Episode 6 Bab 40

1790 Kata
Aileen melangkahkan kakinya dengan pandangan kosong. Aileen masuk ke dalam kamarnya lalu duduk di atas lantai sambil kembali menangis. Hari ini dia merasakan duka yang begitu mendalam. Aileen tidak akan pernah melupakan apa yang terjadi hari ini. Hari dimana kisah cintanya berakhir dengan begitu mengenaskan. Aileen menarik napasnya, memukul dadanya yang terasa sesak. Air matanya masih belum bisa berhenti mengalir, tapi Aileen tidak lagi mengeluarkan suara apapun. Aileen hanya ingin menangis, dia ingin menangis hingga jantungnya berhenti berdetak. Rasanya sangat menyakitkan. Aileen tidak mampu lagi menahan rasa sakit di dalam hatinya. Ayahnya, ayahnya adalah orang yang sangat kejam. Aileen tahu akan hal itu, tapi dia mengabaikan segalanya. Aileen pikir ayahnya tidak akan tahu jika dia menemui Eros... tapi ternyata ayahnya tahu. Ayahnya menghukum Eros untuk kesalahan yang dibuat oleh Aileen. Apa yang harus Aileen lakukan sekarang? Apa? “Aileen! Aileen ayo bangun, jangan duduk di sini. Ayo kita pergi ke pemukiman!” Kata Adeline sambil menarik tubuh Aileen untuk segera bangkit berdiri. Aileen melepaskan tangan Adeline, Aileen kembali menundukkan tubuhnya dan menangis dengan keras. Aileen sadar kalau dia telah melakukan kesalahan, tapi bukan ini hukuman yang pantas untuk dia dapatkan. Eros tidak melakukan kesalahan apapun, jadi kenapa ayahnya tega menghabisi nyawa pemuda itu? Kenapa? “Jangan seperti ini, Aileen.. ayo kita pergi ke pemukiman.. kita mungkin masih bisa menyelamatkan Eros!” Kata Adeline. Aileen kembali melepaskan tangan Adeline. Aileen menggelengkan kepalanya dengan lemah. Tidak, mereka tidak akan bisa melakukan apapun. Ayahnya pasti sudah membunuh Eros sejak tadi. Kedatangan mereka tidak akan mengubah apapun. “Terlambat, Adeline.. semuanya sudah terlambat..” Kata Aileen sambil menangis. “Kita harus ke sana, Aileen.. ayo, bangkit berdiri!” Kata Adeline sambil menatap Aileen. Aileen tahu kalau Adeline juga sedang menangis, tapi adiknya itu berusaha keras untuk membuat Aileen bangkit berdiri. Apa? Apa yang akan mereka lakukan di sana? Semuanya sudah terlambat, Aileen tidak akan bisa melakukan apapun. Aileen tidak sanggup jika harus melihat Eros dalam keadaan tidak bernyawa. Membayangkannya saja membuat hati Aileen semakin hancur. Aileen tidak akan bisa mengendalikan dirinya, dia akan semakin kacau jika memaksakan diri untuk datang ke pemukiman. Aileen takut.. dia merasa sangat takut.. “Jangan menggangguku! Pergilah dari sini!” Teriak Aileen dengan keras. Aileen mendorong Adeline untuk menjauhi dirinya. Tidak, kali ini Aileen tidak ingin bertemu dan berbicara dengan siapapun. Aileen hanya menangis, dia ingin menyiksa dirinya dengan rasa sakit yang tak tertahankan. Aileen bersalah, jadi dia pantas menerima rasa sakit ini. Aileen menundukkan kepalanya, menekuk lututnya dan memeluk dirinya sendiri. Sesak, dadanya sangat sesak hingga dia kesulitan bernapas. “Aileen.. jangan seperti ini. apakah kamu tidak ingin melihat Eros?” Tanya Adeline. Aileen semakin menangis. Melihat Eros? Tentu, tentu saja Aileen sangat ingin melihat pemuda itu. Tapi Aileen tidak akan sanggup melihat Eros terbujur kaku tanpa nyawa. Aileen tidak sanggup.. “Jangan menggangguku, Adeline.. aku mohon!” Kata Aileen sambil menutup wajahnya. Hari ini, sebuah kehilangan yang begitu menyakitkan telah Aileen rasakan. Kisah cintanya mungkin memang baru dimulai, tapi rasa sakit akibat kehilangan telah merenggut hatinya. Membuat Aileen kehilangan segalanya. Kenapa dunia begitu kejam pada kisah cintanya? Kenapa Aileen harus menanggung rasa sakit sebesar ini? Apa yang akan dia lakukan setelah ini? Semua orang mungkin akan melupakan Eros dengan mudah, tapi tidak dengan Aileen. Aileen tidak akan sanggup beranjak. Dia tidak akan mampu melakukan apapun. Malam ini ayahnya pulang dan membawa duka yang begitu besar. Sampai kapanpun, luka yang diberikan oleh ayahnya tidak akan pernah bisa Aileen lupakan. “Ayo bangun dan segera pergi ke sana! Jangan membuang waktumu dengan menangis seperti ini!” Kata Adeline sambil menarik Aileen. Aileen tidak melakukan apapun, dia hanya diam sambil terus menangis. Adeline duduk di depan Aileen, adiknya itu memperhatikan setiap tetes air mata yang mengalir di wajah Aileen. Aileen tahu kalau keadaannya sedang sangat kacau sekarang, dia tidak bisa menghentikan tangisannya. “Aileen, aku tahu aku tidak bisa membantu apapun.. tapi setidaknya, aku akan menemanimu untuk datang ke sana. Ayo, kita harus menemui Eros..” Kata Adeline sambil memeluk Aileen. Aileen kembali menangis, dia membalas pelukan adikknya dengan sangat erat. Aileen kehilangan sesuatu yang baru dia temukan. Sesuatu yang baru dia sadari bahwa dia sangat membutuhkannya. Eros, pemuda itu direnggut dengan paksa padahal kisah mereka baru saja dimulai. Kenapa harus secerap ini? “Aku tidak sanggup bertemu dengannya, Adeline. Aku tidak sanggup..” Kata Aileen. Adeline melepaskan pelukan mereka, adiknya itu mengusap air mata Aileen dengan pelan. “Kamu harus bertemu dengan Eros, setidaknya untuk yang terakhir kalinya..” Kata Adeline. *** Aileen melangkahkan kakinya dengan bergetar. Hujan turun membasahi bumi tepat ketika Aileen melangkahkan kakinya ke pemukiman tanpa kasta. Aileen menatap ke sekelilingnya, ada banyak orang yang juga sedang menatapnya. Aileen menggenggam tangan Adeline dengan erat. Hanya Adeline yang Aileen miliki saat ini. Adiknya itu menatap Aileen sambil tersenyum dengan tenang. Aileen kembali meneteskan air matanya. Tapi kali ini, tangisannya tertutup oleh hujan deras yang turun di tempat ini. “Dimana rumah Eros?” Tanya Adeline. Aileen menunjuk ke satu rumah yang tampak berada di ujung jalan. “Kuatkan hatimu, kita akan datang ke sana..” Kata Adeline sambil menepuk bahu Aileen dengan pelan. Aileen menganggukkan kepalanya. Dia tidak tahu apa saja yang sebenarnya terjadi di tempat ini. Tapi ketika Aileen mendapati jika tidak ada Eros maupun Ethan di atas jembatan, Aileen sadar jika perkataan ayahnya bukanlah bualan belaka. Sesuatu yang buruk pasti terjadi di tempat ini. “Permisi, apakah ini rumah Eros?” Tanya Adeline sambil mengetuk pintu rumah. Aileen menatap ke sekeliling rumah itu. Kenapa rumah ini tampak sangat sunyi seakan tidak ada satupun orang di dalamnya? “Apa yang kamu lakukan di sana, Nona? Semua orang di rumah in pergi ke rumah Ethan. Pemakamannya akan dilakukan sebentar lagi..” Kata salah satu tetangga Eros. Aileen menatap perempuan paruh baya itu sambil mengernyitkan dahinya. Mengapa semua orang pergi ke rumah Ethan? Kenapa upacara pemakaman dilakukan di rumah Ethan? “Maaf, tapi mengapa mereka pergi ke rumah Ethan?” Tanya Aileen dengan pelan. “Bukankah kamu salah satu teman mereka? Aku sering melihatmu duduk di atas jembatan bersama dengan Eros dan Ethan..” Kata perempuan itu. Aileen menganggukkan kepalanya dengan pelan. Tidak, kenangan itu tidak akan kembali terulang. Aileen tidak akan pernah lagi duduk di atas jembatan bersama dengan Eros. “Katakan, kenapa mereka pergi ke rumah Ethan?” Tanya Adeline. “Apakah kalian tidak tahu kalau ada insiden penembakan di tempat ini kemarin malam? Ethan adalah korban dari insiden itu. Eros pasti ada di sana karena ini adalah upacara pemakaman sahabatnya..” Ailen memundurkan langkahnya. Apa yang dikatakan oleh perempuan itu benar-benar sangat mengejutkan. Tidak, apa yang sebenarnya terjadi? Ethan adalah korban yang meninggal dan Eros masih hidup? Oh Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi di tempat ini? Apa yang dilakukan oleh ayahnya? Apa? *** Aileen menatap Eros yang sedang menangis ketika jenazah Ethan akhirnya dimakamkan. Aileen tidak berani mendekati pria itu. Aileen hanya berdiri sambil menatapnya dari jarak yang cukup jauh. Hujan turun semakin deras seakan alam tahu jika saat ini ada banyak orang yang sedang berduka. Beberapa kali Aileen memukul tangannya sendiri, dia ingin memastikan jika apa yang dia lihat bukanlah ilusi. Eros ada di sana, pemuda itu sedang duduk sambil menatap dengan kosong. Di sampingnya ada Alika yang sedang mengusap bahu pemuda itu. Aileen ingin datang ke sana, Aileen ingin mendekati Eros dan memeluknya. Tapi Aileen merasa takut. Aileen merasa sangat takut. Apa yang terjadi hari ini disebabkan oleh dirinya. Aileen melakukan kesalahan, dan nyawa Ethan harus terenggut. Aileen tidak berani menemui Eros yang sedang berduka saat ini. “Aku tidak mengerti, Adeline.. aku tidak mengerti kenapa Papa melakukan ini kepadaku..” Kata Aileen sambil mengusap air matanya. Aileen merasa sedih karena Ethan harus meninggal, tapi hatinya juga merasa lega karena dia melihat Eros masih hidup. Aileen sangat egois. Dia merasa senang ketika salah satu temannya meninggal. “Apakah kamu tidak ingin datang ke sana? Sepertinya Eros sangat sedih karena kejadian hari ini..” Kata Adeline sambil menatap ke arah Eros yang berada cukup jauh dari hadapan mereka. Aileen menggelengkan kepalanya dengan pelan. Apa yang harus Aileen katakan kepada Eros? Apakah Aileen sanggup mengatakan kalimat penghiburan ketika dia tahu bahwa dialah yang menyebabkan kejadian ini? Tidak, Aileen tidak mungkin datang menemui Eros. Bahkan, Aileen rasa jika lebih baik dia tidak menemui Eros lagi seumur hidupnya. Aileen sudah membuat Ethan meninggal, Aileen tidak ingin melakukan hal yang sama kepada Eros. Aileen tidak ingin kembali menangis karena kehilangan pemuda itu. Rasanya sangat menyakitkan... “Sebaiknya kita pulang, Adeline..” Kata Aileen dengan pelan. Aileen mengusap wajahnya yang sejak tadi dibasahi oleh air hujan. Tubuhnya basah, begitu juga dengan bajunya. Sejak tadi Aileen telah menggigil kedinginan, tapi dia tidak peduli pada dirinya sendiri. “Tidak, sebaiknya kita menemui Eros saat ini. Lihatlah tatapannya, Aileen. Dia tidak menangis, tapi siapapun yang melihatnya pasti tahu kalau dia sedang sangat bersedih..” Kata Adeline sambil menahan langkah Aileen. Aileen menggelengkan kepalanya dengan pelan. Sebaiknya Aileen tidak datang ke sana. Aileen tidak akan sanggup menahan dirinya jika dia melihat Eros yang sedang dalam keadaan kacau seperti itu. “Aku tidak akan pernah menemuinya lagi, Adeline. Ini yang terbaik untuk nyawanya.. Kita harus pulang sekarang..” Kata Aileen sambil kembali melangkahkan kakinya. Aileen menarik napasnya dengan pelan. Aileen sadar, bersama dengan langkah kakinya yang semakin menjauh, kisah cintanya juga semakin hancur. Tidak, Aileen tidak ingin kembali melakukan hal bodoh. Cukup sekali saja dia merasakan kepedihan karena kehilangan Eros, Aileen tidak ingin kembali menangis dengan alasan yang sama. Aileen akan menahan semua ini. Tidak masalah jika dia harus mematahkan hatinya untuk tetap melihat Eros hidup dengan normal. Tidak masalah jika Aileen harus terus kesepian, terus murung dan sendirian asalkan Eros bisa hidup seperti sedia kala. Aileen sudah merenggut sahabat pemuda itu, Aileen tidak ingin merenggut nyawanya juga. “Kenapa kamu pergi begitu saja? Aku melihat Eros menatap ke arah kita, dia mengharapkan kehadiranmu!” Kata Adeline sambil berlari untuk menghentikan Aileen. Aileen berusaha keras untuk tidak menolehkan kepalanya. Tidak, begitu dia melihat tatapan mata Eros, maka Aileen tidak akan mampu bertahan. Aileen pasti akan berlari untuk memeluk pemuda itu. Tapi, Aileen tahu kalau dia tidak bisa melakukan semua itu. Demi menjaga Eros, Aileen harus menjauhi pemuda itu. “Jangan menghentikanku, Adeline. Kita harus pulang. Aku harus menjauhi Eros demi keamanannya..” Kata Aileen dengan suara yang bergetar. Hujan turun semakin deras, petir saling bersahutan dan juga angin yang berhembus dengan kencang. Aileen tahu, bukan hanya tempat ini saja yang mengalami badai. Sejak kemarin malam, hati Aileen dera badai yang begitu ganas. Aileen tidak mampu mengendalikan hatinya, oleh sebab itu.. Aileen harus segera pergi meninggalkan tempat ini. “Apakah kamu sudah gila? Eros ada di belakangmu!” Kata Adeline. Aileen menutup matanya sejenak sebelum kembali berkata, “Kamu akan melihatku lebih gila dari ini ketika kita ada di rumah..” Kata Aileen dengan tenang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN