"Ayo buka mulutmu, Vi." Arya menyodorkan sendok berisi bubur buatan Bi Yanti pada gadis keras kepala itu. Sejak lima menit yang lalu, yang ia dapatkan hanyalah penolakan dari Lovi. Ia menolak memakan bubur dari tangan pria itu. "Kamu harus makan atau kondisimu akan memburuk," perintah pria itu. Gadis itu memberanikan mengangkat sedikit kepalanya. Menatap langsung kedua manik berwarna hitam kecokelatan. Yang selalu meluluhkan hati Lovi tak peduli seberapa tajam atau seberapa teduh pandangannya. "Tinggalkan saja di sini, Tuan. Saya bisa makan sendiri," jawab Lovi dengan suara yang dingin, sedingin es kutub utara. "Baiklah, aku akan meninggalkannya di sini. Tapi Kamu harus memakannya," ucap Arya. "Baik, Tuan." Gadis itu tak lagi mau menatap mata pria itu. Ia menunduk dalam-dalam, jemarin