada saat itu. Meskipun begitu aku tetap senang karena kita bisa menjodohkan putra putri kita, Ya. Walaupun usia putra putri kira selisih 10 tahun, tapi gak apa-apa. Bukankan usia tidak akan dipermasalahkan saat ini. Bukan begitu Rosalie?"
Uhuk! uhuk!
Pertanyaan Devan sukses membuat Roselie tersedak saat tengah berusaha untuk menelan apel di dalam mulutnya itu. Lain halnya dengan Barra yang nampak begitu santai saat ini. Rosalie menoleh ke arah Barra dan bergantian menatap Kedua orang tuanya.
Merasa ditatap sosok Barra balik membalas tatapan Roselie.
"Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat syok begitu. Ya aku paham, usiamu dan usiaku tentu saja kamu lebih tua dariku." Ujar Barra cuek Tanpa menyadari raut muka Rosalie yang seperti orang hampir terkena serangan jantung saat ini.
"Ma... Maksudmu kau baru 19 tahun?" Tanya Rosalie yang merasa bahwa mungkin ia salah mendengar tadi.
"Iya. Memangnya kenapa? Ada yang salah dengan umurku, Tante?" Tanya Barra sambil meneguk jus jeruk yang seakan begitu menyegarkan tenggorokannya saat ini. Bahkan Barra tanpa rasa malu kembali menuangkan jus kedalam gelasnya lagi.
"PAPA. Mama, kalian gak salah jodohi Rosalie sama anak kecil kan?" Rosalie hampir saja sesak nafas." Dan dia bilang apa tadi? Tante. Dia panggil aku Tante, benar-benar anak kecil kurang ajar," Rosalie seakan sudah siap untuk mencekik sosok Barra yang berani memanggil dirinya dengan sebutan Tante. Padahal wajahnya tidak pantas disebut seperti itu.
Uhuk! Uhuk!
Hampir saja Barra menyemburkan jus yang ada di dalam mulutnya itu. Saat perkataan Rosalie yang menyebut dirinya anak kecil.
"Hei. Ngomong apa kamu? Enak saja bilang aku anak kecil. Yang anak kecil itu kamu kali. Ya, meskipun sebenarnya tidak bisa disebut anak kecil. Ini gara-gara pertumbuhan Tante terhambat jadi ya gini, kayak anak kecil tapi sebenarnya sudah tua," Protes Barra yang seakan tidak terima akan penilaian Roselie pada dirinya. Jelas-jelas ia lebih tinggi dari gadis itu.
"Yang anak kecil itu kamu. Aku ini sudah 29 tahun dan bisa-bisanya aku dijodohi oleh pria yang baru berusia 19 tahun. Ah. Aku hampir saja mati saat mendengarnya," Ujar Rosalie sambil memegang pelipisnya yang terasa berdenyut-denyut.
Barra dan Rosalie menatap ketiga orang dewasa itu yang tengah tersenyum tanpa dosa pada mereka. Membuat Barra dan Rosalie sampai menelan ludah mereka, keduanya kembali saling menatap hingga Teriakan Keduanya membuat kedua keluarga itu sampai terkejut.
"AAAAAA. KAMI GAK MAU DIJODOHI," Pekik keduanya secara bersamaan sambil bangkit dari duduk mereka. Keduanya berusaha untuk berjaga jarak membuat Seika, Devan dan Ares mendesak malas. Saat melihat reaksi putra putri mereka yang terlalu di lebih-lebihkan itu.
TBC,