Zombie 27 - New City
Sudah hampir seharian mereka berjalan ke arah Utara. Akhirnya sampai juga di kota baru, beranama Hellena. Kota yang dulunya terkenal sebagai pembuat roti yang sangat enak. Roti yang di hasilkan kota Hellena sangat tebal dan enak rasanya. Rotinya pun tersebar ke seluruh penjuru dunia.
Namun, sekarang kota ini tidak beda jauh dengan kota Troxbo. Sudah hancur seperti kapal pecah. Bahkan banyak kobaran api di mana-mana. Sepertinya belum lama ini telah terjadi sesuatu yang besar. Mungkin perang antara zombie dan manusia. Banyak sekali mayat para zombie yang bertebaran. Sepertinya untuk kota Hellena tidak akan ada harapan untuk bisa tinggal di sini, tapi Xavier ingin memastikan sendiri. Apa di kota Hellena masih ada pasokan listrik. Jika masih ada, mungkin mereka akan coba mencari laboratorium atau rumah sakit yang mungkin bisa di gunakan untuk penelitian.
"Gue periksa gardu listrik yang di sana dulu. Kasih gue tanda kalau ada zombie yang mendekati gue. Jangan tembak dulu kalau tidak terdesak sama sekali. Merngeri?" Perintah Xavier. Dia langsung turun dari mobil menuju gardu listrik di ujung persimpangan.
"Adik elo selain ilmuan teknisi listrik juga ya? Gue enggak yakin dia bisa memeriksa listrik," sindir Gerland.
"Dia pintar dalam segala hal. Dia selalu belajar apapun yang belum dia bisa. Bahkan belajar menggunakan senjata saja dia sangat cepat," ucap Mark jujur tanpa kebohongan. Xavier memang seperti itu orangnya. Selalu ingin mempelajari apapun yang belum dia bisa. Bahkan ilmu kedokteran juga Xavier pernah belajar dari rekan kerja Jimmy. Setidaknya Xavier bisa belajar mengobati luka ringan. Baik untuk dirinya sendiri atau bagi orang yang berada di sekitarnya. Xavier tidak mau karena ke tidak bisaannya membuat dirinya tampak bodoh. Maka dari itu, Xavier harus bisa.
Xavier memang jenius. Banyak orang yang menyama-nyamakan dirinya dengan Jimmy. Dan Xavier tidak menyukai hal itu. Xavier seakan tenar di bawah nama Jimmy Thomson. Jadi ia akan membuktikan kalau Xavier lebih hebat dari Jimmy Thomson. Entahlah dua tahun kehilangan sosok seorang ayah. Membuat hatinya sangat sepi. Xaveir akui Jimmy adalah guru terbaik dalam hidupnya. Jimmy tidak pernah pelit soal ilmu yang pernah ia dapatkan. Jimmy selalu mengajarkan apapun yang Jimmy bisa. Maka saat mendengarkan Jimmy meninggal dalam kecelakaan. Hati Xavier terasa hancur. Ia akan kehilangan panutan dalam hidupnya. Apalagi saat Xaveir tahu, ada yang janggal dalam kematian Jimmy.
Mark di temukan dalam kondisi yang baik-baik saja. Hanya terkena goresan kecil di keningnya. Mark pingsan karena shock. Namun, Jimmy di temukan di bangku penumpang. Di samping Mark dengan kondisi yang begitu parah. Seperti di sengaja Mark menghantam tembok gedung itu. Karena hanya bagian mobil di posisi Jimmy saja yang rusak parah. Sampai setahun ini, fakta yang tersembunyi belum juga terungkap. Karena Mark tetap bungkam, ia tidak sedikitpun membahas kronologi saat kecelakaan terjadi.
Xavier sampai di depan gardu di ujung persimpangan. Ia mencoba mengetes apa masih ada listrik di sekitar sini. Xavier pernah melakukan hal ini bersama Jimmy. Saat melakukan percobaan di laboratorium. Saat itu mereka sedang melakukan percobaan. Mereka membutuhkan listrik yang sangat besar. Namun, tiba-tiba listrik padam. Percobaan yang di lakukan oleh mereka akan gagal sia-sia, jika listrik tidak berfungsi. Dengan sigap Jimmy mencari jenzet untuk pengganti pasokan listrik penelitiannya.
"Coba kamu perhatikan ini. Kamu bisa mengetahui, apa benda yang kamu cari itu masih ada listrik atau tidak. Kamu bisa melakukannya pada jenzet atau gardu listrik, coba perhatikan ini," Jimmy mengajarkan Xavier untuk menentukan adanya listirk atau tidak. Dengan alat-alat seadanya. Jimmy terus memberikan arahan dan...
"Lihatlah, kita bisa menggunakan ini untuk pasokan listrik sementara. Sampai listrik kembali menyala. Ayo bawa ke laboratorium," ujar Jimmy. Tidak heran banyak orang yang menyukai Jimmy. Karena ia selalu tenang dalam menghadapi situasi. Kalau orang lain yang berada di posisi Jimmy mungkin akan panik. Karena listrik terputus saat melakukan penelitian, tapi tidak dengan Jimmy. Ia tetap berusaha. Meskipun hasilnya belum pasti. Namun, dia tidak akan menyerah begitu saja. Karena ia yakin di balik kesulitan pasti ada jalan keluarnya.
Xavier kembali mengecek gardu listriknya. Ia mengingat-ingat kembali apa yang sudah di ajarkan oleh Jimmy. Namun, ternyata sudah tidak ada pasokan listrik di dalam gardu listrik itu. Mungkin akibat ledakan yang telah terjadi di kota ini. Hal itu membuat listrik menjadi padam.
"Xavier, Zombie!" Teriak Mark.
Xaveir langsung melihat kesekitarnya. Ada empat Zombie yang mendekatinya. Mark dan Gerland turun dari mobil ia harus membantu Xavier. Mark dan Gerland berlari ke arah Xaveir berada. Xavier langsung menikam kepala zombie itu dengan belati. Gerland juga menikam satu zombie. Satu zombie lagi berhasil Xavier atasi. Dan satu Zombie lagi mengincar Mark. Dia masih seperti orang bodoh, Mark hanya menodongkan pistol ke arah kepala Zombie tanpa menembaknya. Tangannya bergetar hebat, sepertinya ia tidak mampu membunuh Zombie itu. Dengan cepat Gerland menikam kepala zombie itu.
"Tembak bodoh! Zombie enggak akan takut dengan hanya elo menodongkan senjata elo!" Bentak Gerland.
Mark malah terduduk dan melepaskan pistol yang di pakai untuk menodong kepala Zombie.
"Elo hampir saja jadi zombie. Gue kira elo akan sehebat adik elo. Ternyata elo cuma pengecut!" Ejek Gerland.
Mark melihat kearah Gerland. Ia tidak terima dihina seperti itu oleh orang baru. Mark menonjok pipi kiri Gerland. Dan Gerland membalasnya, mereka saling merasakan tojokan. Xavier mencoba melerai mereka. Namun, mereka terlalu kuat. Sampai-sampai Xaveir kena tonjok Mark. Tidak ada cara lain, Xavier melepaskan tembakan ke udara. Mereka berdua langsung melirik ke arah Xaveir. Berhasil bukan?
"Hentikan! Bukan saatnya kalian bertengkar. Orang-orang di terowongan bawah tanah, menggantungkan harapan yang besar pada kita. Dan elo berdua malah bertengkar. Mark! Elo memang pengecut, seharusnya elo bisa melindungi diri sendiri. Bukannya elo yang meminta ke gue untuk ikut. Kalau elo seperti ini terus. Elo bakalan jadi penghambat perjalanan kita. Jadi sadarlah! Zombie bukan manusia. Benar kata Gerland, zombie enggak akan takut ketika elo menodongkan senjata di depan kepalanya. Elo harus tembak, atau tikam kepalanya," tukas Xavier. Ia menunduk memegang kepalanya yang sedikit pusing. Seharusnya Xaveir tidak mengajak Mark dulu. Karena ini betul-betul akan menghambat perjalanan mereka.
"Zombie! Kawanan Zombie!" Ucap Gerland.
"Ayo kita kembali ke mobil!" Perintah Xavier. Para kawanan Zombie itu pasti terpancing bunyi dari tembakan Xavier. Kalau Xavier tidak melakukan hal itu. Mungkin Gerland dan Mark tidak akan berhenti berkelahi. Xaveir melihat Mark yang masih terpaku di tempatnya. Xaveir yang sudah berada di dalam mobil, terpaksa keluar kembali untuk menyeret Mark yang masih mematung.
"Sadarlah Mark! Elo mau mati di sini!" Bentaknya. Xavier menarik Mark menuju mobil. Gerland sudah bersiap di posisi stir. Xavier mendorong Mark masuk ke kursi belakang. Xavier harus mengatasi para zombie yang mulai mendekati mobilnya. Ia menembaki beberapa Zombie yang ada di depannya. Gerland juga menembaki zombie yang ada di depan mobil.
"Ayo Xavier kita pergi!" Teriak Gerland. Xaveir pun masuk kedalam mobil. Gerland langsung menjalankan mobilnya dengan cepat. Dia menabrak beberapa Zombie yang menghalangi jalannya.
Sepertinya memang sudah tidak ada harapan lagi di kota Hellena. Karena dulunya memang mereka fokus pada pabrik roti. Mungkin tidak ada rumah sakit besar yang bisa di jadikan sebagai tempat penelitian. Tadi Xavier memperhatikan sepanjang jalan. Hanya ada beberapa dokter praktek di rumah dan klinik saja. Tidak ada rumah sakit besar. Karena kalau klinik percuma saja. Tidak akan cukup untuk menampung banyak orang. Dan juga alat-alat yang di butuhkan tidak akan lengkap. Sepertinya mereka harus mencari kota lain. Yang bisa cocok dengan apa yang mereka inginkan.
Mark masih mematung dalam posisinya. Dia benar-benar seperti orang bodoh. Kalau orang lain, Xavier sudah membuangnya dari tadi. Karena itu hanya menghambat mereka saja. Sayangnya, Xavier tidak seperti itu. Meskipun Mark bilang kalau dia bukan kakak kandungnya. Namun, tumbuh bersama seumur hidup Xavier. Tidak bisa melupakan semua itu. Darah memang lebih kental dari pada air. Namun, hal itu tidak bisa mngehapuskan kenangan bersama Mark. Mark yang selalu menemani Xavier kecil saat Jimmy sibuk bekerja. Apalagi setelah Chintya meninggal. Mark yang selalu menjaga Xavier kecil. Tentunya hal itu tidak akan pernah bisa dilupakan. Biarpun tidak ada ikatan darah sama sekali. Namun, ikatan batin mereka dan rasa sayang mereka terlalu besar untuk di abaikan begitu saja.
Mark hanya butuh waktu, untuk bisa bangkit dari semua masalah yang melanda sebelum wabah ini terjadi. Banyak hal yang Mark simpan sendirian. Tentang kenyataan bahwa dia bukan anak Jimmy saja sudah membuatnya pusing. Di tambah teka teki fakta tersembunyi di balik kematian Jimmy Thomson. Mark betul-betul sangat frustasi. Xavier tidak akan menekannya lagi. Suatu saat, jika Mark sudah siap. Dia pasti akan menceritakan, apa yang terjadi sebetulnya. Xavier hanya perlu bersabar sampai waktunya tiba. Karena memaksa bukan solusi terbaik dari masalah ini. Hanya waktu yang bisa menjawabnya. Mark juga perlu memulihkan lukanya. Perlahan ia harus bangkit, karena hidup terus berjalan.