Anak dengan rambut perak itu semakin tertarik dan mendekati ruangan itu.
"Apa yang kau lakukan di sini?" suara berat seorang pria terdengar di belakang Arthur.
"Kau?"
Arthur mundur beberapa langkah melihat perubahan pria itu. Sosoknya seperti campuran anjing dan serigala besar. Warna bulu abu-abu menyelimuti tubuhnya. Dia dapat bersuara dan berubah wujud menjadi manusia. Anak itu hanya terpaku saat memandangi tubuh sosok itu. Sosok pria itu mengendus tubuh Arthur seraya mengitarinya.
"Tak ku sangka masih ada keturunan seperti mu di dunia ini," ucapnya sambil mengamati dan mengendus tubuh Arthur.
"Aku juga tak menyangka bisa bertemu manusia serigala seperti mu di sini. Wah, kau besar sekali, ya?" tanya Arthur penuh takjub dengan apa yang dia lihat.
"Pergilah, sebelum naluri membunuhku ingin mengoyak tubuhmu!" seru manusia serigala itu dengan nada berat lalu masuk ke dalam kamarnya kembali.
"Tunggu sebentar, siapa namamu, Tuan Serigala? Apa jangan-jangan kau ayahnya Fang?" tanya Arthur menahan pintu kamar itu tak mau membiarkan manusia serigala itu pergi.
"Untuk apa kau tahu namaku? Lagipula siapa itu Fang?" tanyanya.
"Aku menemukan anak serigala yang bisa berbicara. Aku memberinya nama Fang, mungkin saja kau mengenalnya atau dia keturunanmu," ucap Arthur.
"Kau meledek aku, ya? Aku itu manusia serigala bukan hanya serigala biasa yang bisa berbicara. Lagipula kau juga punya darah manusia serigala," ucapnya.
"Wah, wah, wah, kau memang hebat rupanya. Lalu apa kau punya darah penyihir juga sepertiku?" tanya Arthur.
Kedua mata pria itu terbelalak. Dia lalu mencekik leher Arthur dan membuatnya terpojok ke dinding.
"Apa kau tau kalau pengakuanmu itu bisa mengancam nyawamu?"
"Ta-tapi, tapi aku yakin kau makhluk yang baik. Halo, perkenalkan namaku Arthur."
Anak itu berusaha mengulurkan tangannya ke arah manusia serigala yang sudah menjadi manusia seutuhnya itu. Dia mengendurkan cengkraman tangannya di leher Arthur.
"Namaku Knight, aku ksatria pada zamannya saat berada di koloniku yang tinggal sedikit, sudah puas kan? Pergilah dari rumah ku segera!" serunya mengusir Arthur.
"Tapi, Tuan Knight, kenapa pengakuan ku tadi dapat mengancam nyawaku?" tanya Arthur.
"Karena kau keturunan langka. Darahmu bisa mengandung kekuatan yang bisa membuat peminum darahmu menjadi lebih kuat," ucapnya.
"Lalu, kenapa kau tak membunuhku?" tanya Arthur lagi.
"Aku bukan mereka yang mengincar kekuatan abadi atau semacamnya. Pergilah sekarang! Camkan ucapanku jika kau masih mau hidup lebih lama. Di luar sana masih banyak makhluk lain selain kita dan para manusia," ucap Knight.
"Baiklah Tuan Knight, terima kasih sebelumnya atas penjelasan Anda. Aku berjanji tak akan membicarakanmu pada kawan-kawanku yang lain," ucap Arthur yang masih tak ingin beranjak pergi.
"Tanpa perlu kau ucap itu juga lihat saja nanti jika mereka tau keberadaan ku. Aku jadi tak segan-segan untuk menghabisi mu," ancam Tuan Knight.
"Kenapa bicaramu jadi kasar sekali, Tuan Knight?" tanya Arthur dengan wajah yang tak takut sama sekali memandang pria di hadpannya itu.
"Oh iya, aku juga akan menghabisi orang-orang yang tercium di sekeliling tubuhmu dan ada dua bau penyihir serta serigala Fang itu juga, kan? Atau kawanmu yang ada di halaman rumahku, bagaimana?" ucap Knight dengan senyum menyeringai.
"Ba-baiklah, aku akan pergi. Maaf jika aku masuk ke wilayah rumah ini tanpa izin," ucap Arthur lalu melambaikan tangannya sebelum pergi menuruni anak tangga itu. Dia meninggalkan Tuan Knight dengan segera.
Knight masih mengamati Arthur dengan saksama.
"Ternyata masih ada keturunan penyihir dan manusia serigala serta berdarah lycan seperti dia di sini. Dia benar-benar anak yang langka," gumam Knight lalu masuk ke kamarnya.
Saat Arthur keluar dari rumah kosong itu Dean langsung menyambutnya dengan penuh kelegaan.
"Arthur, apa yang terjadi?" tanya Dean.
"Aku bertemu hantu, boooooo!" Arthur sampai mencengkeram bahu Dean menakuti anak itu lalu tertawa.
"Aaaaaaa! Nah, aku benar kan kalau di dalam sana ada hantu. Ayo, kita pergi segera dari sini!" pekik Dean sangat ketakutan.
"Hahaha, tenanglah Dean. Tak ada apapun di sana, aku hanya berbohong," ucap Arthur menepuk bahu Dean.
"Ah , syukurlah. Ternyata kau hanya menakuti ku aku saja, ya?" Dean mengehela napas panjang penuh kelegaan.
"Baiklah, ayo kita ambil serangga lainnya yang di sebelah sana!" ajak Arthur.
*
Di area taman sekolah, Mia berjalan mondar-mandir menunggu Arthur dan Dean yang tak kunjung datang. Sementara itu, Bobby tampak tersenyum puas berharap mereka tak akan kembali. Bahkan dirinya sudah siap dengan beberapa kata untuk menyapa para awak media mengenai berita tentang kematian Arthur dan Dean pada esok harinya.
"Lihat itu mereka datang!" tunjuk Andy melihat dua anak laki-laki di depan gerbang sekolah.
Mia langsung menghampiri Arthur.
"Kau tak apa - apa kan, Arthur?" tanya Mia yang terlihat cemas.
"Aku tak apa-apa, aku maaih sehat-sehat saja. Dean juga tak apa-apa. Dean, lekas berikan para serangga itu pada Bobby!" titah Arthur.
"Bagaimana rumah kosong itu, ku dengar banyak hantunya, ya? Apa benar ada anjing gila juga?" tanya Andy penasaran dengan Arthur yang datang dari sana.
"Wah, wah, wah, asal kalian tahu saja ya kalau di sana itu banyak hantunya. Lalu, ada juga anjing gila yang sebesar gajah hampir melahapku, ya kan Dean?" ucap Arthur yang lalu menoleh pada Dean dengan senyum usilnya.
"Apa iya? setahuku kau tadi bilang tidak ada apapun di sana, apalagi anjing sebesar gajah. Wah, aku tidak melihatnya tadi," ucap Dean yang menjawab dengan polosnya.
'Ah dasar bodoh, tak bisa kah kau iyakan ucapanku untuk menakuti Andy,' batin Arthur.
Dia menatap sebal ke arah kawannya itu.
"Hahaha, kau membohongi kami, ya?" tanya Andy dengan melukiskan senyum di wajah tanda menghilangnya kekhawatiran di dalam dirinya barusan.
Arthur lalu menoleh ke arah Bobby dan tersenyum menyeringai menatap mata bocah itu dengan tajam. Lalu, ia mengajak Dean pergi menjauh menuju ke kelasnya sambil menarik tangan kawannya itu.
*
Pulang sekolah, Bobby makin kesal dan makin menerjang Arthur dengan kesombongannya.
"Heh, makin berani kau, ya!" Bobby menarik tangan Arthur saat pulang sekolah.
Anak lelaki bertubuh tambun itu menariknya menuju gudang sekolah. Dua ajudan miliknya yang setia mengikuti Bobby dari belakangnya.
"Lepaskan!" pekik Arthur yang berusaha melepaskan tangannya dari Bobby.
"Aku akan melepaskanmu."
Lalu kemudian, secara tiba-tiba Bobby menyeret Arthur dan melempar tubuh anak itu sampai jatuh ke lantai dalam gudang. Lantas, dia mengunci Arthur di dalam gudang tersebut.
"Huh, awas kau! Nanti aku pastikan kau akan rasakan akibatnya."
Arthur menyeka darah pada lututnya yang terlihat memar.
Bobby dan kawanannya bergegas menuju gerbang sekolah untuk pulang.
"Kau yakin akan menguncinya di sini, kasihan dia kalau terkunci sampai pagi?" tukas Andy.
"Lalu, apa kau mau menemani dia?" Bobby melirik Andy penuh ancaman.
"Tidak, tidak, tidak mau! Ma-maafkan perkataan ku." Andy langsung menunduk ketakutan tak mau memandang Bobby.
Tiba-tiba, Bobby memekik saking terkejutnya kala melihat Arthur yang berjalan beriringan bersama Dean.
"Apa? Apa aku tak salah lihat? Bagaimana bisa anak itu bersama temannya di sana?" tunjuk Bobby seraya memekik lantang melihat ke arah Arthur yang sudah berada di luar.
Arthur hanya tersenyum lalu melambai pada Bobby dan kawan-kawannya. Dia lalu menaiki sepedanya dan mengayuh beriringan dengan Dean. Bobby sampai menjambak rambut ke dua temannya dengan kesal sambil meronta-ronta meluapkan kemarahannya kala kembali gagal menjahili Arthur.