Zombie 20 - Sad Story

1072 Kata
Zombie 20 - Sad Story Semua manusia pasti mempunyai kisa hidupnya masing-masing. Ada yang berakhir bahagia. Ada juga yang berakhir sedih. Namun, apapun itu pasti semuanya akan bergulir silih berganti. Sedih dan bahagia akan berdatangan secara bergantian. "Gue enggak nyangka aja Jess, semuanya akan berubah kayak gini. Padahal awalnya gue membayangkan. Mungkin setelah menikah, gue akan hidup bahagia bersama suami gue. Gue enggak akan sedih lagi, tapi apa sekarang? Para zombie menyerang pesta pernikahan gue, memakan siapa saja yang ada di sana. Gue melihat sendiri mereka mencabik-cabik tubuh Antony, Jess. Benar-benar cerita yang sangat menyedihkan," cerita Layla panjang lebar. Setelah berbicara dengan Mark. Layla memanggil Jessica ke tendanya. Ternyata Layla ingin curhat pada Jessica. Waktu itu Jessica menemukan Layla, masih menggunakan gaun pengantin yang sangat kacau. Layla kabur dari pesta pernikahannya. Karena takut pada para monster pengigit itu. Kondisinya sangat kacau, sampai-sampai saat tiba di terowongan bawah tanah. Layla bahkan tidak bersuara selama satu Minggu. Layla hanya melamun saja. Melamun, menangis, marah, itulah yang di rasakan Layla. Ia berharap semua yang terjadi sekarang adalah mimpi buruknya. Berharap terbangun dan bisa kembali memeluk Antony. Jessica tidak pernah mengenal Layla sebelumnya. Mereka saling kenal saat wabah ini terjadi begitu saja. Layla memang mempunyai cerita hidup yang menyedihkan. Sebelum bertemu Antony, Layla harus mendapati kabar. Kalau mobil yang di kendarai orang tuanya mengalami kecelakaan. Hal itu menewaskan kedua orang tuanya. Entah itu murni kecelakaan atau hanya sabotase. Namun, kakaknya Layla tidak mau memperpanjang penyelidikan lagi. Biarlah orang tuanya tenang di surga sana. Setelah ayah dan ibunya di makamkan. Layla tinggal bersama kakaknya. Bukan kebahagiaan yang Layla dapatkan, tapi siksaan yang Layla dapatkan. Layla di jadikan pembantu oleh kakak iparnya. Setiap hari harus berkerja keras. Membersihkan rumah, kebun bahkan memasak dan mencuci. Rasanya hidup yang dijalani Layla sangat berat. Seakan kesialan datang secara bertubi-tubi. Layla melakukan itu dengan terpaksa. Bagaimana lagi, kini Layla sebatang kara. Tempat berteduh dan tempat bernaung hanyalah kakaknya, malah saat kakaknya tahu ia dijadikan pembantu. Tidak sedikitpun kakaknya memarahi suaminya. Niat busukpun mulai tercium. Malam itu, Layla baru akan tidur malam. Kakak iparnya masuk menyelinap kamarnya. Kakak iparnya seperti orang kesetanan. Sepertinya ia mau memperkosa Layla. Untung saja Layla berhasil kabur dari rumah kakaknya dengan keadaan kacau. Layla terkatung-katung di jalanan. Hujan deras mulai turun membasahi bumi. Lengkaplah semua penderita yang di alami oleh Layla. Matanya mulai remang-remang dan akhirnya Layla terjatuh pingsan. "Saat itulah Antony nolongin gue, Jess. Dia seperti malaikat penyelamat dalam hidup gue. Bukan cuma tempat berteduh yang dia kasih. Dia juga ngasih cinta dan kebahagiaaan dalam hidup gue. Karena enggak mau lama-lama menjadi gunjingan orang. Akhirnya Antony melamar gue. Kita sepakat untuk mempercepat pernikahan kita. Entah kenapa waktu itu gue perasaannya enggak enak. Dan ternyata ini lah yang terjadi," Layla menangis di depan Jessica dengan tersedu-sedu. Berat memang hidupnya. Setelah mengalami semua itu. Layla masih harus bertahan hidup dari para monster pengigit itu di luar sana. Untunglah Layla sekarang sudah mau terbuka pada Jessica. Tidak banyak orang yang bersedia untuk menceritakan kisah pahit dalam hidupnya. Layla mungkin sudah sangat penat untuk menyimpannya sendiri. Jessica memeluk Layla. Jessica measakan tubuh Layla yang bergetar hebat. Sungguh pukulan berat bagi Layla. "Elo harus kuat La. Kita di sini bersama-sama. Kita harus percaya, keajaiban itu ada. Dan gue yakin tim profesor Felix akan menemukan vaksin dari wabah ini. Elo selalu berdo'a saja. Semoga zombienya Antony tidak ada yang membunuhnya. Sama kayak gue berharap, semoga zombienya keluarga gue. Tidak ada yang membunuh," hanya itu yang bisa Jessica harapkan. Saat ini mereka harus saling menguatkan. Hanya itu cara ampun untuk tetap bertahan hidup. Satu persatu anggota kelompok Jessica mulai bercerita tentang kehidupannya. Karena memang kebanyakan perempuan di kelompoknya. Tidak lebih kisah ya tentang suami atau pacarnya. Mungkin hanya kisah Tim profesor Felix saja yang belum Jessica dengarkan. Jessica tidak memaksa anggota kelompoknya untuk menceritakan kisah hidupnya. Namun, mereka dengan sendirinya menceritakan kisah hidupnya. "Jess, tolong ajarin gue buat tetap bertahan hidup ya. Gue enggak mau jadi beban kalian. Gue juga enggak mau hidup gue berakhir sedih terus. Gue pengen bisa melindungi diri gue sendiri. Gue tahu, di luar sana akan lebih kejam dari pada di sini. Setidaknya, kalau kita tidak bersama lagi. Gue bisa menindungi diri kita dari para zombie yang ganas itu," pinta Layla. Jessica melepaskan pelukannya dari Layla. "Siap La, gue dan Xavier akan berusaha supaya kalian bisa melindungi diri kalian masing-masing. Gue harap elo juga tetap fokus pada tujuan awal elo. Biar kita sama-sama maju. Cepat atau lambat terowongan ini pasti tidak akan aman lagi," balas Jessica. Menjadi pemimpin disuatu kelompok. Perlu saling menguatkan. Jessica juga tidak bermaksud untuk menjadi pemimpin dari kelompoknya. Entah kenapa semua itu terbentuk begitu saja. Bahkan mereka selalu menujuk Jessica untuk maju paling depan. Jessica sampai berpikir, apa sebaiknya Xavier atau profesor Felix saja yang menjadi pemimpin. Jessica lebih baik mengikuti saran dari pemimpin. Karena Jessica tidak terlalu pandai dalam mengatur strategi. ************** "Kalian harus tetap fokus pada target. Bidik target dengan benar. Ingat tembak kepalanya agar mereka mati dan tidak mengigit kita. Tetap waspada dan tetap fokus!" Xavier memberikan instruksi di pertemuan keduanya latihan menembak. Xavier dan Jessica secara bergantian mengawasi anggota kelompoknya saat latihan menembak. Mereka harus belajar dengan cepat. Cepat atau lambat mereka harus secara bergantian keluar. Untuk mencari persediaan makanan. "Perkembangan mereka sudah mulai bagus. Setelah ini, kita ajarkan cara menggunakan benda tajam. Untuk menikam kepala zombie. Karena kita juga tidak selalu menggunakan pistol. Kita harus menghemat amunisi. Menggunakan pistol hanyalah disaat waktu yang sangat terdesak," usul Xavier. "Gue ikut aja deh. Hari ini kita harus keluar lagi kan untuk mencari apa yang bisa kita bawa. Menurut lo, apa mini market bapak itu yang di kepung kawanan Zombie. Sudah bersih dari Zombie?" Tanya Jessica. "Kita akan coba kesana, jika kawanan Zombie masih berkerumun di sana. Kita jangan memaksakan diri untuk tetap ke sana. Jangan ambil resiko. Mungkin isinya bukan hanya satu lusin, bisa jadi berlusin-lusin. Kita jangan buang-buang amunisi. Lebih baik cari mini market lain atau toko lain yang bisa kita ambil," Xavier selalu memperhitungkan rencananya. Memang setiap rencana tidak ada yang mulus. Namun, setidaknya dengan rencana. Perjalanannya akan tertata rapih. "Baiklah, kita selesaikan ini. Setelah itu kita berangkat ke luar," ujar Jessica. Ia sudah tidak takut keluar lagi. Untuk saat ini memang hanya Xavier dan Jessica saja yang bisa di andalkan. Meskipun yang lain sudah latihan menembak. Xavier dan Jessica belum berani mengambil resiko. Mungkin nanti kedepannya satu persatu mereka menemani Jessica dan Xavier, untuk keluar mencari persediaan makanan dan senjata.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN