Bab 4

858 Kata
Starla melempar tas seiring dengan tubuhnya yang terhempas keras di atas kasur. "Fuhhh!" Starla menghembuskan nafas panjang. Hari ini berlalu seperti hari-hari sebelumnya. Berat! Sudah lebih dari tiga tahun dirinya bekerja di D.A Company, salah satu perusahaan ternama yang menaungi hotel bintang lima dan pusat perbelanjaan di beberapa kota besar. Memulai bekerja sebagai sales di bagian pemasaran, perlahan Starla mulai mampu meniti karir hingga diangkat sebagai asisten general manager tepat di bawah Rahardian, pria yang saat ini menjabat sebagai general manager D.A Company khusus bagian perhotelan. Tak mudah Starla mendapatkan semua ini. Berpegang pada tekad kuat membuat Starla tetap tegar meski saat ini dirinya dijadikan tumbal atas segala yang terjadi di perusahaan. Tumbal sebagai kacung yang menghandle hampir semua urusan kantor. Sejak Starla menjabat sebagai asisten general manager, keadaan kantor menjadi jauh lebih baik, bisa dibilang sukses besar. Lalu siapa yang mendapatkan nama dari semua usahanya itu?? Starla Monalisa?? Tentu saja tidak!! Dia adalah Rahardian Putra Atmaja, pria malas yang memiliki hobby berfoya-foya dan bermain wanita. Bug!! Starla melempar bantal ke tembok, kesal dengan kehidupan yang ia jalani. Drrrtt!! Drrrtt!! Ponsel Starla bergetar. Tertera nama : Kanjeng Mami pada layar. "Mampuss!! Ngapain jam segini video call!!" gerutu Starla. Cepat-cepat ia meraih tissu basah di atas meja rias. Starla mengusap make up di wajahnya dengan gerakan kasar. "Siall!! Ngapain sih Mak video call jam segini? mana make up nya waterproof lagi!! Huhuhu!!" Starla berlari ke wastafel di kamar mandi. Ia membasuh mukanya secepat kilat membuat bulu mata palsunya rusak dan berjatuhan. "Ya Ampuuunn!! baru juga dipake sekali! mana mahal lagi!! huaaa!!!" Ponsel terus saja bergetar tiada henti membuat Starla makin gugup. Setelah memastikan wajahnya bersih tanpa polesan make up tebal ala tante-tante nakal, Starla meraih ponselnya. "Eheemm!!" Tak lupa gadis itu berdeham untuk menormalkan suaranya. "Assalamualaikum, selamat malam ibu ratuu..." sapa Starla dengan nada halus ala putri mahkota. "IBU RATU LAUT KIDUL!!" bentak Srini, wanita super galak yang membuat Starla hadir di dunia ini. Meski galak, pelit, dan mata duitan, tetapi Starla sangat mencintai wanita itu. Satu-satunya keluarga yang ia miliki saat ini. "Iya!! Iya!! bukan ibunda ratu! Dewi Sri, dah!!" ralat Starla. "Kamu kemana aja ditelepon nggak jawab! Kamu lagi berduaan sama cowok, ya! Coba tunjukin dimana Kamu sekarang!!" "Mulai deh!! pikirannya kotor mulu nih emak-emak!!" dengus Starla dalam hati. Starla mengaktifkan kamera belakang ponselnya, ia mengitari seluruh kamar hingga kamar mandi. "Noh!! nggak ada siapa-siapa!" kata Starla. "Coba buka lemarinya!" Srini tampaknya belum percaya. "Yaelaahh Buuuu! lemari Starla kecil, mana muat diisi Mas-mas!!" Meski jengkel, Starla tetap menuruti perintah ibunya. Membuka lemari, laci, mengeksplor ruang tengah, dapur, hingga ruang tamu. "Udah puas?? apa perlu Starla naik ke atas plafon supaya ibook percaya?!" "Lain kali beneran tak suruh naik, Kamu La!!" jawab Srini. "Astaga!! Tumben jam segini telepon. Untung Starla udah di rumah, coba masih di kantor!" "Sebelum nelpon Kamu, ibuk udah tanya ke Nessy. Ibuk tau diri lah! nggak mungkin nelpon kalau Kamu masih sibuk kerja!" "Oh, Iya! iya!" "Tumben Nessy nggak ngabarin dulu, bikin gue kelabakan harus ngapus make up deh!" gerutu Starla dalam hati. "La! Akhir pekan nanti Kamu libur, kan?" tanya Srini dari seberang. Starla mengingat jadwal minggu ini, sepertinya aman tak ada acara apapun, kecuali ada panggilan darurat dari pak Johan seperti dua hari yang lalu. Panggilan dari pusat yang tak mungkin Starla tolak. Alasannya hanya satu. CUAN!! Bekerja dengan pak Johan hanya membutuhkan waktu singkat, tetapi honornya nggak main-main! wanita mana yang tak terlena dengan tawaran itu. Pak Johan juga nggak tua-tua amat kok, selama wajahnya masih enak dipandang mata, Starla nyaman-nyaman aja. "STARLA!! Kamu dengar nggak sih?!" Starla tersentak kaget. "Iy-iyaa!! ini aku lagi inget-inget jadwal, Bu! sabar napa sih?!" gerutunya. "Akhir pekan nanti ada acara lamaran anaknya pakdhe Joko, pesenin tiket pesawat, besok malam ibuk terbang ke Jakarta." "Siap, Ndorooo!!" jawab Starla. "Ibuk serius, La!" "Iya, Lala juga serius banget ini!" Srini mendengus kesal dengan sikap slengekan putri semata wayangnya itu. "Ntar Lala jemput di bandara, dah!" "Nggak usah, ibuk mau langsung ke rumah Pakdhemu. Kamu nyusul aja, nanti malemnya ibuk nginep di kosan Kamu, deh!" "Apartemen buk, bukan kosan! mahal-mahal beli apartemen bagus, masih aja dibilang kosan!" kesal Starla. "Jangan sombong, semua itu hanya titipan. Ingat pesan mendiang bapak Kamu bahwa kita hidup di dunia ini hanya sementara, Ibadah yang utama-- (bla- bla- bla)" Starla menguap mendengarkan apa yang dikatakan Srini. Meskipun galak, terkadang ibunya itu bisa berkamuflase menjadi ustadzah top ala mama Dedeh. "Udah jelas?!" tanya Srini tegas. "Sangat jelas, ustadzah ibunda ratu dewi Sri..." jawab Starla dengan nada sangat sopan. "Hmm! Kamu tuh ya, nggak ada serius-seriusnya! Udah makan belum?" "Sudah ibuku sayang..." Begitulah Srini, meski galak, pelit dan mata duitan, tetapi wanita itu penyayang dan sangat perhatian. Semua sifat Srini menurun sepenuhnya pada Starla. Hanya bedanya Starla lebih periang seperti ayahnya. Srini tak pernah mengetahui bahwa putrinya itu bekerja di D.A Company. Yang Srini tahu Starla bekerja di perusahaan ekspedisi, satu kantor dengan Nessy, sahabat baiknya. Jika Srini tahu Starla bekerja di perusahaan yang sama dengan mendiang ayahnya, hal ini tentu akan membuat Srini marah besar. Mungkin Starla akan terus menyembunyikan hal ini dari ibunya sampai rencananya berhasil dan ia meninggalkan D.A Company. (Next➡)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN