Seperti pada hari biasanya, aku akan mendatangi rumah Kak Fajar setelah membersihkan rumah tentunya, dan memastikan Adit sudah berangkat bekerja. Aku menenteng tas belanja yang menjadi alasanku berangkat hari ini, dengan perasaan senang dan damai. Semalam itu ... aku merasa bahwa aku lebih dekat dengan Adit. Ya ... memang, kami sudah saling terbuka, tetapi kupikir hanya sebatas suami-istri saja. Kami tidak pernah mengobrol seintens kemarin. Senyumku bahkan sulit diredakan, di setiap langkah kaki yang aku ambil. Barulah, pada jarak kurang 50 meter dari rumah Kak Fajar, aku mengerem langkah, dan langsung menyurutkan senyum. Berganti menjadi pelototan mata, ketika menyadari bahwa empat pria asing tengah mengepung Kak Fajar, dengan salah satu di antara mereka sampai memegang kerah baju Kak
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari