Rania baru saja bergabung ke meja makan setelah selesai membantu Jesse bersiap-siap. Ia bangun agak siang karena semalam ia kesulitan memejamkan mata. Bayangan kemarahan suaminya terus saja mengganggu. “Rania, Derren mana?” tanya Yuni. “Sudah berangkat pagi-pagi, Ma,” jawab Rania sambil mengoleskan selai cokelat di atas roti untuk Jesse. “Dia nggak sarapan?” kini Dirga yang bertanya. “Nggak Pa. Katanya buru-buru, jadi mungkin sarapan di kantor.” “Mata kamu merah dan sedikit bengkak. Kenapa?” tanya Sally dengan tatapan curiga. Bahkan pertanyaan itu membuat mertua Rania ikut menatap, mencari tahu apakah benar demikian. Rania menyentuh wajahnya, “Ah nggak kok, Mbak. Mungkin capek atau kurang tidur.” “Mama bobo sama Jesse.” Celetuk bocah itu dengan mulut penuh dengan roti. “Oh iya? Sam