Zombie 2 - Strange Disease
Penelitian yang di lakukan oleh Xavier berhasil keduanya. Formulasi itu dan laporan hasil penelitian di berikan kepada profesor Felix untuk di teruskan ke pabrik obat. Apakah akan di produksi atau tidak. Karena kalau produksi skala besar tentunya perlu rumusan dan takaran yang besar juga.
Xavier selalu senang bekerja dengan profesor Felix. Selama menjadi asisten profesor Felix, Xavier selalu mendapatkan ilmu baru. Profesor Felix sangat teliti dalam menciptakan formulasi untuk pengobatan. Walaupun hasilnya sudah sembilan puluh sembilan persen berhasil. Namun, ia tetap mempertimbangkan formulasi yang ia buat. Karena setiap formulasi memiliki efek samping yang belum di ketahui. Nah, itulah yang selalu profesor Felix pikirkan. Berhasil dalam objek percobaan, belum tentu berhasil pada manusia. Karena cara genetika hewan dan manusia juga berbeda.
Jadi setiap hasil yang berhasil di uji cobakan. Profesor Felix tidak langsung memproduksinya dengan skala besar. Profesor Felix akan menguji coba lagi pada rumah sakit Internasional Troxbo. Yang khusus menerima obat baru untuk penelitian penyakit langka.
"Kabar buruk! Satu jam yang lalu ada penyakit aneh menyerang. Entah di sebabkan oleh virus entah apa. Gejalanya kejang-kejang lalu tidak sadarkan diri. Korbannya masih sedikit sih, polisi sedang mencari tahu apa itu menular atau tidak," lapor Suzan.
"Ya saya sudah melihat kabarnya melalui internet. Suzan tolong ambil sampel darah mereka yang terkena penyakit aneh itu. Untuk di uji di sini, saya akan membuat formulasi untuk penawar penyakit itu," perintah profesor Felix.
Suzan juga bagian dari tim penelitian yang bertugas melaporkan situasi dan kondisi di luar. Keahliannya dalam mengawasi membuat nilai yang bagus di mata profesor Felix. Informasi yang Suzan dapatkan selalu akurat sesuai fakta. Namun, sayangnya sekarang ia sedang hamil. Setelah melahirkan nanti, katanya Suzan akan berhenti dari pekerjaannya. Ia akan lebih fokus pada anak dan suaminya. Profesor Felix sangat menyangkan hal itu, tapi mau bagaimana lagi. Itu semua sudah menjadi keputusan Suzan.
"Baik, profesor!" Suzan bergegas menuju tim yang bisa mengambil sampel darah ke rumah sakit. Suzan harus segera memerintahkan mereka untuk mengambil sampel darah dari korban. Semoga saja profesor Felix menemukan penawar dari penyakit langka yang baru saja terjadi.
"Xavier! Tolong ambil alih formulasi yang saya tugaskan pada Mark. Tambahkan chemical formulasi 37. Berikan tiga CC tiap jamnya," perintah profesor Felix lagi.
"Loh kenapa penelitiannya di berikan pada Xavier, prof?" Tanya Mark aneh.
"Dari kemarin kamu gagal bukan? Sampai saat ini saya belum melihat hasil dan laporan dari kamu. Saya butuh cepat vaksin itu," sahut profesor Felix mempertegas apa yang dia inginkan.
Mark sedikit kecewa dengan tindakan profesor Felix. Harusnya profesor Felix bisa sedikit bersabar menunggu hasil dari penelitian Mark. Kalau seperti ini, jadinya menimbulkan sifat iri di hati Mark pada Xavier.
Tanpa basa-basi Xavier langsung mengambil alih penelitian yang di lakukan Mark kemarin. Ia membawa chemical formulasi 37 dan prosedur pembuatan dari laboratorium Mark. Sebelum mengerjakannya. Xavier mendiskusikan dulu dengan profesor Felix. Agar tidak terjadi kesalahan. Baru kali ini Mark gagal dalam melakukan penelitian. Sejak kemarin memang Mark terlihat sangat gelisah. Karena serangan panik mulai menyerangnya lagi. Mark sudah menduga, ia akan terus gagal kalau panik mulai menyerang lagi. Jadi tidak sepantasnya juga Mark iri pada Xavier.
"Ini, formulasi baru. Kamu kerjakan dengan cepat. Jangan sampai melakukan kesalahan lagi," ucap profesor Felix sambil menyerahkan formulasi barunya. Syukurlah ternyata profesor Felix tidak sungguh-sungguh marah pada Mark. Dia malah memberikan formulasi baru. Enggak jadi iri deh sama Xavier.
Mark ambil ini semua sebagai pelajaran saja. Agar ia lebih konsentrasi lagi dalam meneliti. Agar hasilnya cepat dan langsung di laporkan pada profesor Felix.
"Baik, prof. Terimakasih." Mark langsung mengambil bahan di gudang penyimpanan. Kali ini Mark harus berhasil dalam penelitiannya agar tidak mengecewakan profesor Felix lagi.
*************
Zaman semakin berkembang akan banyak hal yang terjadi. Akan menjadi lebih baik atau bahkan menjadi buruk. Tentunya semua menginginkan kemajuan yang sangat bagus di zaman yang semakin berkembang. Namun, entah kenapa di kota Troxbo selalu saja timbul penyakit langka yang membuat orang menjadi panik dan takut. Meskipun sudah ada tim peneliti profesor Felix. Tetap saja mereka harus menunggu penawaran itu. Mereka harus menguji coba dulu. Dan selama itu, mereka juga harus menderita dulu.
Di dalam laboratorium profesor Felix berpikir keras, bagaimana ia bisa menciptakan formulasi baru untuk penawar penyakit langka yang baru. Ia harus menciptakan lagi chemical yang aman untuk tubuh manusia. Rasanya ia perlu berbagi ilmu tentang peracikan chemical itu. Karena selama ini yang tahu ramuan chemical itu hanya dirinya sendiri. Entah kenapa yang ada di otak profesor Felix, nama Xavier yang terbesit. Bukan Mark yang lebih lama bekerja dengannya.
Profesor Felix segera memanggil Xavier. Karena ia yakin, Xavier lebih berkompeten dan lebih teliti dibandingkan dengan Mark.
"Bantu saya untuk menciptakan chemical. Apa kamu bersedia?" Tanya profesor Felix.
"Chemical? Bukannya hanya profesor yang boleh membuatnya? Kalau profesor percaya pada saya. Tentu saya mau," jawab Xavier tanpa ragu. Xavier tidak akan melewatkan kesempatan emas ini. Karena kesempatan tidak datang dua kali. Kalau kesempatan ini ia tolak. Bisa saja di lain waktu tidak mempunyai kesempatan lagi.
"Bagus, saya ajarkan cara mencampur dan bahan saja untuk membuat chemical. Untuk pekerjaan ini, saya mohon rahasiakan pada yang lainnya. Terutama pada kakak kamu, saya tidak mau menibulkan kecemburuan di sini," pinta profesor Felix.
"Baik, prof! Laksanakan!" Xavier menghormat ala prajurit perang. Entah kenapa Xavier merasa sangat nyaman berada dekat dengan profesor Felix. Sikap dan perilaku profesor Felix mengingatkan pada mendiang ayahnya, Jimmy Thomson. Mungkin karena mereka berdua saling bersahabat. Jadi sikap dan tingkah lakunya tidak berbeda jauh.
"H2SO4 memang berbahaya jika penggunaan skala besar. Namun, jika kita tahu takaran dan cara membuatnya itu akan menjadi obat. Hanya saja kita perlu hati-hati dalam pencampurannya antara chemical dengan ekstrak yang akan kita masukan. Apalagi kalau H2SO4 nya sangat pekat. Kalau tumpah akan membakar kulit kamu," jelas profesor Felix.
Ternyata dugaan Xavier benar. Kemarin formulasi yang di berikan oleh profesor Felix mengandung H2SO4. Tentunya profesor Felix juga mempertimbangkan zat yang ia campurkan. Agar aman untuk manusia, karena tidak semua zat bisa masuk ke dalam tubuh manusia.
Profesor Felix terus memberikan ilmu yang ia dapat selama ini pada Xavier. Dari anaknya Jimmy, memang Xavier yang lebih menonjol kepintarannya. Semenjak masuk semester pertama di universitas Flaxion. Xavier sudah sangat jenius, malah melebihi Mark. Mereka memang dari DNA yang sama. Namun, tentu saja tidak akan sepenuhnya sama. Karena manusia yang kembar indentik pun tidak akan sepenuhnya sama.