“Kamu datang..”
Kata itulah yang Aileen dengar ketika dia menemui Eros.
Pemuda itu hanya menatapnya, tapi Aileen merasa jika seluruh beban hidupnya menghilang untuk sesaat.
“Aku datang..” Kata Aileen dengan pelan.
“Aku akan menunggu di mobil. Tolong jangan buat masalah, jangan turun ke bawah. Aku akan kembali dalam sepuluh menit dan kita akan pulang..” Kata Adeline.
Aileen tidak menghiraukan adiknya. Saat ini dia hanya diam sambil terus menatap Eros. Menyimpan sosok pemuda itu di dalam ingatannya dan mencoba untuk menemukan jawaban atas perasaan yang ada di dalam hatinya.
Rasa bahagia dan ketenangan yang terus Eros tawarkan di dalam tatapan matanya.
“Kenapa kamu datang, Aileen?” Tanya Eros.
Aileen mengendikkan bahunya.
Ada masalah yang sedang dia hadapi, lalu satu nama muncul begitu saja di dalam benaknya. Apakah salah jika Aileen mengikuti kata hatinya dan memilih untuk datang ke tempat ini?
“Tidak ada alasan yang pasti. Tapi.. aku rasa aku ingin melihatmu..” Kata Aileen.
Eros tampak terkejut dengan jawaban yang diberikan oleh Aileen.
“Ada apa?” Tanya Eros.
Aileen menundukkan kepalanya.
“Kamu bertanya padaku bagaimana rasanya kehidupanku. Hari itu aku sudah menjawab sebagian, sekarang aku akan melanjutkan jawabanku. Apakah kamu keberatan?” Tanya Aileen.
Eros menatapnya sejenak lalu memilih untuk duduk di anak tangga. Menarik tangan Aileen untuk melakukan hal yang sama.
“Bagaimana kehidupanmu?” Tanya Eros.
Aileen mengernyitkan dahinya ketika dia menemukan satu tatapan yang penuh dengan kegelisahan di dalam mata Eros.
“Apa yang terjadi padamu?” Tanya Aileen dengan cepat.
“Apa?”
Aileen mengerjapkan matanya. Dia bisa melihat dengan jelas jika Eros tampak bersedih. Apa yang terjadi pada pemuda itu?
“Apakah ada masalah?” Tanya Aileen.
Eros diam lalu menggelengkan kepalanya dengan pelan.
“Jangan bohong, Eros. Aku melihat dengan jelas jika kamu sedang bersedih. Apakah ada masalah?” Tanya Aileen.
“Jangan memikirkan tentang aku. Aku sedang menunggu jawabanmu saat ini. Katakan kepadaku, bagaimana rasanya hidup di kota?” Tanya Eros.
Aileen menarik napasnya dengan pelan. Sepertinya Eros memang tidak ingin membicarakan apapun tentang dirinya.
Aileen tersenyum sejenak.
“Aku adalah anak dari seorang Elysium. Seorang pemimpin dunia yang memiliki kekuasaan besar terhadap jalannya pemerintahan. Aku berasal dari kasta pertama, kasta Aporipse. Aku mendapatkan segala kemewahan, aku kaya dan memiliki banyak uang. Tapi.. malam ini aku merasa sangat kesepian. Aku kesepian karena di rumahku tidak ada seorangpun yang mengerti keinginanku.. tidak ada yang peduli pada mimpi dan harapanku.. Aku kesepian, Eros..”
Aileen memejamkan matanya, merasakan hembusan angin malam yang menerpa kulitnya. Untuk sesaat, keadaan di sekitar mereka hening tanpa suara.
Sejak awal datang ke sini, Aileen ingin menanyakan alasan Eros tetap berada di tangga jembatan ketika tengah malam.
Kenapa pemuda itu masih di sini? Apakah dia tidak pulang?
“Ada banyak peraturan di dunia ini. Aku adalah salah satu orang yang terikat dengan ribuan peraturan, tapi semua peraturan itu selalu aku langgar begitu saja..” Kata Aileen dengan pelan.
Eros mengangkat kepalanya, pemuda itu menatap Aileen dengan pandangan penuh harapan. Apa.. apa yang diharapkan oleh pemuda itu?
“Melanggar peraturan? Kenapa?” Tanya Eros.
Aileen mengendikkan bahunya. Tidak ada alasan pasti kenapa dia melanggar hampir semua peraturan yang dibuat oleh orang tuanya. Tapi, Aileen selalu merasa jika dia memang harus melanggar peraturan tidak masuk akal itu.
“Karena aku ingin?”
“Kamu seorang Aporipse, kenapa kamu malah datang ke sini di tengah malam, Aileen?” Tanya Eros.
Aileen kembali memejamkan matanya.
Bukankah tadi Aileen sudah mengatakan jika dia sedang merasa kesepian?
“Memangnya kemana aku harus pergi ketika aku sedang merasa kesepian, Eros?” Tanya Aileen.
Eros tidak menjawab, pemuda itu seakan larut di dalam pikirannya sendiri.
Bermenit-menit berlalu begitu saja. Waktu berjalan dengan sangat cepat di tempat ini.
Aileen menatap Adeline yang sedang berdiri di depannya. Seperti yang sudah mereka sepakati sebelumnya, Adeline akan datang jika dalam sepuluh menit Aileen belum juga kembali ke mobil mereka.
“Kita harus pulang..” Kata Adeline dengan tenang.
Aileen menganggukkan kepalanya.
Malam ini, tanpa alasan yang jelas Aileen memilih untuk datang ke tempat yang begitu jauh dari rumahnya.
Hanya dengan harapan dia bisa bertemu dengan Eros dan menceritakan sebagian keadaan hidupnya yang belum sempat dia ceritakan kemarin sore, Aileen mengambil resiko yang begitu besar.
Namun, sesuatu terjadi ketika dia datang menemui Eros.
Tatapan pria itu membawa ketenangan di hati Eros. Aileen seperti mendapatkan sebuah penerimaan yang begitu tulus dari pemuda itu.
“Aku harus pulang, Eros..” Kata Aileen dengan pelan.
Eros menganggukkan kepalanya. Pemuda itu tersenyum sambil bangkit berdiri.
“Apakah aku akan melihatmu lagi, Aileen?” Tanya Eros.
“Tentu saja. Kamu pasti akan melihatku lagi..” Kata Aileen dengan yakin.
Ah, bahkan Aileen tidak yakin apakah setelah ini dia masih mendapatkan izin untuk datang ke yayasan amal.
***
“Jadi, dia adalah orang yang kamu suka?”
Pertanyaan itu Aileen abaikan begitu saja.
Untuk saat ini, Aileen tidak ingin berbicara tentang apapun juga. Hatinya sedang sangat kacau.
“Sampai kapan kamu mau seperti ini, Aileen? Apa yang Papa katakan memang benar, seharusnya kamu mulai masuk ke departemen pemerintah..” Kata Adeline.
Aileen tersenyum singkat. Tidak, Aileen tidak akan pernah masuk ke sana.
“Kamu dibayar oleh Papa untuk meyakinkanku?” Tanya Aileen dengan santai.
“Kamu sedang bergurau denganku?” Tanya Adeline sambil memutar bola matanya.
Aileen kembali diam. Dia ingin menikmati langit malam yang sedang dipenuhi oleh bintang. Entahlah, dia juga tidak yakin kenapa perasaannya jadi kacau seperti ini.
“Sebaiknya kamu jangan menemui Eros lagi. Aku bisa melihatnya, aku tahu jika dia juga menyukaimu..” Kata Adeline.
Aileen menolehkan kepalanya dengan cepat. Apakah Adeline sedang bergurau?
“Jangan membuat hatiku jadi semakin kacau. Aku juga tidak tahu kenapa tiba-tiba aku ingin menemui Eros. Ini hal yang tidak pernah terjadi padaku, Adeline..” Kata Aileen.
Aileen menarik napasnya dengan pelan. Dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh jendela mobil terbang miliknya.
Dari sini, semuanya tampak lebih indah.
Suasana kota yang masih ramai padahal sekarang sudah tengah malam, kerlap-kerlip cahaya lampu dari gedung pencakar langit, juga langit malam yang bertabur bintang. Semuanya tampak sangat sempurna kecuali satu hal... hatinya.
“Aku juga menanyakan hal yang sama pada diriku saat itu. Seseorang mengatakan jika seperti itulah cara cinta bekerja. Kamu tidak akan pernah bisa menyadari secepat apa aliran sungai, begitu juga dengan hatimu.. kamu tidak akan menyadari secepat apa kamu jatuh cinta..” Kata Adeline.
“Apakah kamu mabuk, Adeline? Jangan banyak bicara, kemudikan mobil ini dengan benar. Aku tidak ingin mendengar nasehatmu!” Kata Aileen dengan kesal.
Semua kalimat yang Adeline katakan semakin mengganggu pikiran Aileen. Adiknya itu terdengar sangat yakin dengan kalimatnya dan... Aileen mengakui jika kalimat yang Adeline katakan memang benar...
“Aku tidak akan mau mengantarmu untuk menemui Eros. Berjanjilah padaku untuk tidak menemuinya dalam waktu dekat ini. Akan ada banyak masalah jika kamu nekat bertemu dengan pemuda itu. Aileen, kamu tahu jika apa yang aku katakan saat itu hanyalah bergurau.. aku mohon, jangan jatuh cinta kepada orang tanpa kasta..” Kata Adeline.
Adeline tidak menatapnya dengan tatapan permusuhan. Adiknya itu terlihat sedang menunjukkan kepeduliannya.
Aileen menghembuskan napas dengan pelan. Aileen tahu kalau Adeline hanya sedang merasa khawatir dengan dirinya.
Ah, diantara saudaranya yang lain, kenapa hanya Aileen saja yang sulit diatur?
Aruna, sekalipun dia sering membuat orang lain kesal kepadanya, Aruna selalu menjadi anak yang membanggakan orang tuanya. Dia bekerja di bidang pemerintahan, dia juga berusaha untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi di pemerintahan. Orang tuanya sangat mendukung Aruna.
Tapi, bagaimana dengan Aileen? Aileen selalu saja melanggar peraturan mereka.
“Akan ada banyak masalah. Bukan hanya kamu, orang itu juga akan mendapatkan banyak masalah. Bahkan, dibandingkan dengan dirimu, dia yang akan lebih banyak menanggung masalah. Jadi, jangan menyulitkan dirimu sendiri, Aileen..” Kata Adeline.
Aileen tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Dia tahu jika Adeline sedang khawatir dengan kehidupannya saat ini.
“Jangan khawatir, Adeline.. aku bisa mengurus semua ini. Kamu hanya perlu bersekolah dengan baik, masuk ke dalam dunia pemerintahan dan membanggakan Papa. Jangan memikirkan diriku, Adeline..” Kata Aileen sambil mengusap kepala adiknya.
***
“Wow, dari mana kalian? Ini tengah malam dan kalian baru pulang?”
Aileen menatap Aruna yang sedang berjalan mendekat sambil tersenyum mengejek.
Astaga, kenapa Aruna belum tidur?
“Adeline, apa yang akan Papa lakukan jika tahu kamu mengemudikan mobil? Apakah kamu akan dihukum? Atau mungkin dikurung?”
Aileen memutar bola matanya dengan jengah. Apa yang Aruna inginkan? Dia terus memancing masalah.
“Adeline masuklah ke kamarmu, aku akan mengurus hal ini..” Kata Aileen sambil tersenyum ke arah Adeline.
Aileen yang mengajak Adeline keluar di tengah malam. Aileen tidak akan membiarkan Adeline mendapat masalah hanya karena perbuatannya.
“Mau kemana? Aku sedang berbicara kepadamu, Adeline. Kenapa kamu keluar bersama dengan Aileen di tengah malam seperti ini?” Aruna menarik tangan Adeline untuk menghentikan langkahnya.
“Adeline aku memintamu untuk masuk ke dalam kamarmu. Masuk!” Kata Aileen dengan suara yang lebih tinggi.
Aruna menatap Aileen sambil tersenyum sinis. Kakaknya itu terlihat lebih menyebalkan saat ini.
Adeline berusaha melepaskan diri dari Aruna. Untuk sejenak, adiknya itu tampak menatap ke arah Aileen.
“Masuklah..” Kata Aileen.
Adeline menganggukkan kepalanya. Adiknya itu segera masuk ke dalam rumah.
“Kamu sedang mencoba membuatku kesal, Aileen?” Tanya Aruna.
“Jangan menggangguku, Kak. Urus saja hidupmu sendiri. Tolong, aku lelah dengan semua tingkahmu. Selama ini aku lebih sering diam ketika kamu mulai membuat masalah, tapi jangan salah paham.. aku diam bukan karena aku lemah, aku hanya tidak ingin membuang waktuku karena mengurus masalahmu..” Kata Aileen dengan tenang.
Aruna terlihat semakin kesal.
Ya, beginilah cara yang tepat untuk menghadapi Kakaknya. Sejak dulu Aileen memilih untuk menahan diri, dia pikir Aruna akan berhenti mengganggunya jika Aileen tidak bereaksi. Tapi Aileen salah. Aruna tidak akan bisa hidup dengan tenang jika dia tidak mengganggu orang lain.
“Kamu menemui orang tanpa kasta? Sepenting apa dia hingga kamu mau menemuinya di tengah malam seperti ini?” Tanya Aruna.
Aileen melangkahkan kakinya untuk mendekati Aruna. Sepertinya Aruna memang ingin berdebat dengannya malam ini.
“Kalaupun aku menemui mereka, itu bukan urusanmu. Diamlah, jangan membuatku kesal..” Kata Aileen dengan pelan.
“Aku pikir selama ini kamu anak baik-baik, tapi ternyata aku salah. Kamu tidak lebih baik dari seorang p*****r! Di pagi hari kamu menghabiskan waktu bersama dengan Keizaro, lalu di malam hari kamu menemui orang tanpa kasta? Apa yang mereka berikan kepadamu, Aileen?”
Aileen mengayunkan tangannya. Menampar Kakaknya dengan kekuatan penuh.
Sesaat setelah suara tamparan itu menggema, Aruna menjerit keras dan berusaha untuk membalas Aileen.
“Tidak semudah itu, Kakak..” Kata Aileen sambil menghentikan gerakan tangan Aruna yang mencoba untuk membalasnya.
“Apakah kamu sudah gila? Kamu berani menamparku?”
Aileen tersenyum kecil. Dia juga masih tidak percaya dengan apa yang dia lakukan. Menampar Aruna? Astaga, ini bukan hal yang benar.
“Maafkan aku karena aku menamparmu. Tapi, aku rasa kamu memang pantas untuk ditampar..” Kata Aileen sambil melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah.
“Aku akan membalasmu! Aku akan menghancurkan dirimu!”
Benar, apa yang dikatakan oleh ibunya memang benar.
Mulai sekarang Aileen harus berhati-hati dengan Aruna.