Part 18

1608 Kata

Mas Bima merapikan bajunya ke dalam koper. Dinda pun melakukan hal yang sama. Aku tak terlalu peduli. Mumpung mereka masih sibuk di kamar masing-masing segera kulangkahkan kaki menuju garasi. Barangkali ponsel baru Mas Bima masih ada di sana. Aku ingin mengambilnya dan mengumpulkan banyak bukti agar mereka tak bisa berkutik lagi. Di bagasi sudah tak ada. Kucari di laci dashboard pun nggak ada. Sampai kolong jok tetap nihil. Hampir putus asa, saat ingin menutup mobil kulihat plastik hitam terselip di samping foot brake. Segera kumasukkan ponsel itu ke saku gamis. Mas Bima memeluk Dinda lalu menyeka air mata yang mengalir di kedua pipinya. Mereka saling berpelukan seolah meledekku yang sedari tadi memperhatikan. "Kamu benar-benar mengusir kita, Mel?" Mas Bima masih mempertanyakan hal ko

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN