Derren nampak fokus dengan pekerjaan yang ada di hadapannya. Sejak tadi ia bersusah payah untuk konsentrasi setelah kejadian tadi pagi. Bukan apa-apa, pekerjaan ini sangat penting sehingga ia butuh konsentrasi untuk menyelesaikannya. Tiba-tiba, pria itu dikejutkan dengan suara pintu terbuka. Derren mendongak, lalu mendesah lemah saat tahu siapa yang datang. “Sally, kenapa ke sini? Ada perlu?” tanya Derren tanpa basa basi. Sally berdecak melihat sambutan dari Kakaknya. “Santai dikit bisa nggak sih. Kayak didatangi penagih hutang, wajahnya nggak enak dilihat.” Tanpa menunggu dipersilakan duduk, Sally mendaratkan bokongnya di kursi, depan meja kerja Derren. “Sejak kamu menikah aku jadi jarang ke sini. Jadi anggap saja aku melepas rindu dengan ruangan ini.” “Aku sibuk.” “Aku juga sibuk tap