“Yaaa, aku mempersilahkan tangan gemuknya itu masuk kedalam blazerku, tohhh masih ada blus yg menutupi tubuhku,”
“Dan Mungkin hari itu memang hari keberuntungan baginya, karena aku mengenakan bra yang terlalu tipis, jadi sangat mungkin jemarinya dapat merasakan kedua putting payyudaraku yang mengeras karena godaannya. Tapi bukan Pak Santo jika tidak melakukan berbagai kejutan-kejutan,”
“Kejutan? Apakah dia mencoba memperkosamu?”
“Tidak,tidak, kukira dia tidak akan berani melakukan itu, dia hanya menyerang bibirku dan berusaha memasukkan lidahnya yang basah kedalam untuk merasakan lidahku. Bibirku yang tertutup rapat dan terus menolak justru membuat wajahku basah oleh jilatannya, karenanya aku membuka sedikit bibirku agar pria itu tidak melakukan tindakan yang menjijikkan itu. Bagai orang yang haus, lidahnya berusaha menarik bibirku untuk bertandang ke dalam mulutnya, bahkan berulangkali menyedot ludahku, aku tak kuasa menolak undangan itu, dan tau kah kau sayang,ternyata lidahnya begitu panas, mengait dan menghisap lidahku yang akhirnya ikut menari-nari dalam mulutnya,”
Tanpa sadar Rangga meneguk liurnya.
“Namun justru di situ kesalahanku, di saat lidahnya beraksi dengan nakal dan harus kuakui aku terbuai, tanpa kusadari tangannya berhasil membuka beberapa kancing atas blus-ku dan terus menyelusup kedalam bra, dan akhirnya dia berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya, kedua payyudaraku diremasnya bergantian, sesekali mulutku menjerit tertahan dalam pagutan bibir tebalnya ketika tangannya meremas terlalu keras.”
Rangga tak mampu menahan tangannya untuk tidak bertandang kedalam blus Rianti yang telah melepas blezernya, seakan tak ingin kalah dengan cerita istrinya Rangga meremas kedua bukit kembar itu dengan kuat, membuat Rianti memekik. Rianti mencoba mengangkat panttatnya mencoba membantu Rangga yang kini berusaha menyingsingkan rok ketat itu ke pinggulnya. Rianti sangat paham dengan tingkah suaminya yang sedang birrahi.
Sesaat Rangga memandangi dua paha mulus yang bertemu pada kuncup selangkanngan yang begitu indah. Stocking yang masih melekat pada kaki Rianti membuat bagian bawah Rianti semakin menggoda. Rangga membaui vaggina istrinya yang basah. Tanpa menunggu persetujuan Rianti, Rangga yang sudah melepas celana kolornya berusaha melolosi celana dalam putih yang menutupi kemalluan yang ditumbuhi semak hitam. Rianti hanya bisa pasrah ketika kakinya semakin terbuka, mengangkang, menyambut hujaman batang milik suami tercinta,
“Uuuummhhhh, milikmu masih yang terbaik sayaaaang,” dengusnya saat batang itu memenuhi rongga yang semakin basah. beberapa saat Rangga menggoyangkan panttatnya dengan pelan.
“Lalu, apakah bibirnya berhasil mencicipi dua payyudaramu ini?” Rangga bertanya dengan suara bergemuruh.
“Oooohhh, tidak sayaaang, diaa justru memaksa bibirku untuk menerima pennisnya, yang entah sejak kapan sudah terpampang di depan wajahku, dengan sedikit ancaman akan membatalkan izin cuti untukku, dan lagi-lagi dia berhasil mendapatkan yang diinginkannya, memasukkan pennis hitam ituuu, ke dalam mulutkuuuu,” Suara Rianti terengah-engah, disatu sisi dirinya harus jujur dan menceritakan semua yang telah terjadi, di sisi lain vagginanya yang terus mendapat hujaman-hujaman keras dari batang Rangga memberikan stimulan kenikmatan ke otaknya, membuatnya tak mampu lagi menyortir apa dan bagian mana dari pengalaman gilaaanya yang harus disembunyikan.
“Apakah miliknya panjang dan sebesar milikku?” keegoan sebagai seorang lelaki muncul dihati. Rangga semakin cepat mengobok-obok vaggina yang menganga pasrah.
“Tidak sayang, miliknya jauh lebih pendek dari milikmu, hanya saja batang itu begitu gemuk, mulutku sempat kewalahan meladeni goyangannya yang semakin cepat, dan akhirnyaaaaaa,”
“Mampukah mulutmu ini memasukkan semua batang pennisnya,” dengus Rangga, panttatnya menghantam selangkanngan Rianti bagai orang kesurupan. Dirasakan orggasme hampir menyapanya.
“Yaaa, bahkan aku dapat merasakan bagaimana batang itu berkedut,” Rianti yang terbawa permainan Rangga juga bersiap menyambut orggasmenya. Dengan kuat Rianti membelitkan kaki indahnya dipinggang Rangga, membuat pennis Rangga semakin terjepit.
“Aaaapa diaaa, berhasil menyiramkan speeermanya dimulutmuuu,,” teriak Rangga bersamaan dengan semprotan pertama yang menghambur keluar.
“Tidaaakkk, sayaaaang dia menyemprotkan sperrmanya tepat dilubang anuuussskuuuu, Aaaahhh,aahh,”
Badan Rianti berkelojotan ketika tak mampu lagi membendung orggasme, panttat nya terangkat keatas agar pennis suaminya itu menohok semakin dalam. Pengakuan terakhir yang keluar dari bibir Rianti memberikan jawaban akan noda yang mongering pada roknya, justru membuat orggasme Rangga semakin dahsyat. Batang besar itu menghujam semakin dalam, dan terus menghentak kasar dengan sperrma yang terus menghambur keluar. Tapi bagaimana itu bisa terjadi, bukankah Rianti tidak pernah bersedia melakukan anaaal seks?
“Aaaahhh, Eeemmhhh,Aaaarrgghhh,” keberingasan Rangga membuat kenikmatan yang diterima Rianti semakin sempurna. Seakan tak ingin kehilangan vaggina itu terus mengemut dengan kuat mencari-cari kenikmatan yang tersisa.
Sesaat keduanya mengatur napas, pergumulan mereka memang selalu menghantarkan pada kenikmatan yang dahsyat, tapi kali ini ada sensasi yang berbeda. Membuat ego Rangga memuncak untuk membuktikan dirinyalah yang terbaik, dan memaksa Rianti untuk berimajinasi dengan liar atas pengalaman yang didapatnya hari ini.
“Eee,Apakah kau marah padaku,” Tanya Rianti ragu-ragu disisa gemuruh napasnya, walau bagaimanapun Rangga adalah suaminya, dan Rianti sangat takut kehilangan orang yang disayanginya itu.
“Aku telah berusaha untuk jujur meskipun itu pahit, aku, akuu, mengakui semua kesalahanku membiarkannya terus bermain dengan tubuhku,” tambahnya, mencoba menghiba.
***