Hari itu, Springfield's Junior High School mengadakan acara summer camp. Para peserta akan menginap di sebuah tenda dalam hutan Pinus tempat destinasi mereka. Awalnya, Arthur enggan mengikuti kegiatan tersebut. Namun, Dean terus mendesak anak itu untuk ikut bergabung.
"Ayolah, Arthur!" ajak Dean.
"Kenapa sih kita harus ikut summer camp?"
"Ini syarat nilai kenaikan kelas nanti untuk kita," tukas Dean.
"Ya sudahlah, aku ikut kalau begitu meskipun sebenarnya aku malas," ucap Arthur.
Pada summer camp yang diadakan pihak sekolah tempat Arthur dan Dean, anak-anak dalam kegiatan itu akan dilatih tidur tanpa orang tua. Nantinya tidak ada yang akan mengingatkan mereka untuk memakai selimut sebelum tidur, atau menggunakan sunblock sebelum keluar panas-panasan. Jadi ketika mereka lupa memakai selimut, mereka akan merasa kedinginan, ketika mereka lupa menggunakan sunblock, kulitnya akan terbakar cahaya matahari.
Dampak yang mereka rasakan langsung terasa, dan tidak ada yang bisa mereka salahkan selain diri mereka sendiri. Itu merupakan pelajaran hidup yang kritis. Latihan yang akan terus dibina untuk anak-anak tersebut. Namun, tidak bagi Arthur. Dia sudah terbiasa hidup tanpa orang tua. Untungnya ada kakek dan nenek angkatnya yang telah menjaganya dari kecil.
Seperti anak-anak di perkemahan pada umumnya, mereka harus belajar menjadi pengusaha. Mereka akan menyadari betapa pentingnya untuk mengakui kenyataan dan mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. Mereka akan menentukan untuk menjadi anak yang lebih baik atau lebih buruk. Mereka juga akan mendapatkan sebuah pelajaran yang dapat dipetik.
"Baiklah, namaku Mr. Johnson Lavigne, aku ketua pembina perkemahan musim panas kalian di sini. Para murid angkatan terakhir akan menjadi pengawas kalian dalam kegiatan. Kalian akan dibagi ke beberapa kelompok. Saya harap kalian dapat menikmati perkemahan musim panas kali ini," ucap pria bertubuh tinggi tegap dengan rambut pirang dan mengenakan kacamata itu.
"Yes, Sir!" sahut para peserta dengan kompak.
Para peserta akan dididik memiliki sikap kepemimpinan. Dimana kepemimpinan adalah pekerjaan yang sulit, dan pekerjaan yang berat dan membutuhkan latihan. Para pemimpin juga perlu memberi kesempatan kepada tim mereka untuk mengalami baik manfaat maupun tantangan kepemimpinan.
Mendelegasikan tugas bisa sulit bagi siapa saja yang suka bertanggung jawab, tetapi jika Anda tidak membiarkan orang lain mengambil tanggung jawab untuk beberapa bidang bisnis, Anda tidak akan pernah memiliki waktu untuk berpikir strategis.
*
Hari itu Arthur dan Dean terpilih menjadi ketua kelompok masing-masing. Mereka dituntut untuk membuat kelompok mereka lulus dalam sebuah permainan survival di dalam hutan pinus. Sebuah permainan yang menyebalkan bagi peserta karena hal tersebut menjadi ajang bullying angkatan senior ke angkatan junior-nya.
Mia selalu berusaha mendekati Arthur dan berani menyatakan cinta pada anak lelaki tampan itu. Arthur sengaja menerima keberadaan dan perhatian Mia meskipun dia tak pernah menjawab ungkapan cinta gadis itu. Dia hanya sangat senang membuat Bobby terlihat gusar karena itu akan menyenangkan untuk dia lihat. Apalagi ketika wajah Bobby makin memerah karena tersulut emosi.
"Awas kau Arthur, aku akan pastikan kau sengsara di dalam hutan nanti. Aku akan membuatmu celaka, lihat saja," gumam Bobby.
Bobby yang mengetahuinya langsung gusar. Dia memanfaatkan ajang permainan survival itu untuk mengerjai Arthur. Dia menjebak Arthur terpisah dari tim. Anak itu sudah menunggu dengan ketiga kawannya untuk merundung Arthur.
"Sampai kapan kau terus menggangguku dan Mia? Dasar kau bocah i***t!" seru Bobby penuh kekesalan yang ingin ia tumpahkan pada Arthur dengan segera.
Anak itu lantas mendorong Arthur, sehingga pinggang belakang anak lelaki berambut perak itu menabrak batang pohon pinus besar sampai tergesek oleh ranting kasar melukai permukaan kulit di pinggangnya.
"Sudah ku bilang jauhi aku!" sahut Arthur.
Bug!
Bobby meninju perut Arthur dengan kerasnya sampai anak itu mengaduh kesakitan.
"Kau benar-benar bodoh! Bagaimana bisa kau begitu percaya diri kalau Mia benar-benar menyukaimu? Dia itu hanya menyukaiku," ucap Bobby.
"Hahaha, kau yang bodoh bahkan buta! Apa kau belum mendengar pernyataan cinta Mia padaku?" Arthur sengaja meledek Bobby karena dia merasa menang mendapatkan pernyataan cinta dari Mia.
Bug!
Bobby kembali menghantam Arthur sampai terjatuh membentur bebatuan di bagian dahi. Terlihat darah yang menetes dan luka memar akibat benturan di dahi Arthur kala itu. Anak itu lantas tak sadarkan diri saat itu juga.
"Rasakan kau, Arthur! Hahaha, dasar bocah rendahan!" Bobby yang gelap mata lantas menarik tangan Arthur.
Bobby ingin menjebak kaki Arthur dengan jebakan rusa dan membuatnya terluka.
"Bobby, apa yang kau lakukan? Kau tak ingin melukainya lebih parah, kan?" tanya teman Bobby yang bernama Andy. Anak itu terlihat ngeri dengan kelakuan kawannya yang tampak seperti orang yang kerasukan karena tersulut emosi.
"Aku hanya ingin memberinya pelajaran. Kalian pergilah ke pos jaga agar Mr. Johnson tak mencurigai aku," ucap Bobby seraya tertawa puas seperti orang yang kerasukan dengan tawanya yang menyeramkan.
"Bobby, cukup! Apa kau sudah gila? Bagaimana jika terjadi sesuatu pada anak ini? Kau sudah gila, ya?" tanya Andy yang sudah mulai tak menyukai perilaku Bobby saat itu.
"Apa yang aku dengar barusan? Sudah berani kau mengatai ku gila, rasakan akibatnya nanti!" pekik Bobby membuat kawan- kawan nya mundur menjauh.
"Kita pergi, kita tinggalkan mereka. Aku tak ingin terlibat lebih jauh lagi," ucap Andy.
Kawan-kawan mereka lainnya setuju. Rasanya tindakan Bobby sudah melampaui batas.
"Hahaha, dasar kalian pengecut! Awas saja kalau kalian sampai mengadu pada Mr. Johnson atau pengawas lainnya!" ancam Bobby.
Anak itu lantas menutup mulut Arthur dengan kain agar jika berteriak, teriakan tidak akan terdengar oleh orang-orang sekitar di dalam hutan itu. Bobby lantas meraih jebakan rusa dan mencoba meletakkan kaki Arthur di sana.
"Hahaha, rasakan ini!" lirih Bobby.
Saat dia meletakkan kaki milik Arthur di jebakan rusa itu, sontak saja Arthur langsung berteriak kesakitan. Rasa amarah merasuk ke tubuh sang anak ajaib berambut perak itu. Betapa terkejutnya Bobby kala dia melihat perubahan pada diri Arthur.
Arthur juga tak menyangka kalau dia dapat berubah menjadi serigala dengan bulu berwarna putih. Namun, anak itu ternyata belum bisa mengendalikan dirinya yang berubah menjadi serigala besar. Lebih parahnya lagi, Arthur tak sengaja membunuh Bobby saat itu dengan menggigit kepala anak lelaki nakal itu sampai putus.
Arthur lantas berlari kencang menjauh dari tempat kejadian. Naluri serigala dalam tubuhnya membuat dia harus segera pergi menjauh dari manusia. Biar bagaimanapun bentuk tubuhnya tak seperti serigala pada umumnya. Tubuh serigala milik Arthur lebih besar bisa tiga kali ukuran serigala biasa.