Ini adalah hari terakhir magang Var di kantor Æthernal Corp. Bisa magang di perusahaan pemilik sekolah sendiri merupakan kebanggaan luar biasa besar dan super prestis untuk setiap Spebiuzer aka siswa SMA Swasta Spebius. Skala antara yang lolos pendaftaran dan yang tidak bagaikan jumlah pohon dan daunnya. Sangat jauh sekali. Maka bisa kita katakan bahwa Var adalah anak yang sangat beruntung.
Dan sepertinya keberuntungannya akan berakhir hari ini. Sejak pagi kantor sudah dipenuhi oleh hiruk pikuk bak pasar ikan yang sangat ramai. Di halaman depan kantor terparkir mobil polisi. Di dalam gedung. Petugas kepolisian tengah melakukan penyelidikan.
Stay cool. Var berjalan masuk dengan wajah sok tanpa dosa.
“Ada apa, Mas?” tanya Var pada Jinggo, salah seorang karyawan sedivisi.
“Katanya tadi malam kantor ada penyusup. Penyusupnya berhasil kabur tanpa meninggalkan jejak sama sekali, lho. Pak Jin Ma yang ngeronda tadi malam aja bisa sampai tidak tahu. Luar biasa. Ingin ketemu saya sama penyusupnya,” jawab Jinggo.
“Segitu hebatnya, ya? Apa Pak Jin Ma mengatakan sesuatu?” tanya Var lagi.
“Tidak tau juga, ya. Saat ini beliau sedang diwawancarai oleh para penyidik,” jawab Jinggo.
Tak berapa lama. Ariy bersama dengan dua orang penyidik keluar dengan pandangan mencari-cari. Ditunjuknya Var. Seorang polisi berpangkat rendah menghampirinya.
“Apa benar dia orangnya?” tanya seorang penyidik berjenggot.
“Benar sekali, Pak. Dialah orangnya,” jawab Ariy.
Var menenggak ludah. Glekh. Degdegdeg. Dadanya berdetak tak karuan.
“Gedung ini baru saja dimasuki pencuri yang mengakses beberapa data penting. Di antara data-data itu terdapat informasi mengenai hubungan kerja sama ‘rahasia’ antara kantor Æthernal Corp dan kantor PT. Valuable Kanpeki milik ayah Anda. Apa boleh kami minta waktu Adek sebentar sebagai perwakilan pihak Val Kanpeki?” tanya Pak Polisi.
“Tentu saja. Saya akan sangat senang jika berguna untuk perusahaan ini. Terutama bagi GM-NYA!” jawab Var emosi memicingi Ariy.
Jin Ma melambaikan tangan pada pandangan permusuhan itu. Ia siap melindungi apa yang ia percaya. Semua yang ia jaga.
*
Agar kalian tau apa yang sudah susah payah Var curi tadi malam. Nikmatilah kilas balik singkat super gak jelas ini:
Setelah Jin Ma mengizinkan Var pergi. Ia buru-buru pulang dan mengerjakan hukumannya. Beberapa jam kemudian ia selesai dengan tangan pegal luar biasa. Inginnya langsung tidur. Tapi, matanya sulit dipejamkan saat membayangkan hasil kerja kerasnya. Akhirnya ia kembali ke meja belajar dan menyalakan laptop.
Installing.
Ratusan data dengan judul menarik berbaris rapi minta diperiksa satu persatu. Kalaplah ia. Di balik judul provokatif macam “Rahasia antara Æ Corp dan kantor PT. Valuable Kanpeki”. Malah hanya berisi kumpulan foto Kayana dan Val yang sama-sama hobi berkuda. Abaikan yang ini. Berlanjut ke judul provokatif lain. “Rahasia Jin Ma”. Hanya berisi obsesinya pada fashion dan makanan.
Ia buka satu demi satu data-data itu untuk memastikan tak melewatkan apa pun. Namun, nihil. Semua data hanya seputar kehidupan pribadi Kayana, Jin Ma, dan Val. Tak ada data tentang perusahaan sama sekali.
Adzan Subuh berkumandang. Dengan gelap hati ia mengambil air wudhu dan pergi ke masjid.
*
Semoga nggak ada yang lebih buruk dari ini, doa Var dari lubuk hati paling dalam.
“Baiklah kalau begitu. Terima kasih banyak atas partisipasinya,” kata Pak Pol. Mengajak ia bersalaman.
“Apa saya sudah boleh pergi?” tanya Var basa-basi. Gara-gara insiden tadi malam jam masuk jadi diundur.
“VARIYA!” teriak seseorang dari pintu masuk. Hanya “satu orang” di dunia yang akan memanggilnya dengan nama asli pertama dengan lengkap seperti itu.
“Selamat datang, Pak Val,” sambut Penyidik.
Val duduk di sisi Var. “Apa saja yang sudah diambil? Saya harap kejadian ini tak begitu berdampak buruk pada Æthernal Corp.”
“Pak Jin Ma mengatakan ia melihat rekam jejak akun tak dikenal pada berankasnya. Sekarang Divisi IT tengah berusaha mencari petunjuk ke mana data-data itu disalin. Semua CCTV telah pelaku matikan sebelum memulai aksi. Pelaku menggunakan bantuan AI untuk membantu aksinya. Kami juga tengah memeriksa AI yang pelaku tinggalkan,” jawab Pak Polisi.
“Ini gawat. Saya dengar Æthernal Corp. tengah dilanda banyak serangan dari musuh-musuhnya. Jika penyusup itu bagian dari mereka. Ini akan berdampak serius,” kata Val.
“Bisa Anda ceritakan soal itu?” tanya Penyidik.
“Jadi, seperti ini cerita sebenarnya…”
Sungguh Jin Ma k*****t s****n. Dia merancang semua ini buat menjebak gue. Kelihatannya Ayah pengen menunjukkan dia nggak tau apa-apa. Hubungannya dengan Presdir Æthernal Corp. sebatas pemilik kesamaan hobi. Dia menggunakan Ayah untuk menyembunyikan kedok Æthernal Corp.
Berusaha mengadu domba gue sama Ayah. Gue nggak akan kalah.
Seusainya. Var dan Val keluar bersama. Keramaian di luar benar-benar membuatnya merasa geli. Kehilangan data penting. Penyusupan misterius. Utusan dari musuh.
Rasanya jadi ingin menonjok sesuatu.
“Pak Val!” sapa Jin Ma.
“Saya harap kejadian ini tidak akan terlalu mengganggu kamu,” prihatin Val.
“Tentu tidak. SELURUH karyawan Æthernal Corp. sudah sangat terlatih untuk situasi semacam ini,” respon Jin Ma.
“Nak Jin Ma, ada hal penting yang harus saya bicarakan dengan putra saya. Bisakah setelah ini dia kembali bersama saya?” tanya Val.
“Ayah! Ini hari terakhir. Ada eval hasil kerja yang memutuskan presentase rekruitmenku,” protes Var.
“Tidak masalah, Pak Val,” jawab Jin Ma. “Saya akan bilang pada Kadiv-nya. Bahwa Var mendapat tugas khusus ke kantor Anda.”
“Saya sangat berterima kasih,” kata Val sambil merangkul dan menitipkan salam untuk Kayana.
Apa yang dia rencanakan. Var melihat Jin Ma di belakangnya. Seseorang yang terlihat seperti cheesecake dari luar. Namun, di dalamnya berisi kegelapan.
Jin Ma, masih pada posisinya sebagai General Manager salah satu perusahaan terbesar di Indonesia. Bahkan dunia. Mengemban sejuta tanggung jawab di pundaknya. Tanggung jawab untuk Æthernal Corp. Tanggung jawab untuk Spebius.
Dan tanggung jawab untuk tak mengatakannya pada siapa pun.
Akhirnya Var pergi juga. Dengan begini dia nggak perlu ketemu Pak Kayana, batin Jin Ma lega.
*
Plaak! Telapak tangan besar nan kuat Val langsung menampar wajah sang putra Var begitu mereka sampai di gedung kantor Valuable Kanpeki. Val tak pernah semarah ini. Mengapa pula ia bisa marah. Apakah ia sudah mengetahui perbuatannya? Entahlah.
“Ayah… kenapa?” tanya Var.
“Sudah Ayah bilang jangan pernah ikut campur! Apa yang kamu lakukan bisa sangat menyusahkan Jin Ma tau,” jawab Val.
“Maksud Ayah apa?” tanya Var kalut.
“Kalau kamu melakukan hal aneh lagi. Akan Ayah buat SMA Swasta Spebius mengeluarkan kamu secara tidak hormat, Variya,” ancam Val.
Apa yang terjadi sebenarnya. Kenapa nggak ada yang mengatakan jawabannya dengan jelas. Apakah aku harus terus hidup dalam kebohongan.
*
Ruangan Presiden Direktur Kayana.
“Bagaimana penyelidikannya?” tanya Kayana sembari memeriksa sebuah dokumen dengan serius.
“Pelakunya belum ditemukan, Pak Kayana. Saya rasa penyelidikannya tidak perlu dilanjutkan,” jawab Jin Ma.
“Apa alasannya?” tanya Kayana tak mengalihkan pandangan dari pekerjaan yang tengah ia lakukan.
“Sebenarnya... di dalam berankas itu tidak ada apa-apa,” jawab Jin Ma datar.
Kayana melihat sorot mata dua netra Jin Ma dengan tatapan tajam. “Bagaimana hal itu bisa terjadi? Bukankah saya sudah selalu meminta kamu untuk meletakkan seluruh data penting dalam sana?”
“Memang, tapi saya sudah mengantisipasi hal itu. Semua data penting sudah tidak di sana lagi. Sudah saya amankan di keamanan yang tujuh kali lebih baik dan bisa diakses kapan saja. Jangan khawatirkan hal itu, Presiden Direktur Kayana,” jawab Jin Ma.
Kayana mendirikan tubuh kemudian mendekatkan wajahnya pada Jin Ma. “Mengantisipasi. Dari mana kamu tau sesuatu seperti ini akan terjadi? Apa... jangan-jangan kamu tau siapa pelakunya?” tanyanya.
“Tidak, Presiden Direktur Kayana. Saya memperkirakan ini akan terjadi dengan intuisi saya sebagai seorang general manager. Ini bentuk antisipasi saya akan kasus p*********n pabrik kita yang terdahulu. Tidak lebih tidak kurang. Saya harap Anda akan mengerti dan tidak berniat memperpanjang masalah. Saya akan bertanggung jawab untuk semuanya,” jawab Jin Ma lantang.
“Jin Ma, saya sudah lama kenal sama kamu. Kamu tidak akan bicara sebanyak ini. Kalau bukan untuk menutupi kebohongan. Dan lihat muka kamu. Pucat. Apa yang kamu sembunyikan?” tanya Kayana dengan aura intimidasi.
“Tidak ada, Presiden Direktur,” jawab Jin Ma.
“Selama magang saya selalu mengamati anaknya Pak Val. Saya sudah memeriksa setiap kontak yang kalian lakukan. Juga aktivitasnya sehari-hari. Apa hubungan kamu sama anak itu?” tanya Kayana.
Lagi-lagi menjawab, “Tidak ada, Presiden Direktur Kayana.”
Dari luar terlihat seperti patung es. Namun, di dalamnya ia menyimpan gejolak besar. Sebuah badai tengah mengamuk. Kayana sangat memahami gestur menyembunyikan gemetar itu. Kenapa?
“Saya tanya sekali lagi. Saya harap jawabannya tidak mengecewakan, General Manager Jin Ma!” desak Kayana.
“Tidak ada, Presiden Direktur,” jawab Ariy lagi. Teguh pada komitmen serta dedikasi.
Duaak! Kayana mendaratkan bogem mentah ke perut Jin Ma. Tubuhnya langsung tersempar. Ia meringis kesakitan karena bekas luka tonjokan terakhir belum sembuh.
“Apa ini?” tanya Kayana sambil menunjukkan plastik berisi sehelai rambut.
Jin Ma gelagapan. Ia tak tau bagaimana harus mengelak. Jika Kayana sudah memeriksanya. Dipastikan Var tak bisa lolos dari dakwaan.
“Hahaha. Muka kamu kenapa tiba-tiba jadi makin pucat pasi begitu? Biar saya coba jelaskan apa yang terjadi. Rambut ini mengandung pewarna yang hanya digunakan di tempat pewarnaan rambut khusus SMA Swasta Spebius. Hanya siswa SMA Swasta Spebius yang bisa mewarnai rambutnya dengan produk kita. Daaaann, menariknya hanya ada dua siswa SMA Swasta Spebius yang bekerja di tempat ini. Sementara rambut kamu tidak diwarnai,” terang Kayana.
Setiap kegiatan kantor usai. Gedung Æthernal Corp. akan disterilkan. Tak akan ada jejak pegawai yang bekerja sebelumnya tersisa. Pensterilan bertujuan antisipasi kedatangan tamu tak diundang. Ini merupakan informasi rahasia yang tak diketahui semua pegawai resmi. Bahkan Jin Ma sendiri.
“Kalau kamu masih tidak mau mengatakan apa pun…”
“IYA, Pak Presiden Direktur Kayana! Itu memang rambut milik Var. Tapi, bukan dia,” sahut Jin Ma cepat. Sebelum semua jadi makin buruk.
“Kenapa kamu berusaha keras untuk melindungi anak itu? Apa yang jadi alasannya? Apa kepentingan yang kamu rasa?” tanya Presiden Direktur Kayana.
Kenapa rambut sehelai doang gitu bisa ditemuin, sih. Presiden Direktur Kayana emang mengerikan. Tapi, gue harus tetap bisa mengendalikan situasi. “Mungkin saya yang menjatuhkannya. Sepulang kerja saya pergi ke kantor Pak Val. Rambut Var bisa ada di mana saja di sana. Pasti menempel di pakaian saya,” kelitnya.
“Menurutmu saya percaya dengan alasan yang kelihatan sekali baru kamu buat beberapa detik lalu itu?” tanya Presiden Direktur Kayana memasang wajah geli.
“Saya tidak punya penjelasan lain lagi, Presiden Direktur. Kalau masih kurang Anda bisa hubungi Pak Val sendiri. Laporan selesai. Saya kembali.” Jin Ma bangkit dan meninggalkan ruangan Kayana.
“Baiklah kalau begitu,” respon Presiden Direktur Kayana mengikutkan tatapan tajam ke arah punggung Jin Ma menuju.
*
Ruangan Jin Ma.
“Assalammu’alaikum, Pak.”
“Wa’alaikumussalaam. Ada apa, anakku?” jawab Val ramah dari seberang sambungan.