Pelajaran Pertama

1538 Kata
Sebuah berita tentang kekalahan ki Jago mulai tersebar seantero dunia ilmu kebatinan, malam itu Ki Jago beserta muridnya dikalahkan telak oleh iblis yang tak sengaja menyerang mereka. Bukan hanya kalah, tetapi hal itu membuat Ki Jago dan anak muridnya harus kehilangan kemampuannya. Ki Jenggot Naga selaku guru dari mereka mulai menetralkan semua energi negatif yang bersarang ditubuh Ki Jago beserta anak muridnya itu. "Bagaimana bisa iblis berusia 40 ribu tahun menyerap kesaktian muridku? ini ada yang aneh, selama ini iblis yang paling kuat yang pernah aku hadapi saja tak memiliki kemampuan semacam itu, apa dia iblis yang berbahaya?" ucap Ki Jenggot Naga ketika berhasil menetralkan kembali Ki Jago yang telah terkapar lemas selama tiga hari. "Maaf Ki, saya terlalu sombong malam itu, sehingga dapat dengan mudah dikalahkan oleh iblis itu," ucap Ki Jago yang merasa bersalah karena menerobos masuk tempat persembunyian iblis tanpa meminta ijin Ki Jenggot Naga. "Tidak masalah, tetapi setelah ini, para praktisi ilmu kebatinan pasti akan mendatangiku dan bertanya, tentunya mereka pasti akan datang ke tempat itu lagi untuk mengalahkan iblis yang telah menyerang kalian," ucap Ki Jenggot Naga yang nampak tenang menanggapi kasus tersebut. Masih ada rasa penasaran di hatinya, ia masih tak percaya dengan iblis yang dapat menyerap kemampuan. Lalu ia teringat akan kisah yang diceritakan oleh gurunya dahulu, bahwa suatu saat iblis akan semakin kuat setelah tuannya bangkit kembali. Semenjak saat itu Ki Jenggot Naga menyadari, apakah sebenarnya raja mereka telah bangkit. Jika memang benar seperti itu, sepertinya organisasi hitam sudah mulai bergerak untuk melawan mereka yang menolak ilmu hitam sebagai ilmu murni. "Sepertinya aku harus menggunakan Khodamku untuk menyelidiki ini semua," ucap Ki Jenggot Naga yang saat ini tengah terduduk. Satu makhluk muncul dari sebuah asap hitam di hadapan Ki Jenggot Naga, sudah dipastikan itu adalah Khodam yang di miliki oleh Ki Jenggot Naga. Berkepala Burung dan memiliki perawakan seperti manusia, tangannya terlihat kekar dengan bulu-bulu halus layaknya burung, serta cakarnya yang cukup tajam membuat Khodam itu terlihat elegan. "Ada apa kau sampai memanggilku? apakah kau tak sanggup melawan musuhmu kali ini?" ucap makhluk itu yang nampak gagah berdiri. "Garuda, aku ingin kau mencari informasi mengenai iblis yang baru saja mengalahkan muridku, aku penasaran mengapa iblis itu dapat menyerap kemampuan seseorang," ucap Ki Jenggot Naga dan memerintahkan Khodam miliknya untuk menyelidiki iblis itu. "Oh, baiklah aku akan melaksanakannya," ucap Garuda lalu menghilang bersamaan asap hitam yang menyelimuti dirinya. Pagi ini Varis tak melihat Gwaimol bersama Jin wanita itu, nampaknya Gwaimol pergi ke suatu tempat. Ia kemudian bersiap untuk mencari pekerjaan lagi, keuangan semakin menipis, di tambah lagi ia hanya lulusan SMA yang sulit mendapatkan pekerjaan. Ketika ia telah bersiap dan membuka pintu rumahnya, ia dibuat terkejut karena di hadapannya telah berdiri Jessica membawa sebuah koper besar. "Eh? Kau? apa yang kau lakukan di depan rumahku? oh ya aku lupa siapa namamu?" ucap Varis yang masih terkejut melihat Jessica tiba-tiba di depan rumahnya. "Maafkan aku guru, karena tidak sopan dan mengganggu dirimu, aku tak bermaksud seperti itu, tetapi mulai hari ini aku akan tinggal bersamamu dan mengabdikan diriku untuk memasak," ucap Jessica membungkukkan tubuhnya ke hadapan Varis. "Oh benar, aku lupa jika dia kemarin ingin belajar memasak dariku. Tetapi tidak tinggal di rumahku juga kan, eh sebenarnya ini kan bukan rumahku hahaha," gumam Varis sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu. Tiba-tiba Jessica langsung masuk dan menaruh kopernya itu di atas sofa, ia terkagum-kagum melihat isi rumah itu yang sangat rapi, mewah dan indah. Ia seperti memasuki sebuah Kastil kerajaan. "Wah, rumah ini sangat elegan, ternyata tuan Varis ini sangat luar biasa, di samping masakannya yang lezat, ternyata dia pun memiliki jiwa seni yang kuat," ujarnya sembari mengedarkan pandangan ke sana kemari mengagumi keindahan setiap sudut rumah itu. Varis yang tak dapat berbuat apa-apa hanya bisa pasrah melihat Jessica yang masuk tanpa seijinnya. "Untunglah kau wanita, jika tidak, aku pasti mengusirmu. Memasuki rumah seseorang tanpa ijin itu adalah sebuah kesalahan yang besar, walaupun sebenarnya ini bukan rumahku, sih," ucap Varis yang kemudian mendekati Jessica untuk menasihatinya. "Maafkan aku guru, aku tak berniat melakukan ini, aku akan tebus semua kesalahanku," ucapnya lalu berlutut di hadapan Varis. "Eh? hei cepat bangun, itu tidak baik." Varis membantu Jessica berdiri karena ia tak nyaman melihat Jessica yang berlutut di hadapannya. Akhirnya hari ini Jessica mendapatkan pelajaran pertamanya dari Varis, walaupun terlihat seperti dimanfaatkan, tetapi Jessica merasa bahagia. "Aku ingin jalan-jalan keluar terlebih dahulu, sekarang aku akan memberitahumu cara memasak, ah ia tapi aku tak memiliki peralatan memasak dan bahan-bahan memasak," ucap Varis yang kini sedang berdiri di dapur. "Tenang saja guru, aku sudah mempersiapkan semuanya," ucap Jessica sembari mengeluarkan alat-alat memasak dan bahan-bahan memasak. "Hei! bagaimana bisa kau membawa peralatan sebanyak itu dalam kopermu?" Varis terkejut karena Jessica mengeluarkan semua alat dan bahan memasaknya dari sebuah koper. "Apa aku salah lagi? maafkan aku guru, aku akan menuruti semua perintahmu, tetapi ini adalah teknologi terbaru," ucap Jessica yang tiba-tiba berlutut kembali meminta maaf. "Sudahlah lupakan saja, cepat berdiri aku akan ajarkan kau memasak Tempe," ucap Varis yang sebenarnya kebingungan harus mengajarkan apa kepada Jessica. "Sial, sebenarnya aku sangat bingung dengan apa yang harus aku ajarkan, tetapi anak ini membayarku, mau tak mau aku harus mengajarinya, dan yang terpenting dia memiliki sebuah kelebihan yang sangat aku idamkan, ya benar, tubuhnya yang sangat indah," gumam Varis sembari berkhayal tentang tubuh Jessica. "Maaf guru? apa kau baik-baik saja?" tegur Jessica. "Oh maaf, tapi lupakan saja, aku akan mencontohkan ini," ucap Varis. Ia mulai mengambil bahan masakan yang dibawa Jessica, sekilas semua yang dilakukan oleh Varis biasa saja, seperti kebanyakan orang memasak pada umumnya, tetapi Jessica melihat itu sebagai suatu gerakan yang harus selalu ia catat, Jessica benar-benar memperhatikan gerakan Varis begitu detail. Bahkan ia memperhatikan cara Varis memotong dan memasukkan tempe yang ia goreng. Gerakan biasa itu terlihat seperti gerakan yang sangat sakral bagi Jessica. "T-ara, selesai, ini adalah tempe yang digoreng dengan rasa cinta, semua yang terkandung di dalamnya membuatmu lupa akan sakitnya kepedihan di dunia ini," ucap Varis menunjukkan hasik masakannya itu. Jessica benar-benar terlihat takjub, harum yang dikeluarkan tempe itu terasa berbeda. Matanya berbinar kala melihat tempe yang disusun rapi di atas piring oleh Varis.  "Tempe ini? aroma harum yang belum pernah aku cium sebelumnya, apakah ini benar-benar makanan yang dibuat oleh manusia?" ucap Jessica yang kemudian mulai mencicipi tempe itu yang tak sadar telah ia habiskan seluruhnya. "Wah kau menghabiskan semua tempe ini satu piring sendirian," ucap Varis kepada Jessica. "Guru, apa yang sebenarnya kau sembunyikan? Bagaimana bisa kau membuat makanan seperti ini? semua yang kau lakukan aku perhatikan dan aku catat, dan semua terlihat biasa saja tak ada satu pun yang spesial dari masakan ini? bagaimana kau bisa membuat tempe seenak ini?" ucap Jessica sedikit merasa kesal, karena ia tak menemukan resep rahasia apapun ketika Varis memasak. "Eh? kau terlihat marah, tapi memang seperti itu caraku memasak, semua yang kau lakukan dengan cinta, akan terasa luar biasa," ucap Varis lalu meninggalkan Jessica untuk pergi berjalan-jalan sebentar. Jessica masih menatap semua bahan masakan yang ada di depannya, semua yang ia catat barusan ia lakukan. Jessica mulai memasak seperti yang dilakukan oleh Varis di sana, sementara Varis pergi keluar untuk sekedar melegakan pikirannya. "Apa tidak apa-apa aku meninggalkan dia di sana? lagipula kenapa dia tiba-tiba ada di rumah itu, padahal aku sudah melarangnya," ucap Varis yang kini tengah terduduk menikmati minuman yang baru saja ia pesan di salah satu cafe di sekitaran sana. "Tetapi ada untungnya juga, aku jadi mempunyai uang sekarang." Seseorang nampak keluar dari toko itu yang tak lain adalah temannya ketika bekerja di kantor. "Wah, siapa ini? hei apa yang kau lakukan? bagaimana dengan idolamu Lisa blackpink?" ucap seorang laki-laki yang berpakaian rapi memakai dasi. "Eh? sedang apa kau di sini? apa si gendut itu tidak memarahimu? bukankah seharusnya kau bekerja?" tanya Varis yang terkejut dengan kehadiran teman sekantornya dulu. "Semenjak kau dikeluarkan, sekarang aku sering berjalan keluar, tetapi bersama si bos," ucap pria itu sembari melemparkan senyum. Kemudian seorang pria gendut keluar dari sana yang tak lain adalah mantan bosa Varis, ia kemudian menghampiri Varis dan sedikit meledek Varis. "Oh ada Varis ya? bagaimana kehidupanmu? apa kau sudah menjadi gelandangan sekarang? aku yakin, setelah kau keluar dari kantorku kau akan kesulitan, aku sudah mengingatkanmu tentang hal itu kan, itulah akibatnya jika kau tak mematuhi perintahku," ucap pria gendut itu dengan nada ledekannya seakan Varis menyesal karena tak menurutinya saat masih bekerja. Lalu pria itu pergi meninggalkan Varis bersama teman Varis yang baru saja menyapanya. Sepertinya temannya itu menjadi asisten pribadi mantan bosnya saat ini. "Sial, apa-apaan orang ini, padahal aku bersyukur sudah tak bekerja bersamanya lagi, lagipula aku sekarang memiliki seorang murid, awas saja kau pria gendut, aku akan mempermalukanmu suatu saat," ucap Varis yang kesal dengan ucapan mantan bosnya itu. Di tempat lain, di dalam sebuah aula yang luas serta memiliki tiang tiang tinggi dan besar menopang atap aula itu, seseorang nampak berjalan mendekati seorang lainnya yang tengah terduduk di sebuah singgasana emas. Di samping orang itu terdapat ratusan orang berjubah hitam yang masing-masing dari mereka memegangi sebuah lilin. Aula yang gelap itu hanya di terangi cahaya lilin dan tidak terlalu terang. "Hormat pada tuanku," orang itu berlutut di hadapan seorang yang tengah terduduk di singgasananya. "Ifrid meminta kita untuk mencari keluarga Vincent. Tetapi satu pun dari kami tak ada yang mengetahui siapa itu Vincent yang mulia," ucap orang yang juga memakai jubah hitam. Dari suaranya sepertinya ia adalah pria yang sebelumnya membebaskan Ifrid dari segel. "Vincent ya? sudah kuduga, Ifrid pasti menanyakan tentang Vincent." Tatapan mata bercahaya dari orang yang tengah duduk itu terlihat menyeramkan, nampaknya ia mengetahui sesuatu tentang Vincent.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN