5

1456 Kata
Iqbal yang sedang membaca line today di handphone-nya langsung beralih ke aplikasi w******p karena mendapat pesan masuk dari sang pujaan hati. Gue tahu pasti doi terima gue ajak balikan, emang dasar gak ada yang bisa nolak pesona seorang Iqbal Navrilio. Tapi senyuman Iqbal memudar saat membaca isi pesan tersebut. Hampir saja Iqbal membantingnya, untung ia masih sayang dengah handphone-nya. Ada hubungan apa antara Rara dan Valen? Ia bangkit dari kasurnya dan menuju ruang tamu yang kebetulan ada Nayza, pacarnya Naufal yang kebetulan sahabatnya Rara. Mungkin Iqbal bisa mendapatkan info darinya. Iqbal berdecak kesal saat melihat kepala Nayza di pundak Naufal dan tangan mereka saling bertautan, meskipun Iqbal jomlo tapi tidak iri sama sekali karena menurutnya itu terlalu alay dalam sebuah hubungan. Iqbal langsung menggeser posisi Nayza dan dengan enteng, lalu mendaratkan bokongnya di antara mereka. "Ganggu aja lo, Jones!" kesal Naufal yang tak direspons oleh Iqbal. Iqbal hendak bertanya kepada Nayza. "Nana-" "Yang boleh panggil Nana cuma gue, Iqbal!" potong Naufal. "Ribet amat si lo, Kecoa!" Iqbal menatap kesal sahabatnya yang terlalu alay ini. Ya, menurut Iqbal Naufal adalah spesies alay dalam menjalani hubungan percintaan. Double N yang selalu membuat Iqbal muak jika melihat mereka bersama. "Awas kalau gue dengar lo manggil cewek gue Nana, gue mutilasi lo!" "Alay banget ini bocah, iya gue panggil Nayza, puas?!" Setelah meladeni Naufal, Iqbal kembali menatap Nayza yang sedari tadi hanya menyimak perdebatan dua sahabat ini. "Lo sahabatnya Rara, kan?" "Anjir, ada apa ini Iqbal tanya Rara?" itu suara Naufal dan tentu langsung diamuki oleh Iqbal. "Diam atau gue seret lo keluar, gak gue bukain pintu selama seminggu." Naufal menggeleng-gelengkan kepala. "Berasa lo istri gue!" "Makanya diam, Kecoa." Akhirnya Naufal diam dan hanya menjadi pendengar yang baik. "Za, gue mau tanya ada hubungan apa, Rara sama Ibu Valen?" tanya Iqbal to the point. Nayza tampak berpikir dan setelah itu ia menjawab, "Gimana ya jelasinnya. Yang gue tahu sih, Rara itu adik sepupu dari istri Abangnya Valen, terus Rara lah yang rekomendasiin Ibu Valen buat ngajar di kampus kita. Sebelumnya itu Ibu Valen tinggal di New York sama Abangnya dan sekarang mereka udah kembali ke Indonesia." "Mereka dekat?" "Bisa jadi, soalnya Rara dan Ibu Valen kan tinggal di rumah yang sama sekarang." Iqbal sekarang mengerti kenapa Valen menyuruhnya untuk menerima Rara. Pasti itu cewek yang sengaja provokasi Valen. "Bal, ada apa?" "Gak apa-apa." "Kenapa sih lo gak bisa terima Rara. Dia itu baik, cantik, dan yang terpenting dia tulus sayang sama lo. Jangan menyia-nyiakan yang tulus." "Karena gue udah punya seseorang di hati gue dan itu bukan sahabat lo." "Lo tahu kenapa tulus menyanyikan lagu pamit?" Iqbal mengernyitkan keningnya. "Karena yang tulus bisa saja pamit." "Garing." Setelah itu Iqbal beranjak dari sofa. "Lanjut pacarannya tapi jangan kissing apalagi ena-ena. Lo jangan m***m di sini kalau lo sampai aneh-aneh gue panggilin pak RT." "Anjir, di antara kita yang paling m***m itu lo," ujar Naufal. "Tapi gue punya motto, pantang membuat cewek mendesah sebelum ada kata sah," balas Iqbal bangga. Nayza ikut menimpali. "Iqbal kan jomblo terus mau m***m sama siapa? Sama bantal?" "Anjir, gue doain lo berdua putus!" setelah itu Iqbal melenggang pergi. "IQBAL, TARIK UCAPAN LO!" teriak Naufal. "BODO! SEMOGA KALIAN SUTUP!" "IQBAL, SIALAN" "UDAH NANA, PUTUSIN AJA ITU SI KECOA." "JANGAN PANGGIL NANA, IQBAL!" "GAK APA-APA PANGGIL NANA TAMBAH SAYANG JUGA GAK APA-APA." Nana ikut memanasi Naufal. "Sayang," rengek Naufal yang membuat Nayza terkekeh geli. *** Hari ini adalah jadwal bimbingannya Valen, Iqbal menenteng proposalnya yang sudah dimasukkan ke dalam map, dengan bergaya santai ia masuk ke dalam ruang dosen dan mendaratkan bokongnya di kursi depan Valen. Dipandanginya wajah Valen yang makin cantik dan makin membuat Iqbal tergila-gila. Kenapa pas jadian sama gue dia gak secantik ini? b**o banget lo Iqbal sia-siain Valen dulu. "Saya bawa dulu proposalnya, besok baru diambil!" ujar Valen santai setelah mengalihkan pandangannya dari laptop ke Iqbal. Iqbal tampak protes."Gak bisa sekarang aja, Bu? Atau langsung di-acc gitu biar saya cepat maju seminarnya." "Proposal yang masih jauh dari sempurna ini mau langsung di-acc? Yaudah suruh Bapak kamu aja yang jadi dosen pembimbing!" Iqbal berdecak. "Ibu tahu kan kalau kesempurnaan hanya milik Tuhan, lagipula Papa saya bukan Dosen, gimana caranya jadi dosen pembimbing?" Ternyata dia masih sama menyebalkan dengan Iqbal 6 tahun yang lalu tapi ada sih yang berubah dia makin tampan, aduh Valen jangan sampai kamu jatuh lagi ke pesona Iqbal. Iqbal melambaikan tangannya ke wajah Valen. "Ibu pasti lagi berfantasi liar dengan saya, kan?" tebak Iqbal. "Ngawur!" "Ibu kita punya kesaamaan, lho." Valen menaikkan sebelah alisnya. "Kalau Ibu kan bimbing skripsi saya kalau saya bimbing Ibu untuk naik ke pelaminan bersama saya," bisik Iqbal agar omongannya gak terlalu didengar oleh dosen lain, tapi untung mejanya Valen ada di pojok jadi tidak terlalu menjadi pusat perhatian. Gombalan receh dia ternyata gak berubah, dasar otak politik menyebalkan. "Saya kira setelah bertambah dewasa sudah hilang gombalan receh yang sama sekali gak bikin baper." "Saya kan setia, apalagi mencintai Ibu saya setia sehidup semati." Semoga pipi aku gak blushing, Tuhan. Masa direcehin sama mahasiswa sendiri baper. "Ibu blushing makin cantik," goda Iqbal. Valen langsung memegang kedua pipinya dan berucap, "Gak mempan itu gombalan receh kamu." "Ini lah perempuan dengan segala egonya," sindir Iqbal. Valen menghela napas pelan. "Saya rasa kamu sudah baca pesan saya, jadi bagaimana?" "Ibu suruh saya buka hati untuk Rara?" Valen mengangguk. Iqbal tersenyum miring. "Kenapa Ibu minta saya buka hati untuk wanita lain sedangkan wanita yang saya cintai adalah Ibu." "Jangan menyia-nyiakan orang yang tulus mencintai kamu." "Sekarang saya kembalikan kata-kata itu ke Ibu. Ibu jangan menyia-nyiakan saya yang tulus mencintai Ibu." "Iqbal, saya gak tertarik sama kamu." "Bohong, kalau Ibu gak tertarik sama saya kenapa Ibu blushing waktu saya gombalin seperti halnya 6 tahun yang lalu." Valen menelan salivanya bingung mau menjawab apa. Kenapa Iqbal selalu tahu cara skakmat orang? Kalau tidak ingat ini kampus dan statusnya sebagai mahasiswa sudah dari tadi Iqbal mencium bibir seksi milik Valen. Dari dulu Iqbal belum pernah merasakan bibir Valen dan ia menjaga first kiss-nya untuk Valen. Iqbal serasa cewek karena menjaga first kiss tapi memang itu keinginannya, ia hanya ingin bibirnya menyatu dengan bibir Valen. Iqbal sedikit mengangkat bokongnya dan mencondongkan wajahnya dan langsung mengecup bibir Valen, untung saja ada bilik sebagai pembatas antara meja satu dengan meja lainnya. Valen menegang mendapat perlakuan tiba-tiba dari Iqbal, apalagi itu adalah yang tidak sepatut dilakukan oleh mahasiswa ke dosen apalagi masih di area kampus. "Sekarang kecupan dulu ya, Bu. Nanti kalau udah sah kita kissing dan saya buat Ibu sampai mendesah manja." Tanpa menunggu respons dari Valen, Iqbal langsung melenggang keluar ruangan. Iqbal memegang bibirnya. Anjir akhirnya gue berhasil dapatin bibirnya Valen walau cuma kecupan. Setelah itu muncul sebuah pesan di handphone Iqbal. Kecoa alay : Bal, kantin sini. Ada yang traktir kita karena dia ultah. Iqbal bukan pemburu gratisan karena uangnya banyak, dapat transferan dari Gavril -sang Ayah- juga dari Kenzio -sang Om yang merangkap sebagai Abang Ipar- dalam sebulan ia mendapatkan nominal yang banyak. Walaupun begitu ia tetap ke kantin karena rezeki tidak boleh ditolak apalagi perutnya sedang lapar dan lumayan uang jajannya bisa dipakai buat beli bensin motor. Saat sampai di kantin ia melihat Rara juga yang satu meja dengan Naufal, dengan langkah ogah-ogahan Iqbal menghampiri mereka. "Siapa yang traktir?" tanya Iqbal ke Naufal. "Aku, Kak. Kakak pesan aja apa yang Kakak mau nanti aku yang traktir," Rara menampilkan senyuman terbaiknya. Iqbal menatap Rara. "Gak sudi, uang buat traktir gue mending lo pake buat traktir untuk pasangan alay depan lo ini!" "Kak, aku pengin traktir Kakak juga." "Sekali gak ya tetap gak. Oh iya, for you information. Kalau lo mau tahu siapa orang yang gue cinta, sekarang gue kasih tahu. Gue cinta Valen, Valencia Dilla Berlian bukan siapa pun termasuk lo!" tegas Iqbal. "Jaga perasaan Rara, Bal!" ujar Naufal yang tidak tega melihat ekspresi wajah Rara saat ini. Nayza ikut menimpali. "Lo gak seharusnya sakiti dia dengan kata-kata lo barusan." "Biar dia sadar kalau dia gak seharusnya nunggu gue!" Rara menahan air matanya yang hampir jatuh. "Kenapa mencintai kak Iqbal, harus sesakit ini?" "Makanya hapus perasaan lo itu." "Kalau mudah aku udah hapus dari dulu sebelum Kak Iqbal minta." "Yaudah semedi dulu di gunung kawi sana!" ujar Iqbal sekenanya dan melenggang pergi meninggalkan kantin. Sebenarnya Iqbal tidak tega menyakiti perasaan Rara tapi gadis itu masih saja mengejarnya, jadi mau tidak mau dia harus ditegasin biar tahu diri. Lebih baik gue makan di kafe pakai duit gue sendiri daripada gue terima traktirannya Rara sama aja gue ngasih harapan ke dia. *** Setelah mengisi perutnya di salah satu kafe, akhirnya Iqbal pulang ke rumah dan melepas kemejanya hanya menyisakan kaos oblong putih. Ia iseng ambil kertas lalu menuliskan sesuatu di kertas itu setelah itu ia ber-selfie dan mengirimkan gambar itu ke Valen. Iqbal : Assalamu'alaikum calon makmum
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN