Ketukan pintu terdengar, membuat pria paruh baya itu bangkit dan melangkah untuk membuka pintu itu. Kakek bernama Albert James Thompson itu mengintip di celah pintu. Ia melihat sosok wanita bertudung terlihat kesakitan. Wajah wanita itu terlihat pucat menahan sakit.
"Nyonya, apa kau baik-baik saja?" tanya Kakek Albert saat membuka pintu.
"Sayang, siapa itu?" Nenek Louise Thompson hadir seraya mengelap tangannya yang penuh minyak wijen.
"Tolong jaga dia," lirih seorang wanita menyerahkan keranjang rotan berisi bayi laki-laki.
"Apa maksud Anda dengan menjaganya?" Pria paruh baya itu sampai mengernyitkan dahi tak mengerti.
"Aku sudah lama mengawasi kalian. Aku tau kekuatan yang kalian miliki. Aku yakin kalian dapat melindungi anakku. Sekarang lekas sembunyikan rumah ini, aku akan menghadapi mereka," ucapnya.
Wanita itu lantas berlari meninggalkan Kakek James dan Nenek Louise yang menatap ke arahnya penuh tanya. Tampak di kejauhan sana, wanita dengan mata cantik bak berlian hijau itu langsung menghadang beberapa sosok manusia serigala yang terlihat mendekat. Kakek Albert langsung menutup pintu dan menghadang penglihatan para manusia serigala itu agar tak melihat rumahnya.
"Sayang, apa yang kau lakukan?"
"Lekas bantu aku sembunyikan rumah ini!" pinta Kakek Albert pada istrinya.
Kumpulan asap putih membumbung tinggi menghalangi rumah milik sepasang suami istri yang ternyata memiliki kekuatan sihir. Mereka menyembunyikan rumah kayu yang minimalis itu dengan menunjukkan sebuah kebun bunga matahari pada siapapun yang melihat ke arah rumah itu.
Kedua pasangan suami istri itu menerima seorang bayi laki-laki di depan pintu rumah mereka tanpa mereka tahu si pemberinya. Setelah dirasa aman, Louise memeriksa kondisi bayi laki-laki itu.
"Sayang, anak ini sudah tak bernapas," ujarnya.
"Apa kau yakin, Sayang?"
Albert menghampiri sang istri dan memastikan kondisi si bayi. Di leher anak itu terdapat luka gigitan binatang buas yang membuatnya tewas. Tubuh bayi itu sudah membiru.
"Apa wanita itu tak sadar kalau bayi ini sudah meninggal?" gumam Nenek Louise.
"Entahlah mungkin karena dia panik bisa jadi ia tak menyadarinya. Kita harus menguburkannya segera."
Kakek Albert lalu meraih sekop dan membuat liang lahat di pekarangan belakangan rumah untuk mengubur jasad bayi itu. Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi. Saat keduanya hendak mengubur jasad bayi itu, tiba-tiba sang bayi menggeliat. Perlahan kedua mata bayi itu terbuka. Tubuh mungilnya juga terlihat memerah kembali.
"Dia masih hidup," lirih Kakek Albert meraih tubuh mungil tersebut dan memberikannya kepada sang istri.
Kedua mata wanita paruh baya itu terlihat berbinar. Ia menimang tubuh bayi laki-laki tersebut dan membawanya masuk ke dalam rumah. Semenjak itu bayi laki-laki yang diberi nama Arthur itu dirawat dengan baik oleh keluarga Thompson.
*
Lima tahun berlalu di sebuah desa bernama Diamond Green, beberapa manusia keturunan serigala dan manusia asli lainnya hidup dengan damai tinggal di Bukit Tulip. Koloni tersebut dikepalai oleh seorang pemimpin bernama Ketua Charlie. Mereka sedang mengadakan pesta kecil saat itu.
"Ayah lihat! Nenek membuatkan boneka kain ini untukku."
Seorang anak perempuan berumur lima tahun memeluk pria bernama Larry Smith dari belakang sambil menunjukkan boneka kain berbentuk beruang di tangannya.
"Iya, ini cantik sekali, sama seperti putri Ayah ini." Larry mencubit ujung hidung milik Ella.
Gadis cantik bermata kecil dengan hidung mancung dan bibir tipis itu tersenyum.
"Ella, apa kau sudah membantu ibumu?" tanya Larry.
"Hehehehe, aku mau main dulu saja."
"Ella, ibumu sedang hamil. Kau harus banyak membantunya," ujar sang ayah seraya mengusap rambut Ella.
"Baiklah … aku lakukan ini demi ibu, bukan demi adik bayi, ingat itu Ayah."
Larry tertawa mendengar penuturan gadis kecilnya itu. Tiba-tiba terdengar teriakan penduduk di desa tempat keluarga kecil itu berada. Api berkobar dimana-mana membuat kepanikan seluruh penghuni desa itu.
Kaum manusia serigala besar keturunan penyihir dan para lycan datang dengan kejamnya membantai para penduduk desa. Penduduk yang terdiri dari manusia serigala dan manusia kuat yang dipercaya dapat memusnahkan para makhluk itu saling hidup berdampingan dengan damai.
Para makhluk pembantai itu dipimpin manusia serigala warna putih dengan bulu perak di bagian d**a bernama Lord Hades. Makhluk itu menyerupai manusia di bagian tubuh atasnya dan berwujud serigala di bagian tubuh bawah, hanya saja dia tidak berekor. Tubuhnya ditumbuhi bulu tebal dengan kedua taring seperti vampir.
"Larry, pergilah bawa anak dan istrimu yang sedang mengandung!" seru ayahnya Larry saat masuk ke dalam rumah dengan wajah panik.
"Tidak Ayah, aku akan menghadapinya," ucap Larry.
"Jangan bodoh! Lihat kondisi istrimu! Di luar sana banyak kaum kita yang sudah mereka habisi, kau lah harapan Ayah. Pergi dari sini lewat pintu rahasia!" seru ayahnya Larry bersikeras.
"Baiklah, tapi Ayah ikut bersamaku," pinta Larry.
"Tidak, Nak. Aku pemimpin di sini jadi aku harus bertahan mempertahankan wilayah ku dan mati dengan kebanggaan."
"Persetan dengan itu semua! Ayah, ikutlah bersamaku, aku mohon kita buat koloni baru."
Belum selesai Larry berucap, salah satu lycan masuk dan menarik istri pria itu keluar.
"Angelina!" teriak Larry mencoba menggapai tangan istrinya.
"Sayang, lekas bawa Ella pergi dari sini!" seru Angelina yang tak dapat melepaskan diri lagi karena lycan itu telah menggigit lehernya.
Meskipun begitu, wanita itu tetap berusaha menusuk punggung si lycan. Namun, kekuatan makhluk itu sangat besar. Angelina yang tak mau menjadi lycan lantas menyayat lehernya sendiri dengan pisau di tangan dan menewaskannya seketika.
Ketua Charlie mencegah Larry untuk keluar dan pergi bertarung. Apalagi dia tau putranya sangat marah dengan kematian sang istri.
"Bawa Ella pergi! Selamatkan koloni kita yang tersisa!" pinta Charlie.
Ia mendorong putranya untuk masuk ke sebuah pintu rahasia bersama Ella. Dari pintu tersebut mereka bisa berjalan sampai keluar sungai di dekat hutan. Ketua Charlie langsung keluar rumah dan menyerang seorang pemimpin koloni itu yang berjubah hitam.
"Samosa Expecta!"
Raja dari manusia serigala itu langsung membuat Ketua Charlie melayang ke udara dan jatuh menghantam bebatuan yang menewaskannya seketika karena benturan hebat di kepalanya. Larry tahu kalau ayahnya pasti kalah.
Wajah pria itu sudah merah padam dengan kemarahan yang memuncak. Larry hampir berbalik arah dan memutuskan untuk menyerang sang ketua koloni, tetapi kala melihat Ella ia mengubah pikirannya. Dia sudah berjanji pada istrinya untuk menjaga Ella. Pria itu memutuskan untuk pergi dan bersembunyi melalui jalan rahasia.
"Lord Hades, semua penghuni di sini sudah kami habiskan," ucap seorang lycan pada manusia serigala besar yang ternyata pemimpin koloni itu.
Makhluk itu juga memiliki kemampuan penyihir dengan kekuatan luar biasa.
"Kau yakin sudah semua kau habisi?"
"Saya yakin, Tuan."
"Sekarang cari di mana batu bertuah itu!"
"Baik Lord Hades, kami akan mencarinya."
Para lycan itu lantas menuruti Lord Hades untuk mencari keberadaan batu bertuah yang bernama Diamond Green.
Namun, setelah mereka mencari ke manapun sampai melenyapkan seluruh warga di Bukit Tulip, Lord Hades dan kawanannya tetap tak menemukan batu bertuah yang ia cari. Sang pemimpin itu lantas menghadapkan wajahnya ke arah bulan purnama yang bersinar terang. Ia berteriak dan mengaum menakutkan membuat bulu kuduk si pendengarnya akan meremang.
“Aku bersumpah akan memusnahkan semua makhluk seperti kalian,” ucap Larry penuh kemarahan dan dendam yang berapi-api saat sedang bersembunyi bersama Ella di sebuah gua dekat sungai.