Annyeong! Sebelumnya bantu follow akun Dreame ku yuk, temen-temen. Sekalian Ig @ansapeach (DM for follback) dan Ig khusus semua story ku @storyansa
Langit telah berubah menjadi gelap seiring dengan waktu malam yang semakin larut. Semilir angin membelai lembut wajah Aaron yang kini sedang berdiri di balkon kamar nya. Menatap gemerlap cahaya bintang yang menghiasi langit malam.
Suara pintu kamar yang terbuka terdengar, namun Aaron masih bertahan di posisinya. Sampai akhirnya seseorang melangkah menghampiri Aaron dan berdiri di samping laki-laki itu.
"Bokap nungguin lo di bawah, Bang."
"Mau apa?"
Derry mengangkat bahu. "Gue nggak tahu."
Aaron memutar tubuh lantas melangkah meninggalkan Derry di balkon kamarnya.
Helaan napas panjang keluar dari mulut Derry. "Semenjak kejadian pada malam itu, hubungan gue sama Bang Aaron jadi kaku. Dan penyebabnya karena kebodohan gue," rutuknya.
Apa yang dikatakan Derry benar, ada Thony yang sudah menunggu Aaron di ruang keluarga tanpa ada Zoya di sana. Aaron mendudukan tubuhnya di sofa seberang Thony.
"Ada apa, Pa?"
"Papa percayakan sama kamu untuk menghandle proyek kerja sama bersama perusahaan Wirawan Group. Dan besok, Papa minta kamu untuk mulai mengerjakannya."
Aaron mengangguk patuh. "Iya. Ada lagi?"
"Nggak ada."
"Ya udah, kalau begitu Aaron kembali ke kamar." Saat Aaron hendak bangun dari posisi duduknya, lebih dulu Thony melarangnya.
"Tunggu sebentar. Masih ada yang mau Papa bicarakan sama kamu."
"Apa?"
Thony menghela napas berat sebelum berucap. "Sebenarnya tadi siang Angela datang menemui Papa. Dia minta sama Papa, untuk membujuk kamu agar kembali menjalin hubungan dengannya."
"Itu nggak mungkin terjadi, Pa. Aaron nggak mungkin kembali lagi sama Angela. Lagi pula, udah nggak ada perasaan apa-apa lagi dalam hati Aaron untuk Angela."
Thony membenarkan posisi duduknya. "Sebenarnya Papa sedikit kecewa karena hubungan kalian harus berakhir. Mengingat kalian sudah berpacaran sejak lama dan hendak melangkah ke jenjang pernikahan. Entah siapa perempuan yang berhasil masuk dalam hati kamu, sampai berani memutuskan hubungan dengan Angela dan lebih memilih perempuan baru itu," ujarnya membuat Aaron terdiam.
"Tapi, it's oke. Papa menghargai keputusan kamu. Papa juga nggak berhak untuk menentukan pasangan hidup kamu, karena kamu yang akan menjalaninya," lanjut Thony berucap.
Aaron tersenyum tipis. Thony selalu menghargai apapun keputusan anak-anaknya. Mana mungkin, Aaron mau mengatakan alasan yang sebenarnya berakhirnya hubungan ia dan Angela, kalau nanti berujung akan membuat hati orang tuanya sakit dan kecewa karena ulah tidak senonoh dari Derry.
Terlintas dalam pikiran Aaron mengenai pembicaraannya dengan Shena siang tadi. Bagaimana kira-kira keputusan yang akan di ambil oleh gadis itu? Besar harapan Aaron pada Shena yang mau menerima ajakan nya untuk menikah.
Di tempat yang berbeda, sama halnya dengan Aaron, Shena juga tengah berpikir keputusan yang terbaik apa yang akan ia ambil mengenai ajakan Aaron.
Kata-kata Aaron terus terngiang dalam pikiran Shena. Terlebih lagi, mengenai soal kondisi Amanda. Tentu ia ingin Amanda kembali bisa melihat dan menjalani kehidupan seperti dulu. Bisa kembali sekolah, mendapatkan teman-teman baru.
Shena menarik pelan rambut panjangnya. "Kenapa aku harus di hadapkan dengan pilihan yang sulit? Antara harus bertahan dengan kehidupan yang semakin kelam dan nggak tentu arah, atau justru memilih untuk masuk ke dalam kehidupan baru dan memulainya dari awal?"
Shena benar-benar pusing memikirkan jalan hidupnya. Ia berpikir, bagaimana tanggapan almarhum ayahnya kalau tahu apa yang Aaron katakan tadi siang padanya.
Suara ketukan tongkat yang beradu dengan lantai keramik, menyadarkan lamunan Shena. Ia menoleh dan menangkap keberadaan Amanda yang sedang berjalan ke arahnya. Segera ia bangun dan membantu Amanda untuk duduk di teras. Malam ini, ia dan Amanda tidur di rumah tetangganya untuk sementara waktu sebelum mereka menemukan tempat tinggal yang baru.
"Kamu ngapain keluar sih? Harusnya kamu istirahat aja di dalam," ucap Shena.
"Kak Shena sendiri kenapa masih di luar? Kakak juga kan perlu istirahat."
Shena menghembuskan napas panjang. "Besok Kakak akan coba mencari kontrakan. Nggak enak juga kan, kalau kita terus numpang tinggal di rumah Bu Asri?"
"Emangnya Kakak ada uang untuk menyewa kontrakan?"
"Ada sedikit tabungan yang Kakak punya. Mudah-mudahan cukup," jawab Shena.
Amanda mengangguk. "Aamiin, semoga aja ya Kak."
Shena tersenyum tipis. Memperhatikan Amanda seiring dengan ucapan Aaron yang mengatakan akan membiayai operasi mata untuk Amanda kalau ia mau menikah dengan laki-laki itu.
"Manda," panggil Shena.
"Iya, Kak? Ada apa?"
"Apa tanggapan kamu, kalau ada seseorang yang mau membiayai operasi mata untuk kamu?" Shena bertaya.
Senyum Amanda seketika mengembang menghiasi wajah cantiknya. "Operasi mata? Tentu Manda akan sangat senang, Kak. Manda bisa melihat lagi seperti dulu."
Mendengar antusias Amanda saat menjawab pertanyaannya, membuat darah Shena berdesir. Apa mungkin, ia harus menerima tawaran Aaron untuk menikah dengannya?
"Kakak kenapa tiba-tiba nanya begitu?"
"Nggak apa-apa. Kakak cuma pengen tahu aja."
Amanda menganggukan kepala beberapa kali.
"Ya udah, sekarang kita masuk ke dalam yuk. Angin malam nggak baik buat kesehatan," ucap Shena yang langsung di angguki oleh Amanda. Kemudian mereka masuk ke dalam rumah bersama.
♡♡♡
Malam semakin larut. Mesin pewaktu sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih lima belas menit. Namun, Aaron masih setia bersama laporan-laporan yang masuk ke dalam email nya. Beberapa kali laki-laki itu menguap karena sudah mengantuk, tapi sebisa mungkin ia tahan sejenak sampai menyelesaikan pekerjaan nya yang sempat tertunda. Menjadi seorang CEO di perusahaan besar tentu Aaron harus memikul tanggung jawab yang besar juga.
"Huh, akhirnya selesai juga." Aaron merenggangkan otot-otot tangan nya yang terasa kaku. Kemudian ia menutup lapton dan segera beranjak dari ruang kerja menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar, Aaron merebahkan tubuh di atas king size. Menatap langit-langit kamar dengan tangan yang di jadikan bantalan.
"Kira-kira, apa jawaban Shena ya?" gumamnya bertanya pada diri sendiri.
Di tempat yang berbeda, Shena pun belum terlelap. Gadis itu sedang duduk di atas ranjang dengan Amanda yang tidur di sebelahnya. Tawaran Aaron yang mengajaknya menikah terus terngiang dalam pikiran Shena. Membuat gadis itu menjadi dilema.
"Aku cuma mau menikah satu kali dalam seumur hidup. Dan tentu aku ingin menikah dengan orang yang benar-benar aku cintai dan juga di cintai olehnya. Tapi, Aaron? Argh, pusing kepala ku jadinya."
Shena merebahkan tubuh, lalu menarik selimut sampai sebatas perut. Perlahan rasa kantuk pun mulai menyerang, hingga ia terlelap dalam tidur yang damai. Melepaskan semua beban pikiran dalam otaknya.
♡♡♡
Entah sudah berapa gelas Derry habiskan minuman beralkohol itu. Yang jelas, kini ia mulai merasakan pening pada kepalanya yang berdenyut. Di tambah lagi dengan suara musik DJ yang begitu kencang dan gemerlap lampu disko dengan berbagai warna.
Seorang perempuan dengan pakaian minim, melangkah lebar menghampiri Derry yang sudah dalam keadaan setengah sadar.
"Derry!" Angela menjerit memanggil nama pemuda itu.
Derry menoleh lalu tersenyum pada Angela. "Hallo, Sayang."
Angela mendengus kesal. Tanpa aba-aba, ia melayangkan tamparan keras pada sebelah pipi Derry. Namun, sepertinya itu bukan apa-apa bagi pemuda yang sedang dalam keadaan mabuk itu.
"b******n! Aku benci sama kamu, Der! Gara-gara kamu, Aaron menjadi sangat membenci aku. Bahkan dia nggak mau lagi ngomong sama aku!" teriak Angela dengan emosi menggebu.
"Shutt, udah ya. Jangan marah-marah, nanti cantik nya hilang lho," balas Derry sambil cengengesan bodoh.
Angela menggeleng tidak percaya melihat kelakuan Derry. Saat ia hendak kembali melayangkan protesan, lebih dulu Derry membungkam nya dengan mulut pemuda itu. Derry menarik tengkuk leher Angela dan semakin memperdalam ciumana panas mereka. Angela berontak mencoba melepaskan diri, namun tenaganya tidak sebanding dengan Derry.
"Derry, lepaskan aku---, mmpphhhhhh...."
Dalam sekejap, Derry mengangkat tubuh Angela dan membawanya ke sebuah lorong yang sempit dan minim pencahayaan tanpa melepaskan ciumannya. Air mata mengalir membasahi pipi, Angela sangat ketakutan, ia tidak mau kejadian seperti pada malam itu kembali terulang lagi. Apalagi, ini pertama kali untuk Angela masuk ke dalam sebuah klub malam dan melakukan komunikasi dengan pemuda yang sedang mabuk, seperti Derry.
Derry menurunkan tubuh Angela, kemudian mendorongnya ke tembok dan kembali menjalankan aksinya. Angela benci saat ia tidak mampu untuk melawan perlakuan Derry. Tubuhnya menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh pemuda itu.
"Kamu terlihat sangat seksi, Sayang."